16. Bad Side [Hinata Version] (1)

1.5K 125 4
                                    

Shortlist Part
NaruHina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj

.

.

.

.

Rate: T
Genre: DarkRomance
Alternate Universe
Naruto's Point Of View

.

.

.

.

"Aku tidak pernah peduli jika itu menyakitimu. Yang aku inginkan adalah melindungimu dan memilikimu seutuhnya, karena hal apapun bisa saja terjadi."

.

.

.

.

PLAKK

"Apa yang kau lakukan?!" Seharusnya aku yang berkata seperti itu. Ia membentakku. Aku hanya terdiam. Pipiku masih terasa berdenyut karena ditampar olehnya. Selain itu, situasi ini sama sekali tidak pernah aku inginkan dan kuharapkan.

"Hinata..."

Tiba-tiba saja ia mendorongku kasar. Aku sempat kehilangan keseimbangan, mengakibatkan aku dalam posisi berlutut. Aku merasakan lututku menghantam lantai, ini semakin menambah rasa sakitku. Dorongannya benar-benar tidak main-main. Entah emosi apa yang menjalari hati gadis itu.

"Naruto-kun, lihat aku." Hinata---kekasihku itu memandang wajahku lekat dan intens. Aku tidak pernah menyangka ia bisa begitu, dan aku tidak tahu kenapa, tatapannya yang sekarang ini membuatku tidak bisa berkutik. Padahal, aku bisa saja memarahinya atau membentaknya. Sebab, ia telah kasar padaku tanpa alasan yang jelas. Tapi, dalam hatiku aku memilih diam. Hal yang dilakukannya sungguh di luar nalar, menurutku. Pasti, ini sisi gelapnya---mungkin saja.

Aku tiba-tiba terperanjat ketika dengan tiba-tiba ia menarik rambutku berulang kali. Aku meringis. Aku berusaha melepaskan tangannya dari rambut pirangku, sesekali memukul tangannya. Namun, ia tidak goyah.

"Cukup, Hinata! Kau kenapa?!" ucapku, masih sambil berusaha melepaskan tangannya.

"Aku benci kau." Ia menarik rambutku lebih kuat. "Aku tidak akan pernah suka melihat kau tersenyum pada wanita-wanita jalang genit itu," lanjutnya sambil melepaskan tangannya dari rambutku. Kepalaku terasa pening dengan rasa berdenyut, sebab rambutku yang ditarik kencang olehnya. Kuyakin di tangannya ada beberapa helai pirang.

"Apa? Apa yang kau katakan? Aku hanya menyapa teman semasa SMA-ku. Itu pun aku hanya tersenyum. Aku tidak pernah berbuat lebih!"

"Sekedar tersenyum?" tanyanya dengan nada meremehkan. "Tapi kau itu milikku! Aku tidak suka milikku dibagi dengan orang lain."

"Hinata, kau memang kekasihku. Aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Tapi, bukan berarti salah satu dari kita berhak membatasi hal yang dilakukan, selama itu tidak melanggar batas pada umumnya," jelasku padanya. Kuharap ia mengerti.

Hinata menunduk. "Oh. Begitu, kah?" Tiba-tiba saja tangannya mengepal erat disertai dengan gemetar. "Nampaknya jalan pikiran kita berbeda."

"Berbeda? Berbeda bagaimana?"

Ia tertawa kencang sambil menyentuh dadanya. Matanya nampak berkaca-kaca. Namun, sirat matanya memancarkan hal lain akan sesuatu. "Entah kenapa tiba-tiba tanganku gatal, dan mengapa jantungku berdetak keras seperti saat ini. Kenapa, ya?"

Aku terdiam membatu.

Gadis bersurai biru gelap itu menghela nafas. "Aku hanya ingin memilikimu seutuhnya dan melindungimu dari wanita di luar sana yang bisa merusak hubungan kita. Apapun bisa terjadi. Bagaimana jika kau tertarik pada teman lamamu? Atau mungkin, sahabat? Bagaimana jika kau tertarik pada ibumu sendiri?"

PLAKK

Tanpa sadar, aku yang sudah geram dipenuhi emosi menamparnya. Meskipun, tidak terlalu kencang seperti yang dilakukannya tadi, dalam hati terdalam aku sedikit merasa kelewatan.

"Cukup, Hinata. Kau sudah kelewatan batasmu!"

Kulihat, perlahan ia meraba pipinya. "Tamparanmu.... menyakitkan, tapi juga luar biasa." Kulihat matanya berbinar. "Ini sungguh penuh akan emosi. Emosi kekesalan, namun juga keraguan. Indah sekali, Naruto-kun."

Masokis, kah?

Kedua kalinya aku dibuat terdiam seperti batu olehnya. Dalam hati, sebenarnya aku cukup takut sekaligus merinding.

"Kita putus, Hinata."

END

1. Information:
-Words Totaly: 485 Words (cerita saja)

Shortlist Part | ɴᴀʀᴜʜɪɴᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang