6 || Ramyeon talk

215 35 3
                                    

Seperti kebanyakan orang, hari sabtu diperuntukkan bagi para pekerja melepas penat setelah lima hari lamanya berkutat dengan pekerjaan yang membuat kelapa pening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti kebanyakan orang, hari sabtu diperuntukkan bagi para pekerja melepas penat setelah lima hari lamanya berkutat dengan pekerjaan yang membuat kelapa pening. Sedikit merenggangkan punggung dan menghela napas, lalu menyiapkan kembali energi untuk menyambut hari senin, yang meski tak memiliki salah apapun, namun tetap saja menjadi objek umpatan dan keluhan memuakkan.

Seperti halnya Seulgi, kali ini ia bersama Jungkook dan juga Hoseok memutuskan untuk berolahraga ringan di sebuah gelanggang olahraga yang dibuka untuk umum di dekat sungai Han. Ia butuh udara segar dan merenggangkan ototnya yang kaku setelah beberapa hari belakangan terus menegang.
Seulgi sejak tadi tertawa terpingkal akibat aksi Jungkook yang berusaha melakukan split namun hasilnya nihil. Ia tak sanggup merenggangkan kedua kakinya dan justru menjerit hingga membuat beberapa orang menoleh. "Ya! Jangan memaksakan diri! Pikirmu kau ini atlet balet?!" Seulgi berdecih yang membuat Hoseok semakin terpingkal.

"Seul-ah, adikmu ini kalah taruhan denganku dan sebagai gantinya ia harus melakukan split! Dia juga bertaruh pizza untukku!" Ujar Hoseok girang. Ia bahkan terus memberikan semangat kepada Jungkook yang berpeluh.

"Taruhan apa?"

"Biasa, Liga Inggris. Aku memegang Chelsea sementara dia Manchester United. Dan tentu saja Chelsea menang 3-1!"

"Oh, begitu" Seulgi menangguk sok paham. Dasar lelaki, bagaimana Hoseok tidak terus mengeluh dompetnya tipis jika semua hal pria itu jadikan taruhan? Untung saja kali ini Dewi Fortuna sedang berada dipihaknya, jika tidak, Seulgi yakin ia yang akan jadi korban mulut ember pria bermarga Jung itu.

"Kau tau Seul, jagoanku Eden berhasil mencetak--"

"Tidak tahu! Sudah jangan kau teruskan! Toh aku tak akan paham" Seulgi lalu ikut-ikutan memberi semangat pada Jungkook yang kemudian mendengus sebal. Kakaknya ini memang kelihatannya saja garang, padahal jika disandingkan dengan seorang Jung Hoseok, mereka tak ubahnya seperti saudara kandung yang terserang virus rabies, bertingkah sama gilanya.

"Ya! Kalian berdua tidak cukup mentertawakanku?! Kalau celanaku robek bagaimana?!" Omel pemuda delapan belas tahun itu. Sementara Hoseok hanya mengibaskan kedua tangannya, "hais! Itu sih deritamu!" Jawabnya yang mengundang tawa dari Kang Seulgi.

"Seul, lain kali kau harus ikut taruhan!" Seru Hoseok. Sementara Seulgi berdecih, "tidak mau! Kau pasti akan membuatku membayar tiga loyang pizza kan?!"

Hoseok kembali tertawa hingga matanya hilang menyipit, "hooh tentu saja! Kau ini kan baru naik pangkat, berbagi sedikit gajimu denganku kan tidak ada salahnya!"

"Naik pangkat pantatmu!"

"Naik pangkat maksudnya apa hyung?" Jungkook datang menimbrung Seulgi dan Hoseok yang terduduk di pinggir tribun. Ia lalu menerima dengan senang hati sebotol air mineral yang di berikan Seulgi.

"Kakakmu ini sekarang menjadi sekretaris alih-alih bekerja di dapur, dan gajinya pasti lebih besar. Bukan begitu, Seul-ah?" Selepas kerja kemarin, Seulgi memang menepati janjinya untuk bicara dengan sahabat baiknya itu dan menceritakan semua. Tentu saja karena lelaki itu memaksa. Seulgi tak kuasa membiarkan kupingnya memerah karena Hoseok dan mulut cerewetnya akan terus mencecarnya hingga ia membuka mulut.

Attention || SeulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang