9

1.1K 27 0
                                    

Keluarga Dallas menyambut kedatangan salah satu keluarga mereka dengan senyuman lebar.

"Mein sohn." Perempuan paruh baya yang tadinya hanya berdiri dengan tangan terlipat di depan dada pada akhirnya memilih sedikit berlari untuk memeluk anak semata wayangnya. ((Anakku))

"Bagaimana kabarmu, nak?" Teriak laki-laki paruh baya yang berjalan menghampiri beserta dua pasangan paruh baya lainnya dengan langkah sedikit lebih lebar dari biasanya.

Gabriel memeluk ibunya dengan sangat erat. Lebih dari satu tahun ia tidak mengunjungi sang orangtua. Mereka hanya berhubungan lewat telepon itupun hanya beberapa menit dalam sekali waktu yang tidak tentu.

"Baik Papa." Sahutnya saat sang ayah sudah di dekatnya.

"Lihat, siapa di sini..." Ayah dari Gabriel berujar membuat istrinya melepaskan pelukan pada tubuh kekar anaknya.

Menoleh lalu tersenyum hangat, ia memeluk Arcadia dengan bertanya, "Kamu kekasih putraku?"

"Iya Ma." Sahut Gabriel segera, seolah tak mau perkataan macam-macam keluar dari bibir sahabatnya tersebut.

"Mama senang mendengarnya." Sahut perempuan paruh baya tersebut.

Walderman Dallas tersenyum sembari memeluk putranya. "Kapan kalian akan meresmikan hubungan kalian?" Pertanyaan yang lebih ditunjukkan untuk sang anak.

'Tidak sabaran seperti biasanya.' Pikir Gabriel dalam hati.

"Secepatnya." Sahut Gabriel sedikit malas. Salah satu faktor dia malas pulang ke rumah karena ia tak suka diberondong pertanyaan seputar 'kapan menikah' oleh keluarga besarnya.

"Siapa namamu nak?" Kathe Dallas selaku ibu Gabriel kembali bertanya pada perempuan dewasa tersebut.

"Arcadia Luisa, Ta-"

"Putri pasangan Louise pengusaha elektronik di Barcelona, benar?" Sahut Kathe sekali lagi yang mendapat anggukan dari Arcadia.

Wajah Kathe tersenyum lebih lebar lagi, "Panggil Mama saja, mari masuk, anggap saja rumah sendiri." Kathe menggandeng lengan Arcadia tanpa menghiraukan suami bahkan anaknya.

Ia membawa Arcadia masuk ke rumah mewah tersebut. Lebih mewah dari rumah keluarga Louise tentu saja.

"Apa Gabriel pernah mempermainkanmu anak cantik?" Kathe memang perempuan berwawasan luas yang senang berbasa-basi entah kenapa.

"Tidak Ma, El baik kok, sangat baik malahan." Ujarnya tulus tanpa tahu Gabriel mengulas senyum di belakang kedua perempuan tersebut.

Memasuki pintu utama Mansion, barisan maid berjajar menyambut. Nampan dengan dua gelas berisi Orange Juice untuk Gabriel dan Arcadia.

"Silahkan tuan, nona." Ujar maid yang menbawa nampan tersebut.

Arcadia menangguk, tangannya terulur untuk mengambil gelas tersebut, "Terimakasih." Begitu pun dengan Gabriel.

"Mari, Mama antarkan kamu ke kamar. Biarkan El bersama Papanya." Tawar Kathe seraya membimbing jalan terlebih dahulu.

Memutari ruang tamu hingga ruang keluarga. Berakhir pada dapur yang bersebelahan dengan ruangan luas, ada beberapa mainan anak-anak bercecer di sana. Menghubungkan dengan tangga memutar ke lantai dua sementara di tembok sudut lain terdapat lift.

"Ayo sini," Kathe memimpin jalan dengan berbelok ke arah tangga. Mereka berjalan dengan Kathe yang berada di satu tangga lebih awal dari Arcadia. "El selalu memakai tangga untuk naik, dia paling anti memakai lift di ujung sana." Mulainya dengan sedikit tertawa.

"Dulu, saat grandma El masih hidup, beliau selalu mengeluh naik tangga. Sementara kamar beliau ada di lantai dua," Berhenti sejenak untuk menatap ekspresi Arcadia di belakang. Arcadia seolah tertarik, ia mendengarkan dengan seksama serta keningnya berkerut saat ia tak paham.

"Oh ya, nanti kamu memakai kamar di lantai dua ya. Mama belum bisa membiarkan kamu dan El tidur di satu kamar, mama khawatir El lepas kendali." Kathe memberi tatapan menyelidik pada proporsi tubuh Arcadia dari atas ke samping. Berharap Arcadia paham arti tatapan Kathe.

"Nah ayo kesana," di ujung tangga terdapat tiga lorong berbeda. Lurus, kanan atau kiri. Sementara Kathe mengajak Arcadia untuk ke lorong sebelah kiri. "Kalian sudah berapa lama berpacaran?"

Kathe berhenti depan pintu kamar paling ujung, "Ini kamarmu dan mama lihat kalian tidak membawa koper, apa benar?"

Arcadia kikuk sesaat, entah kenapa feelingnya mengatakan ia harus berkata sebenarnya sebelum semuanya menjadi rumit.

"Mama, saya meminta maaf sebesar-besarnya. Tapi saya memang sedang tidak terlibat hubungan serius dengan El. Kita hanya sebatas sahabat," Arcadia tak melanjutkan perkataannya saat tahu mimik wajah Kathe berubah mendung seketika. "Dan saya memiliki kekasih di Barcelona. CEO dari Zeus Inc, Ma."

404 ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang