Mentari mulai manampakkan cahayanya. menerangi seluruh alam. Mengubah langit gelap menjadi langit terang. Pemuda jangkung dengan seragam acak-acakan itu mulai melangkah menyelusuri koridor sekolah yang nampak sepi dengan begitu santainya ia berjalan. Dengan kedua sahabat yang berjalan dengan malas mengikuti pemuda itu melangkah. Ya, pemuda jangkung itu ialah Bryan Arreno Dwi Putra. Dan kedua sahabatnya yang bernama Gian putra wijaya dan ridu Erlangga.
"Yan, ini masih pagiii gila!." Teriak Gian sambil menghentakkan kakinya.
"Lebay lu emang napa kalo masih pagi." Celetuk ridu.
"Ya, kan jatah tidur gua berkurang!." Ujar gian dengan santai nya.
"Brisik!."ujar bryan dingin.
"Bryannn!!!." Teriak Raina. Raina juanda cewek berparas cantik, berkulit putih, memiliki bulu mata lentik dan lesung pipi yang membuatnya semakin manis. Cewek pintar dan femes ini sngat menyukai bryan. Namun sayangnya bryan tak pernah membalas perasaan raina.
Bryan yang mendengar namanya di panggil pun seketika berhenti. " Bryan tungguin gua napa!." Ujar raina sambil mengerucutkan bibirnya
"Wadaww.. bakal terjadi masalah nih." Celetuk gian
"Berisik ogeb. Ngomong mulu!." Sinis ridu
"Gua baru ngomong bego!!." Ketus gian
"Ihk kalian.. itu bisa diem gak sih!" Ketus raina." Bryan bisa bantu gua ga?." Tanya raina pada bryan.
"Gak. Gua sibuk!." Ucapnya dingin
"Plisss gua mohon." Ucap dengan pupy eys nya
"Apaan!." Ujarku. Raina pun tersenyum kegirangan. "Bantuin gua ngerjain pr fisika yah yan." Ujarnya. Raina menepuk bibir nya. ia salah, salah meminta bantuan pada bryan. Gagal sudah ia untuk berduan dengan bryan.
"Lu bisa." Ujar gua lagi. Gua pun melanjutkan langkah gua yang terhenti gara- gara cewek lebay di samping gua ini.
"E..ehk bu..bukan ngerjain pr! Mm.. anu bantuin.. bantuin ambiln buku di perpustakaan. Ya, buku di perpustakaan!. Iyh..iyh." ujar raina dengan penuh semangat.
"Masih pagi." Ujar gua. Sambil meninggalkan raina. Raina kesal misinya tuk berduan bersama Bryan gagal lagi. Sebegitu sulitnya tuk mendekatkan bryan sehingga harus sesulit ini. Meluluhkan hati es bryan memang sulit tapi bukan alasan untuk raina menyerah.
"Dadah cewek cantik!." Ujar gian sambil melambaikan tangannya. Raina yang mendengarnya hanya mengerucutkan bibirnya sambil menghantak-hantakkan kaki nya ke lantai.
"Buru Gian!." Celetuk ridu sambil menarik kerah belakang baju Gian.
***Setelah berada di dalam kelas bryan segera menuju kekursinya yang ada di belakang di samping kanan. Ia pun segera duduk dan menelungkupkan kepalanya di atas meja untuk melanjutkan tidurnya lagi.
"Ehk gila yah si bryan. Udah mah ngebangunin kita subuh-ssubu. Ehk sekarang dia malah molorr!" Cerocos gian
"Kalo elu ngantuk ikut molor aja sono! Ribet banget dah. Minggir gua juga mau tidurr." Ujar ridu sambil menuju tempat duduk nya di depan bangku bryan. Dan gian pun mengikuti ridu yang duduk di sampingnya sambil mengeluarkan haendphon miliknya.
"Du.. ridu!." Teriak Gian. Sambil menepuk-nepuk bahu ridu.
"Apaan sih!?." Tanyanya ketus
"Du.. liat deh ini." Ujar gian sambil menyodorkan haendphonnya ke pada rudu. "Gila puncak bogor keren ya. Gua jadi pengen maen kesana dah." Ujar gian.
"Kerenan bandung lah!." Sinis gian
"Lah napa lu nyolot? Bodo amat gua mah bakal nge DM yang punya akun ig ini. Siapa tau gua di ajak maen ke puncak bogor ayey!." Cerocos gian.
"Nama ig nya apaan emang?." Tanya ridu penasaran.
"Star_lian." Ujar gian.
"Emng si starlian bakal nge bales dm man elu? Gua tebak sih kagak." Ledek ridu.
"Jah.." ujargian yang terpotong karena melihat raina berjalan melewati bangku mereka mrnuju bangku belakang.
"Mau apa lu?!." Tanyaku datar. Raina pun tersenyum sambil duduk di samping bryan.
"Duduk lah!." Ujarnya sambil bergelayut manja di tangan bryan.
"Minggir!." Ketusku. Yang hanya di jawab gelengan oleh raina pertanda dia ingin pergi beranajak dari samping bryan.
"Minggir Rain!." Geram bryan. Raina terkejut mendengar aura dingin bryan semakin menjadi. Akan tetapi raina berusaha mengontrol mimik muka nya. Agar seperti biasanya.
"Nggak mau! Emang nya kenapa sih kala gua duduk disini?!." Tanya raina.
"Gua gak suka! Rain!." Ketus ku. Raina hanya tersenyum miring mendengar tutur kata yang di ucapkan bryan.
"Gak suka? Kurang apa gua yan?!." Tanya raina dengan menambahkan satu oktaf suarnya.
"Minggir!." Ujarku dingin. Ia berusaha mengontrol amarhnya yang kain meledak dengan cara pergi dari kelas ini.
"Jawab gua bryan arreno kurang apa gua! Huh?!." Teriak raina. Bryan mengepalkan lengannya menahan amarah yang kian membeludak kerena pertanyaan konyol gadis di hadapannya.
"Minggir!." Ujarku lagi. Namun raina tetap menghalangi langkah bryan.
"Gua bilang jawab! Bukan pergi bryan kurang apa gua samapai gua susah buat mendapatkan tempat di hati elu!." Ujar raina.
"Karena hati gua udah dimiliki oleh orang yang sepesial dan tentunya bukan elu!." Ujar bryan sambil menunjuk muka raina. "Minggir!." Ketusku lagi. Aku pun pergi meninggalkan raina yang masih terpaku diam dengan air mata yang mengalir.
Sakit, sungguh sakit hatinya, siapa gadis yang beruntung itu? Lalu dimana ia berada?. Pikir raina
Kedua sahabat bryan pun yang mendengar perdebatan antara bryan dan raina segera menyusul bryan yang telah pergi dari kelas sedari tadi.
***
Pemuda jangku dengan tampilan yang acak-acakkan itu menangis dalam diam sambil memandangi sebuah foto. Ia rindu sangat rindu denga sosok gadis yang ada di dalam foto ini. Yang telah membri warna dalam kehidupannya. Namun sosok itu telah pergi dan menanamkan segudang kerinduan yang kian mendalam.
"Elu dimana bri? Gua kangen?" Lirih bryan. Sambil mengusap foto tersebut.
Ridu dan gian yang tak sengaja melihat bryan seperti ini sungguh tak menyangka ternyata sosok bryan yang terlihat kejam luar dan dalam bisa selemah dan menangis hanya perihal gadis?.
Ridu dan gian pun segera menemui sahabatnya itu."Yan...." panggil ridu. Bryan pun menoleh sambil menghapus jejak air matanya.
"Apa." Sahut nya dingin
"Elu masih cari cewek yang udah ninggalin elu?." Tanya ridu
"Hmm" gumam bryan.
"Elu masih berharap kalo dia bakal setia jaga hati nya kaya elu di sini? Pikir men dia ninggalin elu lama! Siapa tau dia udah punya pacar atau orang yang lebih dia sayang!." Tutur ridu.
"Gua yakin kalo dia bakal jaga hati nya kaya gua jaga hati buat orang lain." Ujarnya tegas
"Tapi elu pikir men ekspetasi tak seindah realita!." Ujar ridu. Yang membuat bryan terdiam membisu dengan seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi setelah Hujan (End)
Teen FictionAku merindukan saat-saat kita masih bersama tanpa mengenal waktu. Saat pertama kali kau mengajaku berkenalan dan danau menjadi saksi bisu bahwa persahabatan kita di mulai. Saat itu pula kau mengembalikan dunia ku yang hilang dengan kecerian yang kau...