Park Woojin (2b)

3.6K 328 25
                                    

Note : puter lagu sedih biar feelnya dpt

Happy Reading 💨


Woojin memasuki ruang inapmu dengan mata sembabnya.

Ia menghampiri ranjangmu dan duduk tepat disampingnya.

Kemudian ia membelai suraimu, sambil berusaha keras menahan agar air matanya tidak terjatuh lagi.

Katakanlah Woojin cengeng. Tapi, apa ada orang yang tidak menangis ketika melihat orang yang dicintainya sedang tidak sadarkan diri seperti itu?

"Hei... Ini aku" ucap Woojin.

Ia mengenggam erat tanganmu dan mengecupnya berkali-kali.

"Maaf" lirih Woojin.

"Karena aku kamu jadi kayak gini. Karna aku kita jadi kehilangan anak kita. Ini semua salah aku, maafin aku" monolog Woojin.

"Maaf karna tadi aku udah bentak kamu. Aku gaada maksud sama sekali buat bentak kamu, aku cuma khawatir"

Walaupun kondisimu sekarang tidak sadarkan diri, Woojin yakin bahwa kamu dapat mendengar semuanya.

Betapa terkejutnya Woojin saat melihat setetes air mata berhasil mengalir di pipimu.

Setelah itu, tangamu yang masih digenggam Woojin menunjukkan pergerakan dan detik itu juga kedua matamu berhasil terbuka.

Baru saja Woojin hendak menekan bel untuk memanggil dokter, kamu sudah duluan menahan tangannya sembari menggeleng lemah.

Woojin pun kembali duduk perlahan.

"Aku panggil dokter dulu ya? Biar kamu diperiksa dulu" ucap Woojin sambil mengelus puncak kepalamu.

Kamu lagi - lagi menggeleng sebagai jawaban. Masih terlalu lemah untuk mengeluarkan suara.

Jujur saja, Woojin tidak tega melihat kondisimu saat ini. Muka pucat, telapak tangan yang sangat dingin, dan juga selang yang menjadi alat bantu nafasmu saat ini.

Kamu lagi - lagi meneteskan air matamu. Jujur Woojin tidak tau mengapa kamu menangis.

"Jin.. " panggilmu dengan suara yang menyerupai bisikan.

"Ada apa?" jawab Woojin dengan mata teduhnya.

Kamu pun berusaha melepas alat bantu nafasmu agar kamu bisa berbicara dengan leluasa, tapi Woojin menahannya.

"Jangan dilepas. Kamu butuh apa? Bilang aja sama aku"

"Ak- akuu mau nanya sama kamu" ucapmu terbata - bata.

"Kenapa hm?"

"Anak kita... Dia udah lahir?"tanyamu perlahan setelah kamu menyadari perutmu yang sudah rata.

Woojin pun membeku.

"Dia cewek apa cowok? Dia sehat kan? Dia dimana sekarang? Aku mau liat" tanyamu lagi.

Woojin semakin bingung mau menjawab apa.

"Jin? Kamu kenapa diem aja?"

"Hah? Hmm kamu jangan banyak ngomong sama gerak dulu biar cepet pulih" balas Woojin berusaha mengalihkan perhatianmu.

"Kamu sembunyiin sesuatu dari aku? Anak kita baik - baik aja kan?" tanyamu lagi.

Woojin langsung mendekapmu erat dan menangis saat itu juga.

"Jin? Kenapa?"

Kamu tidak bodoh. Saat kamu melihat Woojin seperti ini, kamu sudah bisa menebak kondisi anak kamu sekarang.

"Anak kita udah gaada" ucap Woojin lalu mempererat dekapannya padamu.

"hiks... hikss. " tangismu pun pecah saat mendengar penjelasan Woojin.

Woojin melepas dekapannya.

"Ini semua salah aku yang ga hati - hati" ucapmu.

"Enggak ini bukan salah kamu"

"Jin.. " lirihmu.

Kamu memberi jeda beberapa saat,lalu melanjutkan perkataanmu "Kalo setelah ini mungkin aku ninggalin kamu, kamu bisa cari pengganti aku, kamu bisa cari perempuan yang jauh lebih baik dan jauh lebih sempurna dari aku"

Woojin menggeleng "Berhenti ngomong sesuatu yang gabakalan terjadi (y/n). Kamu akan baik - baik saja"

"Aku udah kehilangan anak kita, dan aku garela kalo aku harus kehilangan kamu, sayang" sambung Woojin.

Woojin kembali membawamu kedalam dekapannya.

Kamu pun membalas pelukannya.

Ditengah - tengah dekapannya, Woojin terus membisikkan "aku cinta kamu" terhadapmu.

"Aku juga Jin, aku juga cinta sama kamu" balasmu.

"Makasih buat semuanya, makasih karna kamu udah jadi suami yang sempurna buat aku, aku minta maaf kalo selama ini aku ada salah sama kamu" tambahmu.

"Kamu ngomong kayak gitu kayak mau pergi kemana aja"

Setelah mengatakan itu, Woojin merasakan ada yang janggal denganmu.

Tubuhmu menjadi lebih berat dan kedua tanganmu yang tadinya melingkar di punggung Woojin kini sudah terlepas. Bersamaan pula dengan suara mesin pendeteksi detak jantung yang berdengung dan menunjukkan garis lurus.

"GAK! (Y/N) BANGUN SAYANG BANGUN" Seru Woojin sambil menepuk nepuk pipimu.

Kemudian ia menekan bel untuk memanggil dokter.

Dokter langsung mengambil tindakan dengan menggunakan alat defribilator .

Woojin masih mempunyai harapan bahwa kamu dapat hidup kembali.

Tetapi, harapan itu pupus seketika ketika Woojin melihat dokter yang menangganimu berhenti melakukan tindakan.

"Istri bapak sudah tidak dapat kami selamatkan, saya turut berduka"

Ini merupakan mimpi buruk bagi Woojin. Kedua sosok yang ia sayangi meninggalkannya.

Woojin menghela nafasnya gusar. Seperti sudah kehilangan arah, ia meninju dinding rumah sakit hingga menyebabkan buku - buku jarinya mengeluarkan darah.

Kemudian ia menghampirimu yang sudah tidak bernyawa. Ia mengenggam tanganmu untuk yang terakhir kali dan mengecup dahimu untuk yang terakhir kalinya.

"Aku iklhas. Aku iklhas asal kamu ga ngerasa sakit lagi, aku iklhas, aku cinta kamu dan aku janji aku ga akan pernah lupain kamu seumur hidup aku" ucap Woojin final.

-- END --

Akhirnya selesai jugaa

Kalo misalkan author bikin work baru dgn cast utama Woojin atau (ex)  member wanna one yang lain, kalian pada mau baca ga??

Atau mungkin ff thriller horror 99 liners / 97 liners?

Comment dongg

Jangan sider yaa :)

Wanna One as Daddy [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang