melepas masa SMA

81 4 0
                                    

"ketampanan dan kecantikan bukanlah tolok ukur untuk tumbuhnya rasa cinta dan sayang. Karena keduanya akan melepuh sendirinya dengan waktu dan keadaan"

AhmadDepita

🌟🌟🌟

Waktu nggak kerasa banget yah? Rasanya baru kemarin aku di ospek sebagai siswa baru di sekolah ini, Setelah banyaknya aku melewati ujian akhirnya hari ini aku tengah duduk menunggu surat kelulusan.

Di aula sekolah, saat ini semua siswa kelas 12 tengah duduk tegang menunggu secarik kertas yang akan menentukan kehidupan masa depan kami.

Saat ini aku didampingi oleh umi karena Abi sedang ada tugas di luar kota, jadi tak bisa menemani ku mengambil surat kelulusan.

"Masih lama gak sih?" Tanya ku pada Ica? Ica adalah sahabat ku, dia adalah teman pertama yang aku kenal waktu dulu baru masuk ke sekolah ini. Kamu tak sengaja kenal Karena waktu itu kami sama-sama di hukum karena tidak membawa salah satu persyaratan.

"Nggak tau, mungkin sebentar lagi. Tunggu aja" jawab Ica mencoba menangkan. Jujur saja sejak awal masuk aula perasaan ku sudah tidak karuan, gugup takut, jantungku terus berdebar-debar. Keringat dingin mulai bercucuran.

Aku takut mengecewakan umi dan Abi, mereka pasti berharap besar pada ku, selama beberapa bulan aku belajar dengan sungguh-sungguh, bahkan Abi menyewa guru bimbel untuk ku, agar ujian ku berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Meski aku sudah merasa cukup maksimal dengan semua usaha yang ku lakukan, dan dalam mengerjakan semua mata ujian pun aku merasa sudah cukup merasa bisa tapi tetap saja rasa takut itu tidak bisa hilang.

"Nih minum!" Tiba-tiba saja ada seseorang yang menyodorkan sebotol minuman pada ku, karena rasa gugup rasanya kerongkongan ku sangat kering, akhirnya aku mengambil air itu lalu meminumnya. Alhamdulillah kerongkongan ku yang tadinya gersang bagai gurun Sahara, sekarang sejuk bagai di puncak gunung.

"Nih! lap tuh keringat! Loe jelek kalau keringetan." Entah mengapa tangan ku ini Tiba-tiba  saja refleks menerima sapu tangan itu, sesaat setelah aku selesai melap keringat yang membasahi dahi ku aku langsung melihat siapakah sosok malaikat yang memberiku air dan juga sapu tangan ini.

"Terimm ma..." betapa terkejutnya aku saat melihat siapa sosok yang saat ini tengah berdiri di samping ku, ternyata dia adalah Azka, laki-laki menyebalkan yang selama beberapa bulan ini selalu menganggu kehidupan dan pikiran ku, eh!

"Kamu?" Tanya ku sambil melongo melihatnya, saat ini Azka menggunakan kemeja putih dilapisi dengan jas senada, juga rambut yang biasanya acak acakan kini tersisir rapih, senyum yang mengembang menampilkan deretan gigi rapinya masya'allah, dia sangat berbeda sekali hari ini, sampai aku tak bisa memungkiri kalau Azka memang benar-benar tampan!

"Kok liatinnya gitu amat sih? Kenapa?" Suara Azka berhasil menyadarkan ku dari lamunan nggak berfaedah barusan. "A aaa ahh nggak! Aku biasa aja tuh liatnya!" Jawab ku sedikit tergagap.

"Biasa aja tapi kok sampe melongo gitu sih!" Kini giliran umi yang berbicara. "Ihh umi apaan sih?!" Jawab ku sambil menyenggol lengan umi.

"Oh ini umi kamu Han?" Tanya Azka padaku, aku tak menghiraukan pertanyaan nya itu. Lalu tiba-tiba saja Azka berjalan mendekati umi, lalu menangkupkan kedua tangannya di depan dada "assalamualaikum umi, kenalkan saya Azka" Azka memperkenalkan dirinya pada umi.

"Waalaikumussalam nak Azka, kenalkan umi Asiyah, uminya Hanna!" Umi Melakukan hal yang sama seperti Azka. "Umi makasih banyak ya!" Ehh, apaan sih Azka? Kenapa dia tiba-tiba bilang makasih sama umi?

"Makasih? Makasih untuk apa ya dek Azka?" Tuhkan umi jadi bingung sendiri, dasar Azka ih. "terimakasih karena umi sudah melahirkan, membesarkan dan menjaga calon istri Azka!" Aku dan umi sontak melongo mendengar perkataan Azka Barusa.

"Kalau begitu Azka keluar dulu ya, Assalamualaikum umi, Hanna!" Azka pun melenggang pergi meninggalkan aku dan umi yang masih membeku karena ucapannya barusan.

Setelah lama menunggu akhirnya saat ini sebuah amplop putih sudah ada dalam genggaman ku, ahh jantung ini sudah berdebar tak karuan, tangan ku gemetar sekali saat ingin membuka segel amplop ini.

Sreeekkkk!! Amplop itu sudah ku sobek, dan nampak lah secarik kertas putih yang selama 3 tahun ini aku tunggu.

Bismillah, setelah membaca basmalah dan beberapa kali istighfar aku mulai membaca isi surat itu dan sampai lah aku membaca pada kata kami menyatakan bahwa murid yang bernama Hanna libasul khatam TIDAK LULUS / LULUS

setelah melihat kata 'tidak lulus' dicoret yang menandakan bahwa aku lulus aku langsung mengucap Hamdallah dan memeluk umi erat! "Umi, Hanna lulus mi!" Kataku sambil terisak pada umi! Umi tersenyum lalu mencium pucuk kepala ku "anak umi memang pintar!"

"Nih tisu!" Tiba-tiba saja Azka sudah ada di hadapanku dan umi. "Lap tuh air mata! Umi, anaknya jelek kalau lagi nangis" issh apaan sih si Azka? Pake ngatain aku jelek segala lagi sama umi.

Umi tersenyum manis pada Azka, ahh umi memang selalu ramah pada siapapun. "Nak Azka lulus?" Tanya umi pada Azka. "Alhamdulillah mi, Azka lulus!" Saat umi dan Azka sedang mengobrol ria tiba-tiba saja ada suara yang memanggil Azka

"Al.. ayok pulang!" Saat aku melihat ke arah sumber suara nampak seorang wanita bercadar dengan mata indah, aku yakin pasti wajah di balik cadar itu sangat cantik! "Iya Bun, sebentar!" Jawab Azka, oh ternyata dia bundanya Azka ya, kok bunda sama anak bedanya jauh amat.

"Umi, Hanna, Azka pamit pulang duluan ya! Assalamualaikum!" Azka pun pergi pulang bersama dengan Bundanya. "Umi serasa kenal dengan suara itu!" Tiba-tiba saja umi bermonolog. "Kenal suara siapa mi?" Tanyaku pada umi! "Ahh enggak. Ayok pulang. Papa katanya sebentar lagi sampai rumah!"

❇️❇️❇️

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, maaf ya kalau ada typo, kemarin aku baru dapet musibah yang menyebabkan touchscreen hp ku pecah, jadi ngetiknya gak maksimal deh. Mohon maklum ya! Jangan lupa vote.😊😊😊 jazakalahu Khairan katsiran 🤗🤗🤗

Aku Tersentuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang