"Gue suka sama lo." Ucap seorang laki-laki kepada Alle.
"Ya terus?." Tanya Alle bingung.
"Gue maunya lo jadi pacar gue, kalau lo bersedia." Jawab lelaki tadi.
"Tapi maaf kak, kita kan ngga saling kenal, permisi. " Ucap Alle sembari meninggalkan orang yang tadi sudah menyatakan perasaannya kepada Alle untuk menuju kelas X IPA 2, kelas yang sekarang telah menjadi tempat Alle untuk menuntut ilmu dalam beberapa minggu terakhir ini. Lelaki yang tadi menyatakan perasaannya kepada Alle hanya dapat menatap punggung Alle yang kian menghilang dari pandangannya.
Alle bingung sendiri dengan keadaan sekolahnya dari awal Alle memutuskan untuk sekolah di Cahaya Bakti. Pasalnya, baru beberapa minggu Alle menginjakkan kakinya di sekolah ini sudah sekian banyak lelaki yang mengatakan menyukainya atau ingin menjadikan Alle sebagai pasangannya. Yang benar saja, bahkan Alle sudah lupa dengan nama-nama orang yang telah menyatakan perasaannya kepada Alle atau lebih parahnya lagi, Alle memang tak tau nama-nama mereka, dan pagi ini, saat Alle baru masuk ke dalam gerbang sekolahnya yang bahkan Alle saja belum meletakkan tas nya di kelas, Alle sudah dihadiahi pernyataan cinta seseorang kepadanya.
*****
Setelah sampai di kelasnya, Alle langsung menduduki bangkunya di samping Farah, dan langsung disertai dengan pekikan Farah yang sudah seperti toa bagi Alle, atau mungkin bagi semua orang? Entahlah. Farah merupakan teman sebangku Alle, sekaligus teman sekelas Alle saat SMP. Mereka awalnya tidak begitu akrab saat SMP, namun karena pada saat itu Alle hanya mengenal Farah akhirnya Alle memutuskan untuk duduk sebangku dengan Farah.
"Alleeeee, ya ampun. Lo lama banget sih dateng ke kelas, gue kan mau nyontek pr." Ucap Farah yang disertai dengan cengiran khasnya diakhir kalimatnya.
"Isshhh sabar kali, gue baru aja dateng nih. Mangkanya, otak tuh dipakek buat ngisi pelajaran, bukan mikirin cogan!." Protes Alle kesal. Bagaimana tidak, dia baru saja mendudukan dirinya disini dan sudah dihadiahi jeritan Farah, yang bisa dibilang dapat memekakkan indra pendengarannya. Tetapi yang disindir malah cengar-cengir tak jelas kepada Alle.
"Ambil sendiri bukunya di tas." Sambung Alle, tak mau ambil pusing jika nanti Farah merengek kepadanya seperti bocah 5 tahun yang meminta di belikan lolipop. Menyusahkan.
"Ya kan gue ngeliatin cogan buat cuci mata Al." Ucap Farah diselingi kekehan kecil dirinya sembari menyalin buku pr Alle.
"Iya iya, serah lo deh, cepetan lo nulis, udah mau masuk nih." Peringat Alle kepada Farah. Otomatis Farah langsung melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Gilaaa, 7 menit lagi." Jerit Farah dan menambah kecepatan menulisnya.
"Lo ngomong bisa kecilin dikit ngga sih, sakit nih telinga gue denger lo jerit mulu." Ucap Alle kesal dengan Farah yang tidak bisa mengecilkan volume suaranya dari dulu.
"Maaf Al, reflek gue." Jawab Farah yang lagi-lagi menunjukkan cengiran di wajahnya. Alle yang mendengar hanya mendenguskan nafasnya. Tak mau ambil pusing dan membiarkan Farah menulis lagi.
"Selesaiiii. Nih Al, tencu yaaa." Jerit Farah pada Alle sembari memberikan buku Alle kembali pada sang pemilik. Baru beberapa menit yang lalu Alle memperingatkannya untuk tidak menjerit, Farah sudah menjerit kembali. Sepertinya jeritan dan Farah tidak dapat dipisahkan.
"Wuihhh kecepatan menulis gue boleh juga." Ucap Farah membanggakan diri, setelah melihat waktunya yang masih menyisakkan 1 menit lagi sebelum bel berbunyi.
"Itumah namanya the power of kepepet kali." Jawab Alle.
"Tapi kan tetep aja gue gercep." Ucap Farah tetap membela dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Tell You
Teen FictionAllecya Brianna Alexi, begitu nama pemberian yang di dapatnya dari orang tua angkatnya. Karena kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu membuat Allecya kehilangan ingatannya saat umurnya yang masih menginjak 9 tahun. Banyak kisah yang terpe...