Shortlist Part
NaruHina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj.
.
.
.
Rate: T
Genre: Romance
Alternate Universe
Third Point Of View.
.
.
.
"Cinta lebih dari sekedar permainan untuk berdua. Antara kamu dan aku."
.
.
.
.
Pikiran itu hanya selalu membuat Hinata bingung kala mengingatnya. Jari telunjuknya ia ketuk di dagu dan alisnya mengernyit. Nampak berpikir dengan keras. Gadis berusia 16 tahun itu berhenti berjalan saat matanya melihat teman dekatnya di ujung jalan.
"Naruto-kun!" teriak gadis itu. Seorang pemuda bersurai pirang cerah dengan mata sewarna biru laut menoleh antusias padanya.
Pemuda yang dipanggil Naruto itu membelokkan arah jalannya menuju Hinata. Senyum cerah terpasang jelas di wajah berkulit tan tersebut. "Yo, Hinata. Lama tidak berjumpa," sapanya.
Hinata mengangguk dan membalas, "Iya juga." Setelah itu ia nampak memikirkan sesuatu.
"Ada apa?"
"Hmmm... tidak ada. Mau pulang bersama? Kebetulan hari ini aku tidak dijemput Ayah maupun Ko-ojisan. Kita bisa pulang bersama naik bus."
"Baiklah. Rasanya senang sekali bisa pulang bersama denganmu." Naruto seketika merutuki mulutnya. Wah, aku jujur sekali mengatakannya.
"Aku juga."
***
Turun dari halte bus, Naruto berniat mengantarkan Hinata sampai rumahnya. Gadis itu setuju saja. Saat ini mereka tengah berjalan di trotoar.
"Hinata, dari tadi aku lihat kau nampak memikirkan sesuatu. Fokuslah berjalan. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa cerita padaku."
"Eh?" Hinata merasa tertangkap basah. "Ternyata ketahuan."
"Mau cerita? Rasanya berbagi cerita itu lebih baik. Sudah lama kita tidak pernah saling cerita, lho." Pemuda bersurai pirang itu alisnya mengernyit sebelah. Ia berpikir. "Terakhir kali kapan, ya?"
"Itu karena kau selalu sibuk di klub karate maupun klub basket." Gadis itu menghela nafas. "Aku heran, kenapa kau bisa ikut dua klub sekaligus. Padahal kedua klub itu melelahkan."
"Iya, sih. Tapi aku suka."
"Jadi.... boleh aku cerita?"
"Tentu."
Hinata merapikan surai birunya yang terikat. Ia menarik nafas sedalam-dalamnya dan membuangnya jengah. "Beberapa hari belakangan, di kelasku sepertinya lagi musim jatuh cinta, kemudian pacaran. Si ini dengan itu atau si dia dengan si anu. Pokoknya, banyak."
"Oh? Kelasku juga sedang ramai yang seperti itu, kok. Memang masalahnya dimana?"
"Masalahnya itu.... Duh, aku malu."
"Hah?" Naruto memasang wajah heran. "Maksudmu?"
"Beberapa hari belakangan, Sakura dan Ino menjadi matchmaker* antara aku dan Kiba dari kelas 10-1. Padahal, sebelumnya kami tidak saling mengenal. Aku.... bahkan, tidak tahu rasanya jatuh cinta." Hinata menunduk. Poni rambutnya sedikit menutupi wajahnya. "Lalu aku harus bagaimana, ya?"
"Dengar, kalau kau memang tidak menyukai si Kiba itu, lebih baik berhenti. Kau tidak bisa memaksakan yang namanya cinta." Huhuhu, entah kenapa hatiku nyeri setelah mendengar penuturan Hinata.
"Iya juga. Soal itu aku tahu. Tapi, rasanya jatuh cinta itu bagaimana, ya? Aku belum pernah merasakannya. Oleh sebab itu, aku mencoba menjalankan rencana Ino dan Sakura." Jeda sejenak. "Mungkin itu keputusan bodoh. Sebab, saat ini aku merasa tidak nyaman dengan yang aku jalani."
"Jadi, semua kau lakukan hanya untuk merasakan yang namanya jatuh cinta?"
"Ya, mungkin." Tiba-tiba gadis bersurai biru gelap itu mengerucutkan bibirnya. "Habis, katanya jatuh cinta itu membuat hidup lebih berwarna. Aku penasaran, sebab hidupku rasanya monoton saja."
"Yah... Namun, setidaknya kau harus mengerti kalau cinta bukan hanya sekedar sesuatu yang dirasakan oleh dua manusia." Haha, kata-kataku sepertinya terdengar bijak.
"Ya, baiklah. Aku mengerti. Aku tidak akan coba-coba lagi," jawab Hinata lesu.
"Apa kau mau mencoba untuk merasakannya?"
"Aku mau. Tapi, kau sudah bilang padaku supaya aku jangan coba-coba sembarangan, kan?"
"Iya. Tapi, kali ini beda."
"Beda?"
"Dengar, aku akan mengatakannya sekali."
"Ya. Memangnya apa?"
"Aku.... suka padamu." Pemuda itu tersenyum lebar setelah mengatakannya. "Dan, aku akan berusaha membuatmu suka padaku. Saat itu kau akan merasakan yang namanya jatuh cinta. Sampai jumpa." Naruto langsung berlari menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dari rumah Hinata.
"Apa?" Hinata diam sejenak. "N-Naruto! Naruto-kun, tunggu!" Namun, pemuda itu telah hilang di persimpangan jalan.
Hinata terdiam. Kepalanya ia tolehkan ke samping. "Ternyata dia benar mengantarku sampai rumah." Gadis itu tersenyum dengan pipinya yang mengeluarkan rona merah. "Kau.... baik sekali."
END
An Information:
-Words totaly: 615 words (only story)
-*Matchmaker: Mak comblang
-Love More Than Game For Two: Cinta Lebih Dari sekedar Permainan Untuk Berdua.Author Note:
Halo, sudah lama gak up, ya? Kali ini lagi coba bikin yang manis-manis. Dan...
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H, bagi yang merayakan. Maaf ya, telat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shortlist Part | ɴᴀʀᴜʜɪɴᴀ
FanfictionNaruto dan Hinata, adegan pendek, kisah, pengalaman mereka. ─Alternate Universe/Canon ─Masashi Kishimoto (Disclaimer) ─Romance/Hurt/Comedy/Sadistic etc. ─Various rate & genre ─Oneshot/Drable/Ficlet