Alle menatap papan tulis berlatar putih dengan pandangan malas. ditambah lagi, kini tontonan gratis dihadapannya tengah memperlihatkan jajaran rumus yang dapat memabukan seisi kepalanya. Sekilas, Alle melirik jam dinding yang berada diatas papan tulis tersebut, berharap agar sang waktu dapat mempercepat lajunya.
Kringgg....kringgg.....
Bel pulang di sekolah SMA Cahaya Bakti akhirnya menggema di seluruh penjuru sekolah. Sekolah yang awalnya sunyi, kini mulai menimbulkan suara yang cukup bising. Sebagian murid telah berhamburan keluar kelas, menuju ke parkiran ataupun langsung ke gerbang sekolah.
Setelah Bu Cahya mengakhiri pelajaran dan keluar kelas, Alle beringsut untuk menyusun buku-bukunya, kemudian memasukkannya ke dalam tas miliknya. Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal Alle segera bergegas untuk meninggalkan kelas.
"Ada sejengkal kalimat yang ingin kusampaikan padamu."
Langkah kaki Alle seketika terhenti, ketika mendengar suara seseorang dari arah belakang."Tentang kata, yang disusun sedemikian rupa, hingga membentuk klausa." Lanjut orang itu. Alle terdiam sejenak, mengapa dirinya tak asing dengan kata kata yang diucapkan orang itu?.
"Men--" Belum sempat orang itu menyelesaikan bacaannya, Alle sudah berbalik arah dan sesegera mungkin merebut kertas yang berada di tangan orang itu. Setelah tadi Alle berfikir sejenak untuk mengingat kata demi kata yang diucapkan orang itu, akhirnya Alle tersadar, bahwa puisi yang dibaca oleh orang itu adalah puisi miliknya. Pantas saja Alle sudah tidak asing dengan kata-kata yang berada di dalam kertas itu.
Tanpa fikir panjang, Alle segera menyimpan kertas yang berisikan puisi itu ke dalam tasnya, membuat orang yang tadi tengah membaca puisi itu kini memincingkan matanya ke arah Alle, menatap Alle curiga.
"Itu puisi lo ya Al? Ecieeee buat siapa hayooo." Ucap orang itu sembari mencolek dagu Alle, berupaya menggodanya. Yang tentu saja ditepis oleh Alle dengan segera.
"Apaan sih Far! puisi itu emang punya gue, tapi ngga mau gue kasih ke siapa siapa kali. Emangnya salah gitu, buat puisi untuk diri sendiri?." Ucap Alle beralasan.
"Yakin? Kok--"
"Gue duluan yah Far, byeeee." Ucap Alle memotong perkataan Farah, dan setelahnya Alle beranjak meninggalkan Farah sembari melambaikan tangannya. Alle memutuskan untuk segera menuju rumah sakit, karena puisi yang tak sengaja dibaca oleh Farah mengingatkannya untuk segera mengunjungi Vero, sebelum abangnya yang possesif itu menghentikan tujuannya untuk yang kedua kalinya.
"Lo hutang penjelasan sama gueeee." Teriak Farah dari arah belakang, yang tentu saja tidak dihiraukan oleh Alle dan lebih memilih mempercepat langkah kakinya menuju gerbang sekolah.
*****
"Mari nona." Ucap Pak Yono mempersilahkan Alle masuk ke dalam mobil. Sungguh, untuk saat ini Alle sudah sangat bingung bagaimana caranya mencari alasan untuk memberitahukan pada Pak Yono agar mengantarkannya ke rumah sakit sekarang. Bisa-bisa Pak Yono akan memberitahukan kepada Ellena, jika Alle sedang pergi ke rumah sakit. Mamanya itu pasti akan berfikiran yang tidak-tidak jika Alle tidak pandai untuk beralasan.
"Pak, nanti antarkan Alle ke rumah temen Alle aja ya pak, Alle mau kerja kelompok soalnya." Akhirnya, Alle memilih alasan kerja kelompok yang menurutnya sudah sangat pas untuk jam pulang sekolah seperti sekarang.
"Apa nona sudah izin ke nyonya?." Tanya Pak Yono. Pastinya Pak Yono tidak akan mengambil resiko karena telah gegabah dalam melakukan tugasnya.
"Hmm, mungkin nanti Alle bakalan numpang nelpon di rumah temen aja, soalnya batre ponsel Alle habis." Pak Yono menganggukan kepalanya, kemudian melajukan mobilnya menuju alamat yang di arahkan oleh Alle. Dengan bermodalkan akal dan google maps tentunya, akhirnya Alle berhasil menemukan rumah yang berada disekitar kawasan rumah sakit. Alle bersyukur telah dikaruniai otak yang akan berkerja dengan cepat disaat hal genting, atau kalian dapat menyebutnya dengan kata licik mungkin? Oh tidak, tetapi Alle lebih memilih menyebutnya dengan sebutan pintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Tell You
Teen FictionAllecya Brianna Alexi, begitu nama pemberian yang di dapatnya dari orang tua angkatnya. Karena kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu membuat Allecya kehilangan ingatannya saat umurnya yang masih menginjak 9 tahun. Banyak kisah yang terpe...