satu motor

235 25 4
                                    

Aku mendengus sebal melihat dia ada didalam kamarku. Bukan taksuka  melainkan hanya risih. Aku ingin sendiri yang seperti biasa terjadi sambil ditemani sunyi dan alunan musik kelasik.

"Bri" panggilnya.

"Hmm"

"Kamu gak ada niatan buat cari sahabat kecilmu? Bukannya dia tinggal di bandung yah?" Tanyanya. Bayangan Briyan kian menghampiri dalam pikiranku. Mencari? Apakah dia mencariku? Bukannya dia sudah bahagia dengan seseorang yang menggantikan posisiku dalam hatinya. Untuk apa dia mencariku? Dan untuk apa aku mencarinya jikalu dia telah menemukan kebahagiaannya. Hadirku hanya akan menjadi penghancur kebahagiaannya saja.

"Bri!! Jawab dong!" Geramnya.

Aku tersenyum miris. "Buat apa aku mencari. Jika dia saja sudah menemukan titik kebahagiaannya." Ujarku.

"Tapikan kamu belum tau yang sebenarnya. Bisa jadi dia masih menunggu kamu" ujarnya sambil merubah posisinya menjadi duduk berhadapan denganmu.

Aku menyimpan ponsel yang sedari ku genggam. "Enggak bak. Aku takut kehadiranku hanya akan menjadi penghancur kebahagiaannya" ujarku.

"Bri ... mbak minta maaf. Andaikan mbak engga merengek ingin tinggal diBogor mungkin kamu masih bisa bersamanya disini" ujarnya lirih.

"Gak .. mbak gak salah. Bukannya, kita pindah karena Ayah juga mengurus usaha nenek" ujarku sambil tersenyum.

"Tumben Bri" ujarnya.

"Tumben?" Tanyaku bingung.

Mbak Bulan tersenyum."tumben mau cerita panjang sama mbak" ujarnya.

Aku memutar bola mataku. Apa yang dia maksud? Menyebalkan. "Keluar bak" ujarku dingin.

"Lah ... kutub nya kambuh lagi. Padahal  mbak mau syukuran tau Bri. Soalnya kutub kamu sudah mencair" ujarnya.

"K-E-L-U-A-R" ujar ku sambil menekankan setiap huruf didalamnyan.

"Ehk ... iyh iyah" ujarnya. "Bri .. mbak selalu berharap semoga kelak kamu akan dipertemukan dengan seseorang yang akan membuat hati Es kamu mencair" lanjutnya sambil meninggalkan kamarku.

Membuat hati es ku mencari? Dia yang telah membuatku semangkin beku. Dia bukan lagi mentari yang dapat mencairkan sebongkah Es. Melainkan salju yang membuat es semangkin membeku.

Aku pergi menuju meja belajar. Sambil memandang langit yang dipenuhi bintang. Aku menghela nafas berat lalu menelungkupkan  wajahku.

Belaian halus kian menyapu rambut panjangnya. Bri tergelonjat kaget. "Ehk Bunda" kagetku.

"Tidur sayang" titahnya.

"Hmm"

Aku segera bergegas pergi menuju tempat tidurku. Sambil tersenyum.

"Bunda rindu kamu yang dulu dek" ujarnya lembut

                           ***
Mentari menyinari pagi ini dengan sangat terik. Berlian bergegas pergi meninggalkan kamarnya.

"Bri ..." panggil bulan. "Bareng sama mbak sama Ayah" ajaknya.

"Gak" ujarku.

"Bri .." panggil ibunya. "Sarapan dulu nak" ajak ibu.

Aku berlalu pergi meninggalkan mereka, Tanpa sepatah katapun.
Waktu telah menunjukkan pukul 06. 30 namun, Angkot takkunjung datang. Padahal ini masih pagi pikirku. Tapi aneh angkot takkunjung datang. Bulan pasti telah sampai disekolah sedaritadi. Tapi, aku belum sama sekalu meninggalkan halte. Tak biasanya aku berangkat sesiang ini.

"Bintang" panggilnya. Aku menoleh mencari sumber suara itu. Aku terkejut melihatnya. Ngapain bryan memanggilku?

"Buru naik!" Ajaknya.

"Gak" ketusku. Akulihat raut kecewa di wajahnya. Maaf Yan aku harus lakukan hal ini. Agar aku dapat melupakanmu. Aku tak ingin kamu kembali padaku hanya karen kasihan.

"Mau lu nunggu berapa jam juga tuh Angkot gak bakal ada" ujarnya.

Aku takmenghiraukan ucapannya. Aku yakin Angkot pasti ada. Lagi-lagi keyakinanku goyah, sambil melihat kemabli jam yang melingkar dipergelangan tanganku telah menunjukkan pukul 06.50. Ya ... tuhan mengapa angkot takkunjung datang sih.

"Ngeyel banget sih! Cuman naik!" Geramnya. "Bodo ahk gue mu berangkat duluan!" Ujarnya sambil menyalakan motor sportnya.

Aku menggigit bibirku, Bingung. Kalo gak naik. Nanti kesiangan gimana. Bodo ahk naik aja.

"Bryan!!!" Teriakku. "G ... Gue naik, ehk ba ... bareng" ujarku gugup.

Beryan tersenyum manis. "Cepet" ujarnya.

Aku menaiki motor bryan dengan jantung berdegup begitu cepat. Jadi, ini rasanya satu motor dengan bryan.

Pelangi setelah Hujan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang