"Sudah sampai!!" ucap Arthur yang baru saja mengantarkan Senja dengan selamat sampai di depan rumahnya. Karyawannya ini aneh dari tadi hanya diam, enggan menyahut ketika Arthur mengajaknya berbicara. Paling pol juga cuma jawab iya atau tidak. Sebenarnya apa yang tengah dipikirkan gadis ini ya?
"Kamu gak turun?""Oh iya, makasih ya kak". Senja membuka pintu mobil lalu melambai singkat ke arah Arthur. Baru masuk ke bengkel. Sedang Arthur yang merasa tugasnya sudah selesai, mengambil ponselnya untuk menghubungi Troy.
"Gue udah anterin adik loe dengan selamat!!"
Senja berjalan dengan sempoyongan. Tubuhnya letih dan lesu. Pikirannya bercabang ketika mengingat ucapan Devano tadi siang. Saga tak benar-benar mencintainya. Dia hanya iba dan juga merasa bertanggung jawab. Tanpa sadar Senja menabrak pintu karena pikirannya yang bercabang kini mulai menemukan titik buntu. Pelan-pelan ia mendengar suara seorang perempuan tertawa dan beberapa laki-laki ikut juga tertawa. Suasana di dalam bengkel sepertinya sangat ramai.
"Assalamualaikum". Namun begitu suara salam Senja terdengar, semuanya terdiam. Di sana, di ruang tamu ada seorang gadis cantik sedang duduk sambil membawa gelas yang berisi Cola. Gadis itu nampak anggun memakai kemeja putih dan celana jeans cream, kakinya beralaskan sepatu heels sekitar 5cm.
"Walaikumsalam". Jawab Saga kemudian bergerak mendekat ke arah istrinya.
"Katanya pulang jam 9. Kok jam 8 udah pulang?" Tanyanya sok khawatir.
"Cafe tadi rame terus tutup cepet".
Perempuan asing itu mengangguk dan tersenyum ke arah Senja. Senja pun membalasnya dengan tersenyum balik. "Dia siapa?"
"Aku? Kenalkan aku Nadine. " Senja diam terpaku, di depannya Nadine. Apa maksud Saga membawa perempuan cinta pertamanya kemari. "Aku kakak sepupunya Saga , pasti kamu istri Saga 'kan?"
Senja langsung tersadar, pikiran buruknya lenyap sudah. Ia kira perempuan yang bernama Nadine itu seperti perempuan penggoda. Nyatanya salah, Nadine begitu ramah dan juga cantik. Harus Senja akui jika Nadine itu sempurna sebagai seorang perempuan. Ia bergaya modis nan anggun. Garis wajahnya oval nan lemah lembut memikat serta rambutnya hitam lurus di bawah bahu.
"Iya."
"Ga, kamu gak cerita kalau punya istri semanis ini," Puji Nadine tulus. Di sentuhnya pipi Senja yang chubi. Nadine benar-benar penggambaran seorang kakak perempuan yang penyayang. "Kenapa kamu mau ikut ke sini, tempat yang menurut aku gak layak untuk di tinggali."
"Istri ikut kemana pun suaminya pergi."
"Saga beruntung punya istri se baik kamu." Namun sepertinya Saga tak bersyukur, ia malah menatap Nadine lekat-lekat. Nadine penggambaran wanita sempurna dengan kebaikan hati tak tertandingi. Cinta pertamanya tetaplah wanita yang sangat mempesona dengan kesempurnaan fisiknya.
"Aku masakin buat kalian, aku mau buat cemilan." Sebagai tuan rumah yang baik, Senja harus menjamu tamu. Tapi keramahan Senja, mendatangkan rasa bersalah di hati Saga.
"Kita baru selesai makan, lagi pula kamu habis kerja pasti capek, " ucapnya melarang sang istri.
Kalau sekarang bisa para teman Saga ingin memukul mulut ketua gengnya itu. Bisa-bisanya Saga bersikap sangat peduli setelah tatapan memujanya pada Nadine. Mereka memandang Senja penuh iba. Kurang baik apa istri Saga ini. Selama mereka bekerja di sini, Senja tak pernah absen masak atau membuatkan mereka cemilan.
"Ini juga udah malam, aku mau pulang. " Pamit Nadine setelah melihat jam di layar ponsel yang menunjukkan hampir pukul 9.
"Biar yang gue anterin." Angga maju duluan dan langsung menyambar kunci mobil. Ia tak mau Saga mengantarkan perempuan itu. Sudah cukup seharian Saga menemani Nadine, kini giliran sang istri yang harus diperhatikan.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Senja berganti baju tidur setelah gosok gigi dan mencuci kaki. Ia berbaring di samping Saga yang sedang menatap layar ponsel. Tak biasanya suaminya terlalu fokus pada ponsel hingga kehadirannya seakan tak berarti.
"Yang namanya Nadine tadi tinggal di mana?" tanyanya tiba-tiba.
Di bahas tentang Nadine dengan sigap Saga meletakkan ponsel. "Di apartemen di jalan Sudirman".
"Aku boleh tanya sama kamu? Hal yang agak pribadi."
"Tanya apaan?"
"Emang bener ya Nadine itu cinta pertama kamu?" Pertanyaan yang langsung membuat Saga tingkah. Ia yang semula malas-malasan kini bangun untuk duduk.
"Siapa yang bilang? Pasti anak bengkel kan? Mereka itu mulutnya gak bisa di jaga." Devano termasuk anak bengkel apa bukan sih? Senja cuma diam tak mengiyakan. "Yah memang dia cinta pertama, cinta monyet, cinta masa kecil aku."
Jawaban itu jelas mengusik Senja. Cinta pertama sangat sulit dilupakam
Ia akan jadi kenangan yang terendap di hati selamanya. Seperti halnya perasaan Devano padanya, mungkin.
"Apa kamu masih punya perasaan padanya?""Hahahaha." Saga malah tertawa.
"Iya enggaklah, Nadine masa lalu lagi pula dia udah nikah sama kakak sepupu aku. Kakaknya Devano yang pernah main kemari."Sayangnya cara Saga memandang Nadine cukup menggangu Senja . Pandangan penuh puja, pandangan kagum atau hanya pikirannya saja menerka hal yang buruk. "Kamu cemburu ya?"
"Enggak, ih kamu Pede kalau ngomong." Saga mengikis jarak keduanya. Dia menarik Senja untuk rebahan bersama dan menjadikan lengannya sebagai bantal kepala sang istri.
"Aku seneng bisa peluk kamu, kamu gemukan ya? Semakin empuk."
Saga sengaja memegang dua buah payudara istrinya. Karena ia memang suka melakukannya."Tangan kamu nakal!"
Saga malah menoleh dan mencium bibir Senja, melumatnya kasar, menyecapnya tanpa merasa puas. Tubuh Saga yang besar menindih tubuh sang istri. Sepertinya malam mereka akan sepanjang malam-malam biasanya. Namun Saga bersumpah saat bercinta dengan Senja, bayangan Nadine tak muncul sama sekali.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Srekk... srek... srek...
Senja tersenyum sendiri sambil menyikat kamar mandi. Ia membayangkan aktifitasnya tadi malam bersama Saga. Suaminya begitu lembut memperlakukannya hingga ia merasa di istimewakan. Pikiran buruknya tak akan terjadi. Nadine cuma masa lalu. Kini dialah masa depan suaminya.
"Saga mana! " Sayup-sayup Senja mendengar suara seorang perempuan berteriak memasuki bengkel. Terpaksa ia berhenti menyikat.
"Dimana Saga! " Teriakan perempuan itu semakin keras dan mendekat. Senja berdiri setelah mencuci tangannya dengan air lalu berjalan ke depan."Saga gak ada, loe sebaiknya pulang deh. Dari pada teriak-teriak di sini!" Bentak Gio tak terima. Jika ada wanita bar-bar masuk dan membuat ulah di bengkel.
"Ada apa ini?" Icha tertegun, ketika melihat seorang perempuan memakai pakaian santai keluar dari kamar mandi dengan keadaan berkeringat. Mata indahnya memicing lalu tersenyum meremehkan.
"Kamu sepupu Saga 'kan?" Senja tak menjawab. Ia takut kalau mengaku sebagai istri Saga, Icha akan mengamuk. Parahnya perempuan ini akan mrncakarnya "Loe tahu gak dimana Saga ?"
"Enggak tahu."
"Sial... pasti dia udah pergi ketemu sama Nadine!!." Mendengar asumsi Icha. Senja yang agak terganggu, meremas kedua tangannya. "Saga kalau ada Nadine gak inget kan sama gue!!"
Icha pergi begitu saja meninggalkan Senja dengan segala pikirannya yang berkecamuk. Kenapa semua orang mengatakan jika Nadine sangat penting untuk suaminya. Kembalinya Nadine seolah menjadi ancaman.
"Jangan loe dengerin Icha ya? Nadine itu cuma bagian masa lalu Saga . Kan loe sekarang yang istrinya. " Hibur Gio yang merasa tak enak dengan Senja. Dia istrinya tapi seakan tak dianggap bahkan diacuhkan. Gio dan kawannya yang lain tahu jika Saga sangat mencintai Nadine dari dulu. Kalau bukan karena Nadine mana mau Saga pacaran sama Icha.
"Gue paham kok," jawabnya berpura-pura santai dan mengulas senyum tipis. Senja bohong kalau tak apa-apa atau mengerti. Ia juga tak paham kenapa Saga pagi-pagi ingin bertemu Nadine, walau suaminya minta ijin terlebih dulu padanya. Curiga ia coba tepis jauh-jauh tapi raut muka Icha yang panik, agak mengusiknya juga.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Saga
RomanceSenja rasa hidup berdua dengan ibunya saja cukup tapi semua berantakan ketika lamaran itu datang. Kawan lama sang ayah meminangnya untuk dijadikan menantu. Bukan impiannya untuk menjadi istri ketika usianya baru memasuki angka 20. Walau kuliahnya su...