Jadilah dirimu sendiri, orang lain tidak perlu menyukaimu dan kamu tidak perlu memperdulikannya
-Everlyn Alendra-
.
.
.
"Yah terlambat. Pasti kena hukum lagi aihhs" Everlyn berdiri didepan gerbang yang menjulang tinggi, sambil menetralkan nafasnya ia segera masuk sebelum hukuman lebih berat lagi menunggu dirinya
"Andai tadi bisa nya engga mogok, pasti engga terlambat tapi gapapa ada baiknya juga uang bis nya tadi ngga diminta. Bisa nambah simpanan aku jadinya" Ia tersenyum lebar saat mengingat kejadian di bis beberapa menit lalu.
Meskipun berakhir terlambat akibat berlari jauh tapi sudah terbayar dengan uang bis nya yang aman aman saja tidak diminta oleh sang sopir bisa tadi.
"Loh Everlyn tumben terlambat. Biasanya paling semangat ke sekolah pagi pagi" Tanya salah satu siswi saat berpapasan dengan dirinya
"Tadi bisnya mogok" Jawab Everlyn sambil celingak celinguk melihat keberadaan OSIS seraya mengusap keningnya yang bercucuran keringat
"Ohh lebih cepat kalo gitu besok datangnya. Gue tinggal dulu ya mau ke fotocopy depan" Everlyn hanya mengangguk, perempuan itu adalah Najwa anak 10 MIA 1 perempuan berkerudung putih, sangat friendly kepada siapapun yang bersikap sopan kepadanya
Ia mengenal Everlyn, karna Everlyn pernah menolongnya saat ia kehilangan uangnya, membuat Nazwa masa bodo dengan omongan orang mengenai Everlyn si anak pembawa sial
Jika ia masih melihat kebaikan dimata gadis itu, tidak ada seorang pun yang boleh merasuki otaknya tentang jahatnya perempuan itu, ia merasa senang mengenal Everlyn, meskipun tak secara dekat sebagai teman, ia masih tetap mewanti dirinya dari orang yang membully Everlyn akan berembes padanya
"Lo! Anak 10 MIA 2 kan? kalo udah terlambat itu lari cepet. Kurang asupan lo pagi pagi, hah?" Everlyn terlontar kaget mendegar suara dibelakangnya sudah ia duga itu pasti OSIS yang bertugas hari ini
Everlyn membalikkan badannya lalu membungkuk hormat "Maaf kak, saya terlambat. Tadi ke-"
"Udah jangan minta maaf ke gue, minta hukuman lo sama Ketos langsung. Lain kali jangan terlambat. Lo sering dateng pagi pagi kan kesekolah? Gue inget soalnya" Everlyn hanya menunduk sambil menunggu kakak kelas dihadapan nya ini menyelesaikan kalimatnya
"Udah sana minta hukuman lo, alesan kena macet, angkot mogok atau apalah udah biasa gue denger. Lain kali cari alesan yang keren gitu biar gue tersentuh terus percaya" Cowok jangkung itu langsung pergi setelah menyelesaikan kalimatnya
Everlyn masih menunduk takut, ia begitu gugup harus menjumpai Ketua Osis sekolah ini. Bukan karna apa, menghadapi Anggota Inti Osis barusan tadi saja sudah membuatnya spot jantung. Apalagi menghadapi temannya yang menjabat sebagai Ketua Osis sekolah ini.
Everlyn mengembuhkan nafasnya perlahan lalu melangkah menyisiri lapangan lebar ini keringat pun tak berhenti mengucur dari dahinya. Mencari sang ketua osis di sekolah Cakra Buana ini benar benar menguras tenaga nya
Belum dihukum saja dia sudah habis tenaga. Bagaimana jika dihukum? Ia hanya bisa pasrah dan Menyebut doa dalam setiap langkahnya
Tak lama berjalan akhirnya berhasil! Ia menemukan kakak kandungnya emm maksudnya kakak kelas nya yang menjabat sebagai Ketua OSIS di sekolah ini
Tak mungkin ia mengatakan kepada semua orang bahwa ketua Osis sekolah ini adalah kakak kandungnya. Ia bisa habis dimaki orangtuanya kalo begitu
Memegang belakang nama Delbert saja ia tak diizinkan. Mengakui ia berasal dari keluarga Delbert saja pun tak diizinkan. Apalagi menganggap bahwa Papa, Bunda dan kedua kakaknya adalah keluarga nya pun tidak akan diizinkan sampai kapanpun.
Ia hanya dianggap sebagai anak yatim piatu yang masuk dari hasil beasiswa atau beberapa beranggapan bahwa dirinyalah anak pembantu dan mendapat kesempatan bersekolah di sekolah elit ini.
Itulah gelarnya di Sekolah Cakra Buana ini"Ma... maaf kak emm sa... saya tadi ter...lambat tadi kena macet kak" Gugup Everlyn sambil berbicara kepada pria yang membelakangi dirinya
"Gue ga butuh minta maaf lo. Ambil buku isi 50 lo catet sampe habis, alasan lo terlambat. Gue tunggu sampe jam pulang sekolah. Setelah itu bawa ke Ruang Osis." Tegas laki laki itu dan segera pergi begitu saja.
Tes
Setetes air mata itu jatuh dari kelopak matanya. Diawal ia melihat sang kakak ia sangat ingin memeluk kakak laki lakinya itu. Tapi apa boleh buat. Semuanya telah terjadi, itu tak akan mungkin terjadi
Andai Andai dan andai kejadian dahulu tidak pernah terjadi. Mungkin keluarganya akan rukun dan hangat kepadanya
Tapi semuanya sia sia. Ia harus menerima kenyataan pahit ini, ia harus berjuang mendapatkan kasih sayang keluarganya kembali.
Ia juga harus menanggung semuanya.Ia harus menanggung bahwa dirinyalah sering dikatakan pembunuh bahkan sampai kepada mulut keluarga besarnya. Tak ada yang tahu kejadian sebenarnya, mereka hanya melihat dengan sisi mereka saja. Tidak melihat sisi Everlyn. ia rapuh
Tapi Ia harus kuat. Ia akan berjuang mengembalikan kehangatan keluarganya yang sempat hilang kepada dirinya. Everlyn akan buktikan semuanya.
Everlyn Bisa !!!
Hai! Gimana untuk part ini? aku pengen kalian kasih COMENT dan VOTE ya! ❤🦋
And yeah sampai jumpa di Part selanjutnya, jangan lupa SHARE ke teman teman kalian, biar penjangkau cerita EVERLYN semakin banyak
thankyou guys! - bye bye ❤🦋
Sumatera Utara,
9 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLYN (HIATUS)
Fiksi Remaja"Bunda... peluk aku sekali saja" -- Everlyn Alendra 🦋🦋🦋🦋🦋🦋 Perempuan yang harus melewati masa masa pahitnya seorang diri, keluarga yang dekat namun terasa jauh. Jika seumuran anak diluar sana akan menikmati masa masa bermain dan belajar bersam...