Shortlist Part
Naruhina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj
.
.
.
.
Rate: T
Genre: Romance/Hurt
Alternate Universe
Hinata's Point Of View.
.
.
.
"Kalau pertemuan adalah satu-satunya penawar rindu, maka izinkanlah aku untuk selalu berjumpa dan mendekapmu."
.
.
.
.
Hujan rintik membasahi bumi. Langit senja yang seharusnya jingga, berubah menjadi gelap dan semu. Cuaca terasa lebih dingin. Air hujan yang jatuh bagaikan curahan sang awan tentang air mata. Begitu sendu bagiku.
Aku meringkuk di sofa. Kutekuk kedua lututku dan kupeluk erat. Mataku menatap jendela yang sesekali mengalir tetesan air hujan di luar sana. Suasana ini membuatku sedih. Aku merasa sesak dalam hati. Kuremas selimut yang sedang kupakai saat ini.
"Rasanya... benar-benar sesak." Aku menghela nafas. "Semua karenamu." Setelah itu, aku meraih foto berbingkai yang terletak di atas meja samping sofa. Foto yang menampilkan aku bersama Naruto, kekasihku yang menuntut ilmu di Jerman.
Long distance relationship.
Aku memeluk foto itu erat-erat, bahkan meremasnya. "Cepatlah kembali..." Diam-diam aku menangis ditemani oleh suara air hujan yang jatuh. Sendiri di sini.
Rasanya sungguh sesak. Aku rindu. Sungguh. Air hujan, apakah kau menjatuhkan diri dengan alasan yang sama saat aku menangis?
***
5 missed call from Naruto-kun.
Aku membelalakkan mataku yang awalnya sedikit bengkak karena kemarin menangis, ditambah dengan mata khas bangun tidur. Aku melihat tulisan di ponselku yang benar-benar membuatku terkejut. Padahal, baru saja aku bangun tidur. Namun, ternyata dihidupku memang cuma ada Naruto, Naruto dan Naruto lagi.
Aku bangkit duduk dari posisi tidurku di sofa. Ponselku yang masih dalam genggaman, aku gunakan untuk kembali menghubungi Naruto.
....
Tidak terhubung. Aku mencobanya berulang kali. Namun, tetap saja hasilnya nihil. Sesekali aku mengirim pesan. Entah akan terbaca atau tidak nantinya.
Menggerutu pelan dan menghela nafas jengah. Lagi-lagi aku merasakan sesak seperti kemarin. Bedanya, kali ini ditambah sedikit penasaran. Banyak pikiran yang ada dalam kepalaku.
Kenapa Naruto menghubungiku dan kapan ia pulang?
***
TOK TOK TOK
Aku mendengar ketukan pintu berulang kali serta bel apartementku yang berbunyi terus menerus. Aku yang tadinya tertidur merasa terganggu dan mengerjap secara perlahan. Aku mengumpulkan kesadaranku dan menguap sedikit.
"Ya Tuhan. Siapa yang berisik ditengah malam seperti ini?" ucapku dengan suara serak sehabis bangun tidur. Kulihat jam di ponselku. 22.20. Memangnya ada perlu apa, sampai-sampai datang jam segini?
Kusibak selimutku dan berjalan gontai ke arah pintu. Tanganku terulur menggenggam gagang pintu. Ada keraguan dalam hatiku. Kuselipkan rambut panjangku ke telinga dan kulihat kamera interkom. Namun, orang itu bertudung hoodie. Sehingga, aku tidak bisa melihat jelas wajahnya.
Tanganku yang menggenggam gagang pintu mengerat. Tapi, orang di luar masih semangat megetuk pintu bahkan menekan bel. Kuhirup sedalam-dalamnya nafasku. Aku berjalan ke arah samping. Ada katana di sana. Ini hanya untuk berjaga-jaga. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Kira-kira seperti itulah.
"Satu..." Aku menggenggam kembali gagang pintu.
"Dua." Kuposisikan katana dengan posisi yang tepat.
"Tiga!"
BRAAKK
"ADA APA MALAM-MALAM---eh?!"
"Lama tidak berjumpa, Hinata...."
Aku terpaku dan membeku seketika. Katana yang tadinya kugenggam erat langsung mengendur dan jatuh di samping kakiku. Antara terkejut dan tidak percaya menghampiriku. Namun, tidak kupungkiri bahwa rasa senang juga menjalar di hatiku.
"Naruto-kun...." Aku berjalan patah-patah menghampirinya. Kuelus kedua pipinya. Kurasa, ia tidak berbeda sejak pertemuan terakhir kami 2 tahun yang lalu.
"Hinata, aku rindu." Masih dalam keterkejutanku, ia berhambur memelukku erat. Sesuai dengan perkataannya, aku merasa ia merasakan rindu yang amat berat. Sama sepertiku.
Kakiku terasa melemas. Di dalam pelukan itu, aku dapat mencium aroma jeruk khas dirinya. Tidak salah lagi, ini dia. Orang yang selalu membuatku merasakan beratnya rindu. Sebabnya, aku merasakan sesak kembali di dada. Namun, rasa senang adalah hal utama yang kurasakan.
Mataku serasa memanas dan ingin menumpahkan airnya. Saat itu, dengan bersamaan, air mata kami kompak berjatuhan. Tentunya aku yang lebih banyak. Dalam posisi itu, aku kembali memeluknya erat. Sangat erat. Dan mendongakkan kepalaku sedikit ke arahnya.
"Ini benar kau?"
"Tentu. Tadaima..."
"Baka. Okaerinasai...."
***
"Hey, sudah berapa lama kau memelukku seperti ini?" Ia mengusap kepalaku dengan lembut. Namun, satu tangannya tetap mendekapku.
"Lama. Lama sekali. Biarkan rindu itu runtuh, Naruto-kun." Aku menenggelamkan wajahku di dadanya.
"Hahaha. Memangnya kau saja? Aku juga rindu. Oh iya, kau tidak tanya kenapa aku datang malam dan kenapa aku tidak menghubungimu terlebih dahulu?"
"Aku tidak mau tahu."
"Yaaah... tidak kusangka penerbangan dari Jerman ke Jepang memakan waktu lama. Walaupun, sebenarnya aku sudah tahu hal itu. Dan, aku sudah menelponmu berulang kali kemarin." Naruto hendak berdiri, tapi tidak kubiarkan itu.
"Aku tidak peduli soal itu. Izinkan aku terus memelukmu seperti ini."
"Huaahhhh.... Hinata! Kau ini memang benar-benar rindu padaku, ya?!"
END
An Information:
-Words totaly: 714 (only story)
-Katana: Pedang
KAMU SEDANG MEMBACA
Shortlist Part | ɴᴀʀᴜʜɪɴᴀ
FanfictionNaruto dan Hinata, adegan pendek, kisah, pengalaman mereka. ─Alternate Universe/Canon ─Masashi Kishimoto (Disclaimer) ─Romance/Hurt/Comedy/Sadistic etc. ─Various rate & genre ─Oneshot/Drable/Ficlet