Jika saja jarum jam berdetak lebih lambat dan ia masih punya cukup waktu, Seulgi tak akan membuang kesempatannya untuk mengumpati semua orang di ruangan ini yang tengah menatapnya sinis. Dadanya naik turun, seiring dengan napasnya yang memberat karena emosi. Oh Demi Neptunus---gadis itu mendesis, bisakah orang-orang Tiongkok itu mengucapkan sedikit rasa terima padanya kasih dan menurunkan pandangannya?
Demi Tuhan, Seulgi telah menolong nyawa mereka yang diujung jurang karena hidangan patisserie untuk acara hari ini rusak---karena ulah pegawai yang menjatuhkannya tanpa sengaja--- ia tahu menerobos masuk dapur orang mungkin bukan tindakan yang sopan, tapi ia tidak punya pilihan. Pastry chef di dapur ini hanya dua orang; pria berbadan tambun dan seorang gadis yang mencicit takut di sebelahnya. Sedangkan satu jam lagi acara pengesahan hotel ini akan dimulai, yang artinya ia tidak punya banyak waktu.
Maka dengan berbekal kenekatan, gadis itu menerobos masuk ke dalam kekacauan di dapur. "Can we just order from the bakery?" Mengabaikan tatapan keheranan dari para pekerja--mungkin mereka bertanya-tanya siapa gadis asing yang tiba-tiba muncul itu--Seulgi bertanya pada Pastry Chef berbadan tampun yang tengah panik. "it won't help. There is no bakery near here that can prepare many orders within an hour."
"Then you just stay queit?! Cmon, i'll help you, we have no time!"
Seulgi berseru, yang kontan saja kembali mendapatkan tatapan keheranan. Barulah setelah gadis itu memberi penjelasan dengan singkat tentang ia yang dulunya bekerja di dapur--meski tanpa sertifikasi karena ia hanya belajar dari Seokjin--, pria berbadan tambun itu mulai kembali mendapatkan kesadarannya dan mulai bergerak untuk membuat patisserie sederhana yang tidak memakan banyak waktu.
Dan satu jam itu dilewatinya dengan cepat. Patisserie yang rusak memang tidak banyak, jadi setidaknya satu jam itu cukup untuk meng-cover kekacauan yang terjadi. Satu jam itu pula, Seulgi penuh dengan keringat dan tatapan sinis yang terus dilayangkan kepadanya, mungkin saja orang-orang tidak tahu siapa yang sedang mereka hadapi, Oh mungkin saja mereka menganggap Seulgi sebagai gadis ingusan bar-bar yang tidak tahu malu.
Gadis itu balas tersenyum sinis, keparat! Dengusnya. satu kalimat aduan darinya bahkan dapat membuat mereka semua kehilangan pekerjaan, mereka hanya tidak tahu.
Gadis itu kemudian melenggang keluar dengan raut jengkel, yang sama sekali tidak coba ia sembunyikan. Pergi ke area rooftop di lantai enam belas guna mencari angin segar mungkin bukan ide yang buruk.
"Seulgi-ssi, ada apa ini?" Begitu keluar dari dapur, gadis itu langsung diberondong oleh pria Kim dengan panik. Oh tentu saja, siapa yang tidak panik mengingat tabiat bos besar yang mungkin tak akan membiarkan mereka lolos jika ada sedikit saja gangguan di acaranya, "Um, ada masalah di bagian patisserie, tapi kau tidak perlu khawatir, Sunbaenim. Aku sudah mengatasinya. "
"Kau membantu di dapur?" Namjoon kini memperhatikan penampilan Seulgi yang cukup berantakan. Kemeja biru langit yang ia kenakan sudah tidak selicin tadi pagi, helaian rambut sudah mencuat dari gelungannya, dan mungkin juga bedaknya sudah luntur karena keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention || Seulmin
FanfictionA [ Kang Seulgi × Park Jimin] story. Bagi Seulgi, berlari adalah sebagian dari masa kecilnya, hidupnya. Ia suka ketika dentuman keras suara senapan untuk memulai pertandingan terdengar. Ia suka ketika kaki-kaki kecilnya perpacu di lintasan. Dan yan...