Chapter 6

187 11 2
                                    

Alle melangkahkan kakinya menyusuri lorong kelasnya. Dari tadi, Alle tak henti-hentinya mencari Farah yang perginya entah kemana setelah mengganti baju olahraganya. Alle bisa saja menghubungi Farah jika gadis yang dicarinya itu tidak meninggalkan handphonenya di kelas.

Alle sudah menyusuri hampir seluruh sudut sekolahnya, mulai dari gedung satu, gedung dua, gedung tiga, perpustakaan, laboratorium, toilet bahkan taman belakang sekolahnya sudah Alle datangi, tapi hasilnya tetap sama, Farah tidak ada disana. Jika bukan karena Alle ingin menagih janji Farah yang akan menceritakan perihal masalahnya, Alle tidak akan nekat mencari Farah sampai sekeliling sekolahnya dan mendapat tatapan yang tidak mengenakan dari kakak kelasnya saat ini.

Hanya ada dua tempat lagi yang terdapat kemungkinan jika Farah berada disana dan belum Alle datangi keberadaannya yaitu ruang guru dan gudang. Alle memutuskan untuk mendatangi gudang terlebih dahulu, karena jika Alle mendatangi ruang guru untuk saat ini bukanlah jam yang tepat. Bayangkan saja, jam pelajaran tengah berlangsung sekarang dan Alle malah berkeliaran di luar kelasnya. Sebenarnya, jika pelajaran olahraga telah selesai dan jam pelajaran olahraga masih tersisa, siswa di sekolah ini diperbolehkan keluar kelas asalkan memakai baju olahraganya, tapi Alle lebih memilih mengganti baju olahraganya terlebih dahulu karena ia sudah tidak tahan dengan gerah yang melandanya.

Alle melangkahkan kakinya menuju gudang. Sebelum masuk ke dalam, Alle memastikan terlebih dahulu keadaan sekitarnya. Merasa tak ada yang melihatnya saat ini Alle melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam. Hal yang pertama dirasakan Alle adalah sesak. Bagaimana tidak, ruangan itu tidak memiliki ventilasi udara sedikit pun. Tak mau semakin lama di ruangan berdebu itu, Alle memilih untuk mundur dan kembali ke kelasnya. Tetapi langkahnya terhenti ketika melihat ada sesuatu yang janggal pada sudut ruangan itu. Dilangkahkannya kakinya mendekat kearah sudut ruangan yang membuat rasa penasaran di dirinya bangkit. Ia sempat ragu dan berhenti untuk melangkah ketika mendengar suara yang dapat membuat dirinya merinding untuk saat ini.
'Gila, bunyi apaan dah, jangan-jangan, ya tuhan selametin hamba mu ini.' Ucap Alle, berdoa agar segera sampai pada tujuannya.

Ruangan itu sangat minim akan cahaya, bahkan hanya memiliki penerangan pada saat pintu gudang terbuka. Alhasil, Alle harus menyalakan senter di handphone nya untuk membantu penglihatannya di gudang ini.

Dilihatnya, anak tangga yang menjulang tinggi berada dihadapannya sekarang, entah keberanian dari mana, Alle dengan yakin melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang cukup terjal itu.

Semakin jauh melangkah, semakin terlihat cahaya yang berasal dari atasnya. Sayup-sayup Alle mendengar suara orang yang sedang melantunkan lagu sembari memetikkan gitarnya.

Seakan penasarannya tambah menjadi, Alle terus melangkahkan kakinya ke atas. Bahkan, Alle sudah tidak memperdulikan janji Farah terhadapnya.

"Wow!!." Pekik Alle yang disambut langsung oleh semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya.

Orang yang tengah melantunkan lagu itu seketika menghentikan aktivitasnya dan menoleh kebelakang, mencari orang yang menimbulkan kebisingan menurutnya.

"Woy!." Panggil orang itu, merasa terganggu dengan keadaan Alle yang datang secara tiba-tiba, mengganggu ketenangannya.

Merasa ada memanggilnya, Alle memutuskan untuk menoleh ke sumber suara.

"Lah, kok bisa ada lo sih." Ucap Alle yang tak terima dengan keberadaan orang lain selain dirinya.

"Jelas-jelas gue duluan disini, lo nya aja yang dateng-dateng ngerusak ketenangan gue." Sindir orang itu pada Alle.

"Iya sih, tapi kan--"

"Apa? Mau ngelak lo? Emang iya kan gue duluan yang disini, dan asal lo tau, ngga ada yang pernah berani kesini kecuali gue perintah." Ucap orang itu memotong ucapan Alle sebelumnya.

If I Could Tell YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang