Alle melangkahkan kakinya menuju lobby rumah sakit, setelah ia mengangkat panggilan telpon yang merupakan panggilan dari taksi online yang dipesannya. Untung saja Alle tak menghiraukan perkataan Vero, jika yang menghubungi laki-laki itu adalah salah satu fans-nya dan berkeinginan untuk memutuskan panggilan. Bahkan Alle tak yakin jika lelaki aneh yang tingkat kepercayaannya sangat tinggi itu memiliki fans. Alle menggelengkan kepalanya, mengusir fikiran yang mengada-ada di dalam otaknya. Diedarkannya pandangannya ke sekitar. Setelah dirasa menemukan taksi online yang dipesannya. Alle mendekat, memastikan taksi yang dipesannya sudah benar. Kemudian masuk ke dalamnya, yang disusul Vero setelahnya.
"Baru pulang dari jenguk temannya ya?." Tanya sang supir memulai pembicaraan. Sesaat setelah mobil dijalankan.
"Iya."
"Enggak." Ucap Alle dan Vero secara bersamaan kemudian saling melemparkan tatapan sinis satu sama lain. Tangan sang supir yang awalnya memegang stir di kedua sisi, kini hanya menyisakan pegangan di satu sisi, karena telah berpindah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari tertawa kikuk.
"Siapa yang sakit dek?." Tanya sang supir pada Alle, karena dari jawaban yang didapatnya, Alle lah yang menjawab bahwa ia yang menjenguk seseorang di rumah sakit tadi.
"Ngga tau, orang gila yang sakit." Ucap Alle sinis, yang sukses mendapat hadiah sebuah jitakan dari Vero. Alle yang tak terima lantas melirik Vero dengan tajam. Mungkin bila lirikan dapat membunuh seseorang, Alle sudah sangat yakin bahwa Vero telah terbunuh dengan tatapannya saat ini.
Sang supir yang melihat dari kaca kemudi menggelengkan kepalanya sembari terkekeh, kemudian memilih untuk diam, tak mau ambil pusing dengan Alle dan Vero yang menurutnya cukup aneh jika disebut sebagai 'pasangan'.
"Mobilnya kenapa mas?." Tanya Alle membuka suara setelah beberapa saat sebelumnya heninglah yang lebih mendominasi. Alle melirik ke luar jendela mobil, ketika menyadari mobil terhenti.
"Lah, bukannya udah sampai ya dek?." Ucap sang supir heran. Kemudian melihat ke arah ponselnya lagi, yang saat ini tengah menunjukkan tampilan google maps yang merupakan alat petunjuk jalannya. Setelah merasa ia tak salah, sang supir lantas memperlihatkan layar ponselnya pada Alle.
"Makasih mas." Ucap Vero. Memberikan ongkos yang telah tertera, kemudian melangkah keluar dari taksi yang ditumpanginya. Meninggalkan Alle yang terlihat bingung di dalamnya.
"Dek?." Ucap sang supir menyadarkan Alle. Alle menoleh, kemudian mengucapkan terima kasih pada sang supir dan segera keluar menyusul Vero, meskipun ia masih merasa kebingungan saat ini.
"Gue kira, lo mau ikut pulang sama supirnya." Ejek Vero. Membuat kepala Alle mendidih karena kesal dan malu dalam waktu yang bersamaan. Alle mendenguskan nafasnya kasar, mencoba menetralisir darahnya yang sepertinya telah memuncak. Kemudian merilekskan dirinya terlebih dahulu, jika ia tak mau memiliki hipertensi di usia muda. Alle melirik ke arah Vero sekilas, kemudian memalingkan mukanya. Menatap jalanan yang tengah memperlihatkan beberapa kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di depannya. Entah mengapa Alle merasa lelaki yang satu itu sering kali membuat dirinya kesal.
"Ngapain juga sih lo stop disini, rumah lo di bengkel? Atau gimana sih." Ucapan Alle terdengar tak ramah sedikitpun, tetapi tidak bagi Vero. Ia malah terkekeh seraya menggelengkan kepalanya. Sebut saja, membuat Alle kesal merupakan hobi barunya.
"Lo mendingan diem deh. Gue mau ngeluarin motor." Alle mengangkat sebelah alisnya, meminta penjelasan yang sayangnya tidak diindahkan oleh Vero.
Lelaki itu tak berbohong. Ia memang mengeluarkan motor sport hitam miliknya dari dalam bengkel, yang bisa dibilang Alle termasuk salah satu bengkel yang lumayan besar. Gerak-gerik lelaki itu tak lepas dari penglihatan Alle, yang kini tengah mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dengan gambar dua pahlawan yang sangat berjasa di negara ini. Selesai membayar tagihannya, Vero segera menghidupkan motor miliknya. Mendekati Alle yang melihatnya dengan tatapan penasaran. Bagaimana bisa Alle tidak penasaran, sedangkan fikirannya terpusat untuk memikirkan mengapa dan bagaimana caranya motor berwarna hitam yang kini berada di depannya itu dapat berada di bengkel sedangkan lelaki itu bahkan tidak sadarkan diri?.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Tell You
Teen FictionAllecya Brianna Alexi, begitu nama pemberian yang di dapatnya dari orang tua angkatnya. Karena kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu membuat Allecya kehilangan ingatannya saat umurnya yang masih menginjak 9 tahun. Banyak kisah yang terpe...