Sinar matahari yang mulai menampakan wujudnya sedikit demi sedikit menembus celah tirai yang sedikit tersingkap, menusuk kedua mata seorang gadis yang tengah terpejam sebelumnya.
Perlahan-lahan gadis itu membuka matanya sembari sesekali mengerjap, sebagai upayanya untuk mengusir kantuk yang masih betah bersarang di indra penglihatannya.
Diedarkannya kedua bola mata indahnya ke sekitar, setelah mendapat apa yang dicarinya, ia lantas membuka sekilas benda yang tak lain adalah ponsel sang gadis. Tak lama setelah ia mengecek beberapa pesan yang masuk, indra pendengarannya menangkap sebuah suara dari luar kamar yang diselingi dengan ketukan pintu.
"Alle, apa kamu sudah bangun sayang?." Ucap seorang wanita dari luar kamar, yang Alle yakini itu suara milik mamanya, Ellena.
"Udah ma." Sahut Alle dari dalam, sembari mencepol asal rambutnya.
"Kalau kamu sudah bersiap, segera turun ke bawah untuk sarapan." Ucap Ellena seperti biasanya.
Dengan malas Alle beranjak dari atas tempat tidurnya sembari meraih handuk yang bertengger pada tempatnya, kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju kamar mandi yang berada di sudut ruangan kamarnya.
Setelah cukup lama Alle berada dikamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia memutuskan untuk keluar dan segera memakai atribut sekolahnya. Alle tidak membutuhkan waktu lama untuk bersiap, karena untuk hari ini, Alle memutuskan untuk tidak mencuci rambutnya terlebih dahulu.
Pukul enam tepat Alle sudah siap dan langsung keluar dari dalam kamarnya kemudian melangkahkan kakinya menuruni anak tangga.
Setelah sampai pada pijakan terakhir, langkah kaki Alle terhenti karena Alle hanya menemukan Bagas dan Bi Ijah di bawah, tanpa adanya Ellena dan Abraham.
'Dimana mama dan papa?.' Batin Alle bertanya, tapi tak lama setelahnya Alle memutuskan untuk kembali melanjutkan langkah kakinya."Bang, papa sama mama kemana?." Tanya Alle, menyuarakan pertanyaan yang dari tadi berada di benaknya.
"Mama nganter papa ke bandara." Jawab Bagas sembari memasukan sarapan ke mulutnya.
"Lah, papa mau kemana? Kok aku ngga tau ya?." Tanya Alle lagi.
"Papa kan mau ke London Al. Kamu lupa? Oh iya yah, kamu aja dari semalem ngga keluar kamar, jadi mama ngira kamu udah tidur." Jawab Vero.
Alle terdiam sejenak, memang setelah ia mendengar percakapan Ellena dan Abraham waktu itu, Alle memutuskan untuk kembali ke kamar untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.
"Ihh, Alle kan keluar kamar semalem." Kesal Alle tak terima dengan ucapan Bagas yang tidak sepenuhnya benar itu, karena Alle masih ingat betul dirinya keluar kamar pada saat ingin ke rumah sakit semalam.
Bagas hanya mengendikkan bahunya acuh sebagai jawaban dirinya. Tak lama setelahnya, Bagas teringat perkataan Ellena sebelum pergi ke bandara tadi.
"Al, pak Yono kan nganter papa ke bandara, berarti kamu pergi ke sekolah bar--"
"Bareng abang kan? Iyaaa Alle tauu." Belum sempat Bagas menyelesaikan ucapannya, Alle telah memotong ucapan Bagas terlebih dahulu membuat sang pembicara mendelik ke arah Alle.
"Sekalian isiin abang bensin ya, hehe..." Ucap Bagas yang diselingi tawa kecil di akhir kalimatnya. Alle yang melihatnya hanya memutar kedua bola matanya malas. Hal itu sudah biasa bagi Alle. Pasalnya, abangnya itu memang sering meminta untuk diisikan bensin jika Alle menumpang pada Bagas. Tentu saja Bagas tak sepelit itu untuk selalu meminta untuk diisikan bensin oleh Alle, sehingga Bagas hanya meminta diisikan bensin jika dirinya pergi ke sekolah menggunakan motor sport kesayangannya saja, dengan alasan ingin mengehemat uang jajan, terkadang menghemat dengan pelit itu beda tipis ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Tell You
Roman pour AdolescentsAllecya Brianna Alexi, begitu nama pemberian yang di dapatnya dari orang tua angkatnya. Karena kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu membuat Allecya kehilangan ingatannya saat umurnya yang masih menginjak 9 tahun. Banyak kisah yang terpe...