Pintu gerbang telah terkunci. Aku merutuki diri seharusnya sedari tadi aku ikut dengan bryan. Ya ampun kamu sih bri kenapa pula ego mu tinggi sekali tadi.
Bryan berdecak kesal, sambil melihat jam yang melingkar ditangan kekarnya. Jam yang menunjukkan pukul 07.30 pertanda bel sudah berbunyi di 15 menit yang lalu.
"Ini salah lu tau gak!" Geramnya. Aku menunduk. Ya, ini salahku. Tapi .. siap suruh dia menungguku kalo dia bawa motor kenapa gak jalan sendiri aja.
"Bukan!" Ketusku.
"Ini salah lu. Kalo lu gak keras kepal pasti dari tadi kita udah sampe!" Geramnya lagi.
"Suruh siapa mau nungguin!" Kesalku. Yang membuat bryan diam membisu.
"Gak tau kenapa rasanya ada yang berbeda saat gua deket elu" gumamnya yang masih terdengar olehku. Aku terdiam apakah dia menyadari keberadaanku? Segera aku berteriak untu mengalihkan pembicaraan dan memohon pak sapam untuk membuka pintung gerabangnya.
"Pak!! Pak sapam buka pintu gerbangnya pak!" Teriakku.
"Kenapa kalian telat!" Suara tegas pak Andi guru BK disekolahku kian menggelegar.
"Bodoh kenapa harus teriak sih!" Bisiknya tepat ditelingaku. Yang membuatku mengerutkan keningku bingung.
"Macet pak" ujar bryan.
"Kalian itu yah! Buat apa kamu bawa motor tapi masih aja telat!!" Tegasnya. "Saya mau bertanya pada kalian. Guna motor itu untuk apa selain berkendara?" Tanyanya.
"Untuk mengefektifkan waktu pak. Agar dapat cepat sampai tepat waktu" ujar bryan.
"Lantas ... kenapa kalian telat? Terutama kamu Bryan bukankah kamu membawa motor? Terus kenapa telat?" Tanyanya.
"Nungguin kanjeng ratu Luluh pak" uajrnya. Aku membulatkan mataku mendengar apa yang diucapkan bryan.
"Sudah lah kalian masuk. Cape saya berdebat dengan kamu!" Ujarnya sambil membuka pintu gerbang sekolah.
"Tapi ...."
"Tapi apa pak?" Tanya bryan.
"Tapi kalian harus menjalankan hukuman terlebih dahulu" uajrnya. "Bryan membersihkan halaman belakang dan kamu Bintang membersihkan gudang sekolah!" lanjutnya.
"Apa!!" Pekik kami berdua.
"Apa maksud bapak ... gak pak ganti ruangan. Pak gudang sekolah itu gelap pak" lirihku.
"Gak ada penolakan. Awas saja nanti pulang sekolah kalian coba-coba kabur dari hukumah kalian" ujarnya.
"Ta ... tapi pak" lirihku
"Tidak ada tapi-tapian Bintang!" Tegasnya.
***
Aku memasuki ruang kelas dengan rasa kesal. Satu kata yang melintas di benaku yaitu MENYESAL. Menyesal mengapa tak menaiki motor Bryan sedari tadi mungkin aku dan Bryan takkan terkena hukuman. Hukuman yang sangat kubenci. Untung saja saat kami memasuki ruang kelas gurunya tak ada.Sejak tadi entah mengapa aku merasa risih. Melihat dia gadis yang bernama Raina menatapku sangat tajam. Apakah karna aku berangkat bareng dengan pacarnya atau sudahlah aku dapat menebak mengapa ia menatapku tajam. Ya, apalagi kalo aku berangkat bareng dengan Bryan.
"Kalian telat bareng?" Tanya Ridu.
"Pasti kalian berangkat bareng!" Teriak gian.
"Diem! Suara elu kaya cewek cempreng !" Ketus Bryan.
"Suara gua Braton Yan bukan cempereng" ujar gian.
"Brisik!" Ujarnya sambil menelungkupkan wajahnya diatas meja. "Gue mau tidur!" Ketusnya.
"Kenapa lu mau berangakt bereng sama bryan. Tapi, kalo pulbar sama gua gak mau?" Tanya Ridu.
"Mepet" jawabku singkat. Akupun menelungkupkan kepalku diatas meja sambil memejam kan mataku.
"Gila" ujarnya sambil menggeleng- gelengkan kepalanya. "Gila dasar raja dan ratu Es! Ihk dingin" ujar gian sambil bergidik ngeri.
"Bener- bener gila! Amit- Amit ihk" ujarnya lagi sambil bergidik ngeri.
"Bukan mereka yang gila sama Amit-amit tapi elu!" Ujar Ridu.
"Kagak dong gua mah imut. Kaya Raisa kalo lagi senyum" ujar gian pede.
"Gi .. kok gua malah kasian sama Raisa nya yah disamain sama muka kusut kaya elu" ujar Ridu sambil merangkul Gian.
"Astagfirilloh Du ... julid lu sama gua" cibir Gian.
"Dah ahk .. mabar skuy" seru Ridu.
"Skuyyyy!" Seru gian. "Woy mabar woy!!" Teriak gian. Sambil memcari tempat yang nyaman.
***
"Heh! Cewek bisu!" Teriak Rania sambil menarik pergelangan tangaku."Mau coba- coba jadi plakor hah!" Teriaknya sambil menjambak rambutku. "Cih! Punya muka pas-pasan aja bangga. Nyadar diri woy lu itu gak se level sama cowok gua! Ngerti gak!" Teriaknya lagi.
"Minggir!" Ujarku dingin.
"Udah mulai berani?" Tanyanya.
"Ngapain gua harus takut sama elu!" Teriaku sambil melepaskan cekalannya dari rambutku.
"Gua peringatin yah BUAT ELU CEWEK YANG SOK CANTIK jauhin Bryan!" Ujarnya.
"Sebelum lu nyuruh tenang gua udah jauhin kok" ujarku santai.
"Cuman _____
"Cuman apa hah!" Geramnya.
"Cuman cowok elu yang deketin gua. Dari pada lu ngingetin gua mending lu ingetin cowok lu gih sana!" Ujarku. "Minggir! Dan satu lagi tangan lu gak level megang rambut gua" ujarku sambil tersenyum sinis. Dan pergi meninggalkannya.
"Baru gua liatin bilum di apa-apain!! Haah dengerin yah rain gak pernah kalah!" Teriaknya. "Apalagi saingan gua cewek bisu kaya elu!" Lanjutnya. Sambil pergi meninggalkanku.
"Bri!! Ups .... Bintang!" Teriak bulan.
"Balik kuy" ajaknya.
"Gak ... duluan aja. Aku masih ada kerjaan" ujarku.
"Yah ... ok deh mbak pamit duluan" ujarnya.
Kami sidah siap dengan alat pembersih di masing-masing tangan kami. Aku menggigit bibir bawahku. Jujur aku benci tempat itu.
"B ... Briyan tukeran tempat yuk. Lo yang di gudang dan gue yang di taman belakang" mohonku.
"Enggak. Ditaman belakang itu panas taman nya juga luas lagi. udah lu kan cewek didalem ruangan aja. Cari aman" ujar briyan."udah sono bersihin gudang" titahnya. Aku mengerucutkan bibirku. Menyebalakn sekali lebih baik aku membersihkan taman belakang dibawah terik mentari dari pada gudang yang gelap itu.
Dengan perasaan campur aduk aku membuka pintu gudang.
Pintu pun terbuka. Namun,rasanya kakiku enggan untuk masuk.Saat ini aku harus memberanikan diri memasuki ruangan gelap yang ada dihadapanku.
"Siapa tau ada lampu" pikirku.
Aku segera memasuki gudang tersebut sambil mencari keberadaan stop kontak berada. Setalah beberapa menit aku mencari akhirnya ketemu.
"Sial kenpa lampunya gak nyalah!" Teriakku.
Tek berselang lama pintu yang tadi terbuka lebar kini tertutup rapat.
Brukk..
Tbc❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi setelah Hujan (End)
Novela JuvenilAku merindukan saat-saat kita masih bersama tanpa mengenal waktu. Saat pertama kali kau mengajaku berkenalan dan danau menjadi saksi bisu bahwa persahabatan kita di mulai. Saat itu pula kau mengembalikan dunia ku yang hilang dengan kecerian yang kau...