3. Good Bye And See U Later To The Heaven

4K 187 8
                                    

Shortlist Part
Naruhina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj

.

.

.

.

Rate: T+
Alternate Universe
Genre: Hurt/Romance
Naruto's Point Of View

.

.

.

.

"Cinta tidak harus tentang memiliki. Kalau aku tidak memilikimu di dunia, aku ikhlas. Aku akan memintamu pada Tuhan di surga."

.

.

.

.

Aku laki-laki, tetapi kini aku menangis. Apakah aku terlalu lemah? Kurasa tidak.

Hyuga Hinata, gadis cantik yang kucintai itu mengatakan hal yang membuat hatiku hancur. Sangat hancur. Sampai rasanya aku tidak akan pernah punya harapan lagi, apapun harapan itu, terutama untuk selalu memilikinya.

"Naruto-kun, maafkan aku. Aku ditunangkan dengan seseorang," begitu ucapnya beberapa menit yang lalu.

Saat ini aku mendekapnya. Berharap bisa mengobati rasa sakit hatiku, namun sebaliknya. Rasa sakit itu justru semakin bertambah. Air mataku mengalir begitu saja. Aku sungguh tersakiti. Aku yakin bukan hanya diriku yang merasa hancur, Hinata juga.

"Maafkan aku." Ia terisak. Ia mendekap di dadaku sedalam mungkin. Pasti ia benar-benar sedih. Aku tidak sanggup melihatnya begini.

"Hinata, dengarkan aku." Sial, suaraku benar-benar parau dan serak. "Biarkan aku berjuang untukmu. Aku yakinkan ayahmu, bahwa aku akan berusaha sebaik mungkin menjagamu, supaya kita terus bersama," lanjutku sambil perlahan melepaskan dekapannya. Mata kami yang sembab bertatapan.

"Terimakasih. Tapi, aku tidak bisa..." Hinata menundukkan wajahnya. Namun, aku langsung menyentuh dagunya supaya tatapannya kembali bertemu denganku. Aku mengusap air matanya.

"Hinata, percayalah padaku."

Ia menggeleng. "Aku selalu percaya padamu, Naruto-kun. Hanya saja, ini sudah terjadi sejak kecil. Aku dijodohkan dengan sahabat masa kecilku. Kukira hal itu tidak akan terjadi. Tapi, hal itu masih berlaku sampai sekarang. Ayahku yang mengatakan itu. Maafkan aku. Maaf karena aku membuatmu terjebak di dalam rasa ini. Maafkan aku..."

Saat ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Yang kulakukan adalah mendekapnya kembali. "Kenapa kau berkata begitu, Hinata?"

"Ayahku mutlak. Ia sakit keras. Ia bilang, itu permintaan terakhirnya." Dadaku semakin sesak mendengarnya. Aku benar-benar bimbang harus apa. "Kalau kau berjuang, maka aku mengkhianati ayahku. A-aku tahu, aku egois. Maafkan aku," sambungnya.

"Aku mencintaimu." Itu adalah satu-satunya kalimat yang bisa aku ucapkan.

"Aku juga mencintaimu. Selalu," balasnya.

Kami terus berpelukkan lama di bawah senja. Warna jingga yang cerah akan kebahagiaan, nyatanya menjadi senja penuh kesesakan dan air mata bagiku.

Kami melepaskan dekapan perlahan. Namun, mata kami terus bertatapan. Aku memajukan wajahku. Dahi kami bersahutan. Kami tersenyum sendu.

"Aku ikhlas..." ucapku. Pada faktanya, hati memberontak saat aku mengatakannya. Sungguh. Tapi demi kebaikan ini, aku berharap bahwa keputusanku tidaklah salah.

Aku mencium lembut bibirnya yang mungil. Ia begitu lembut. Ia adalah orang yang benar-benar aku sayangi selama ini. Mungkinkah ini adalah akhir dan perpisahan bagi kami?

Selesai berciuman, Hinata berkata, "Walau dan andaikan saja aku telah bersama orang lain, aku akan tetap mencintaimu. Itu janjiku." Aku tersenyum sendu mendengarnya.

"Aku juga mencintaimu, sampai akhir hayatku. Andai kita terpisah di dunia. Bahkan, kita tidak akan pernah bisa saling memiliki. Tunggulah sampai kita berdua telah sampai di surga."

Sesungguhnya aku rela menunggumu kembali bersamaku. Aku akan menantimu di tempat yang indah. Dan menghabiskan waktu, yang aku yakin tidak akan pernah habis.

"Terima kasih..."

END

An Information:
1. Words Totaly: 500 words (only story)

Note:
Hadeuuh... maaf ya. Abis publish, tarik lagi, publish tarik lagi. Kenapa? Soalnya pas saya publish, ketikannya malah hilang separuh. Jadinya kayak ngegantung gitu T^T

Shortlist Part | ɴᴀʀᴜʜɪɴᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang