Chapter 7

175 11 4
                                    

Alle sedang terduduk di balkon kamarnya. Memandangi langit dengan gemerlap bintang dan sinar bulan yang menemani malamnya dikala ia merasa bosan. Alle menarik nafasnya panjang. Kejadian beberapa jam yang lalu masih terbayang di dalam ingatannya.

Flashback on

"Bagaimana pun juga, kita harus menemukan keluarga Alle." Ucap Abraham yang membuat Ellena menoleh kearah suaminya

"Tapi mengapa?." Tanya Ellena.

"Sudah lima tahun semenjak kita menemukan Alle. Bagaimana jika keluarganya mencarinya? Mungkin saat ini mereka sudah sangat khawatir karena Alle belum juga ditemukan." Ucap Abraham menjelaskan.

"Aku sudah sangat sayang kepadanya." Ucap Ellena sembari menghembuskan nafasnya berat.

"Tapi, kita akan melakukan hal yang sama jika kita kehilangan anak kita." Ucap Abraham terus-terusan memberi penjelasan kepada Ellena.

Alle mematung di balik tembok pembatas ruang tamu. Setelah mendengar percakapan Ellena dan Abraham yang tak sengaja didengarnya, Alle memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Awalnya, Alle ingin menemui Bagas untuk menanyakan perihal kaset filmnya yang dipinjam Bagas beberapa hari yang lalu, namun setelah ia mendengar percakapan yang tak sengaja didengarnya, maka diurungkannya tujuannya itu. Mood menontonnya tiba-tiba menurun setelah mendengar percakapan yang tak seharusnya ia dengar.

Flashback off

Alle menghembuskan nafasnya berat. Membayangkan jika ia masih memiliki keluarga saja tak pernah terlintas sedikit pun didalam ingatannya. Bisa saja, kehidupan indahnya dengan keluarga angkatnya sekarang hanya kebahagiaan sesaat dan tipuan semata yang dapat hilang dengan sekejap. Mungkin iya, untuk sekarang dirinya bahagia. Tapi kehidupannya di masa lalu? Apakah sebahagia sekarang? Atau malah sebaliknya? Tidak ada yang menjamin jika hidupnya yang dahulu bahagia bukan? Alle termenung, membiarkan waktu dan permainan kehidupannya menjawab semua pertanyaan di benaknya.
'Keluarga? Apa benar aku masih memiliki keluarga?.' Batin Alle sembari terkekeh lirih.

Setelah dirasa sudah cukup lama ia terduduk di balkon kamar yang ditemani dengan keadaan malam yang semakin lama membuatnya semakin dingin, karena cuaca Bandung yang kurang menentu akhir-akhir ini. Alle memilih untuk menutup pintu pembatas balkon dengan kamarnya. Diliriknya sekilas jam yang telah menunjukkan pukul 20.28, Alle memutuskan untuk membaca novel yang belum ia selesaikan kemarin, sembari menyenderkan kepalanya di kepala kasur queen size yang ia miliki.

Baru beberapa lembar ia membaca, tiba-tiba handphone Alle berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk, tanpa fikir panjang Alle langsung mengambil handphonenya yang berada di atas nakas.

From : 087956******

Jangan lupa sama janji lo.

"Janji? Janji apa? And wait, ini nomor siapa sih." Dahi Alle berlipat-lipat setelah membaca pesan dari nomor yang tak dikenalnya. Sudah terlalu banyak yang mengusik hidupnya akhir-akhir ini. Dan sekarang, bertambah lagi, seolah tidak ada ujungnya.

To : 087956******

Maaf, gue ngga kenal lo. Gak usah sok kenal sama gue.

Alle langsung membuang asal handphonenya setelah mengetik balasan pesan dari nomor itu. Kepalanya bertambah pusing setelah mendapat pesan yang membuat Alle harus mengingat janji apa yang pernah dia berikan. Seingatnya, dia tidak pernah berjanji kepada siapa pun.

Tak lama setelah ia membalas pesan tersebut. Handphone yang tadinya ia buang asal berdering, itu berarti seseorang tengah menelponnya, diliriknya sekilas layar handphone yang menunjukkan nomor tak dikenalnya lagi. Tanpa mengangkat telfon orang itu, Alle langsung meng- silent kan handphone nya.

If I Could Tell YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang