11

851 27 0
                                    

Sepeninggal Arcadia, Gabriel merasakan kerongkongannya sungguh teramat kering. Ia menatap kedua orangtuanya sekilas. Pening pun ikut menyerang, ia mengerang pelan.

Tanpa sepatah kata pun, ia berjalan dengan langkah lebar sebisa yang ia jangkau. Mengambil kunci mobil secara acak di atas meja, lalu keluar untuk mengejar Arcadia.

Ia tahu, perempuan itu sudah pasti kembali ke hotel.

Atau lebih parahnya, perempuan itu kini menuju bandara.

Mengerang dengan sangat kasar sembari memukul setir berulang kali. Menyalahkan mulutnya yang asal berucap lalu menyalahkan sikap kasar ibunya.

💛💛

Mengetuk dengan kasar pintu kamar hotel yang ia pesan, ia baru saja bertanya pada resepsionis dan mendapati bahwa perempuan tersebut belum check out.

Lebih dari lima kali ketukan dan Arcadia membuka pintu dengan senyum tipis di wajahnya. Gabriel mengamati dengan sangat teliti, tidak ada bekas air mata di wajah Arcadia membuat ia bernapas lega. Perempuan tersebut juga sudah berganti pakaian dengan swimsuit.

Gabriel memasuki kamar dan berhambur memeluk tubuh molek setengah terbuka Arcadia dari belakang. Arcadia hanya mengulas senyum tipis seperti saat ia membukakan pintu.

Bohong jika perempuan itu berkata ia tidak kecewa. Namun untuk menangis, kesalah pahaman dengan keluarga Dallas beberapa menit yang lalu tidak bisa membuat ia menangis.

"Sorry." Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Gabriel. Laki-laki itu tidak ingin melepas pelukannya juga tidak mau menjelaskan sesuatu yang lain.

Hanya berminat meminta maaf hingga Arcadia memberikan maaf untuknya.

Arcadia mengangguk, gadis itu memang tidak menangis. Namun satu hal yang pasti, ia hanya akan tersenyum tipis dan mengunci rapat mulutnya saat ia kecewa pada sesuatu. Kekecewaan yang tidak bisa ia jelaskan dengan pasti.

Masih dengan memeluk dari belakang dan tak beranjak dari posisi di belakang pintu, "Mau berenang siang-siang begini?" Arcadia mengangguk.

Setelahnya hampir sepuluh menit berdiri, satu dari mereka bahkan tidak berniat menyudahi pelukan atau pun mengatakan sesuatu.

"Ayo aku temani." Menjadi satu kalimat singkat Gabriel melepas pelukan mereka.

404 ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang