1 || Good or Bad News?

315 41 1
                                    

"Hoseok!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hoseok!"

Lelaki yang baru saja kuteriaki dengan begitu kerasnya itu menoleh, matanya sontak berputar begitu melihatku yang melambaikan tangan heboh kearahnya, "ya! Kang Seulgi, kau membuatku malu tahu!" Sungutnya.

Aku terkekeh geli dan berjalan menghampirinya yang terduduk menunggu bus di halte, kuberi ia senyuman lebar, "selamat pagi" ucapku.

Tak lama, sebuah senyum lebar khas miliknya ikut terbit hingga matanya menyipit,  ia menggeser posisi, memberi celah padaku untuk ikut duduk disampingnya, "waegerae? Kenapa kau sangat semangat sekali pagi ini?" Tanyanya.

"Bukankah sudah terlihat jelas? Hari ini sangat cerah dan memasuki bulan baru!" Ucapku bersemangat, beberapa orang yang berada di sekitaran halte bahkan menoleh kearah kami. Tapi siapa peduli? Pagi hari haruslah kita sambut dengan pikiran yang positif bukan?

"Ya,ya sangat terlihat jelas, Kang Seulgi yang sangat mencintai uang" sarkasnya yang membuatku terkekeh. Oh ayolah, siapa yang tidak menyukai uang? Bukankah manusia rela bersusah payah demi mendapatkan uang? Dan meski ada pepatah yang mengatakan bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli oleh uang, janganlah terlalu percaya itu! Buktinya, kau tetap membutuhkan uang untuk mendapatkan hidup yang 'bahagia' itu.

"Kau sudah menandatangani perpanjangan kontrak kerja?" Tanyanya. Senyumku kembali terbit, sejujurnya aku tidak benar-benar bersemangat karena cuaca Kota Seoul yang cerah pagi ini, melainkan karena kabar yang baru saja ditanyakan oleh pria bermarga Jung di sampingku ini. "Aku tidak menandatanganinya" ujarku.

"Mwo?!" Ia nampak terkejut, diputarnya badannya menghadapku sepenuhnya, menatapku dengan alis yang saling bertaut meminta jawaban.

"Aku menjadi pegawai tetap sekarang!" Ujarku.

"Benarkah?"

Aku mengangguk cepat, ia sontak menghembuskan napasnya lega. "Ya! Kau membuatku hampir jantungan!" Serunya. Aku terkekeh kecil, "kau terlihat seperti orang tua yang sedang mengomeli anaknya sekarang" ujarku yang mendapatkan pelototan tajam darinya. Ia baru saja hendak menarik telingaku ketika bus yang hendak mengantarkan kami menuju tempat kami bekerja datang. Akupun langsung menarik tangannya untuk segera menaiki bus dan sudah penuh sesak.

●●●

Kupandangi jalanan Kota Seoul yang nampak padat. Meski tidak sampai menimbukan kemacetan yang parah, namun terkadang aku masih tersungut kesal karena bisingnya suara klakson kendaraan yang masing meraung dan bersahutan. Oh ayolah, bukan hanya para pemilik Sedan dan Pajero itu saja yang punya urusan penting, bisakah mereka sedikit berbesar hati dan bersabar?!

"Seul-ah, kau sedang memandangi apa?" Lamunanku buyar begitu pemuda di sampingku ini menepuk bahuku pelan, "bukan apa-apa" ujarku. Ia kemudian mengalihkan kembali pandangannya pada sebuah komik Marvel seri terbaru di pangkuannya.

Attention || SeulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang