Seulgi terus berlari. Lorong yang mengapit tubuh kecilnya terasa semakin sesak, sedangkan langkah kakinya semakin tak tentu arah di dalam kegelapan yang terus menelannya. Napasnya memburu, keringat dingin terus bercucuran dan tubuhnya mulai bergetar hebat. Ia ingin berteriak. Meminta tolong pada siapa saja untuk mengeluarkannya dari lorong tak berujung ini. Namun semakin ia berusaha untuk berteriak, suaranya semakin tercekat.
Seulgi!
Begitu longlongan itu terdengar, gadis itu sontak mempercepat langkah. Mengabaikan hawa dingin yang menusuk tulang dan napasnya yang semakin tak beraturan, gadis itu terus berlari, berhadap menemukan secercah cahaya yang akan membawanya pada kebebasan.
Seulgi!
Longlongan itu kembali terdengar. Dan tiba-tiba saja kepalanya berdenyut keras, tubuhnya sontak ambruk. Lututnya menghantam lantai yang keras dan dingin. Air matanya tiba-tiba menyeruak, rasa takut mencengramnya begitu erat. Hingga kegelapan kembali merenggut kesadarannya, ia seorang diri.
●●●
Gadis bersurai hitam itu sontak terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu. Jantungnya berpacu cepat seperti baru saja menyelesaikan lari marathon. Ia mengusap keringat yang membanjiri dahinya dan mendesah berat, mimpi itu lagi.
Dengan pening yang masih menyisa, gadis itu bangkit dari ranjang kecilnya dan meraih gelas berisikan air putih di atas nakas. Sembari mengusap wajahnya pelan, ia mencoba untuk menenangkan diri. Meski mimpi-mimpi itu selalu datang di tiap-tiap malamnya yang sepi, namun Seulgi agaknya belum bisa, atau tidak bisa membiasakan diri. Mungkin sudah sekitar dua tahun lamanya, dan selama itu pula ia selalu dirundung cemas ketika berada di ruang gelap dan sempit.
Gelap
Perlahan ia bangkit berdiri. Melangkah pelan ke sudut ruangan. Disibaknya horder yang sontak menampakkan pemandangan Kota Seoul di pagi hari. Membawa secercah cahaya yang akan menemaninya mengawali hari ditengah pelarian dari dunia kelamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention || Seulmin
FanfictionA [ Kang Seulgi × Park Jimin] story. Bagi Seulgi, berlari adalah sebagian dari masa kecilnya, hidupnya. Ia suka ketika dentuman keras suara senapan untuk memulai pertandingan terdengar. Ia suka ketika kaki-kaki kecilnya perpacu di lintasan. Dan yan...