"Jungkook berhenti mengikutiku atau aku akan mematahkan lehermu!" Ucapku geram. Bagaimana tidak, sejak tadi dia terus saja mengikutiku yang hendak pergi bekerja dan terus menempel padaku seperti anak itik yang takut kehilangan induknya. Bahkan bocah itu tidak mau melepaskan rangkulannya meski hotel tempatku bekerja sudah berada di depan hidungnya! Benar-benar bocah ini!
"Tidak mau! Aku akan mengikutimu sampai di dalam dan memastikan kau bekerja dengan benar!"
"Demi Tuhan, Jungkook! Memangnya apa yang ada di dalam pikiran kotormu itu?!"
"Hoseok hyung bilang kalau Noona pekerja bayaran"
Segera aku berdecak kesal, "hei, otak siput. Kau percaya kata-kata manusia setengah rakun itu?! Aku ini seorang koki tahu. Kau pikir untuk apa aku bekerja kalau bukan untuk digaji?!"
"Ah, molla! Pokoknya aku akan melihat dulu pekerjaanmu seperti apa!"
"Yak! Kau tidak percaya padaku?!" Dengan kesal aku menjewer telinganya hingga memerah. Huh, rasakan itu. Ia memekik kesakitan dan berusaha untuk melepaskan jepitan jariku. "Y-yak sakit, Noona!"
"Noona!"
Melihat wajahnya yang mulai memerah menahan sakit, aku terkekeh geli dan mengelus telinganya yang memerah seperti buah tomat. "Pulanglah, bantu Bibi Jung menjaga toko dan aku akan memberimu uang saku" ujarku.
Matanya sontak membulat lucu, "benarkah?" Tanyanya.
Aku mengangguk mengiyakan. Lalu tiba-tiba tangan besarnya menangkup wajahku, membuat kedua pipiku menggembung akibat ditekannya kuat. "Y-yak! Lepaskan"
"Aku masih rindu padamu tahu!" Serunya. Saat aku masih meronta untuk melepaskan tangan Jungkook pada kedua pipiku, aku terkejut begitu tangan lain mencengkramku kuat dan menarikku hingga aku tersentak mundur. Mataku membulat lebar begitu mendapati seorang pria yang antensinya sejak kemarin membuatku terus menggerutu berdiri dihadapanku dan menatapku tajam dengan manik kelamnya.
Sungguh, aku tidak peduli lagi dengan mimik wajahku yang mungkin terlihat bodoh dengan rahang yang hampir jatuh, begitu ia menarikku melewati Jungkook yang menampilkan wajah sama bodohnya, menuju audi hitamnya.
"Masuk" perintahnya.
Aku mengerjapkan mata berusaha untuk mengembalikan kembali kesadaranku. "S-sajangnim, jarak hotel hanya seratus meter lagi. Lebih baik aku berjalan kaki saja"
Ia menghiraukanku dan justru membukakan pintu di samping kemudi untukku, dengan gestur kepalanya, ia menyuruhku untuk segera bertindak.
Oh, aku pasti lupa ucapannya kemarin.
Pria satu itu tidak suka dibantah.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention || Seulmin
FanfictionA [ Kang Seulgi × Park Jimin] story. Bagi Seulgi, berlari adalah sebagian dari masa kecilnya, hidupnya. Ia suka ketika dentuman keras suara senapan untuk memulai pertandingan terdengar. Ia suka ketika kaki-kaki kecilnya perpacu di lintasan. Dan yan...