satu, penghibur.

121 10 6
                                    

Jangan lupa klik bintang dan komen yaa! walau ceritanya sudah sampai tamat ✨

--------------------------

Jangan menangis hanya karena sosok yang tidak pernah menghargaimu, karena sebenarnya kamu lebih berharga daripada dia.

🌻🌻🌻

Bodoh, adalah salah satu kata yang kini pantas untuk Ayra. Sekarang, dia mengurung diri di kamar dan menangis. Dia tidak tau dia harus bagaimana ketika melihat kejadian tadi.

Dia hanya bisa merutuki dirinya sendiri, apakah benar cinta bisa membuatnya sebodoh ini?

Drrtt...

Drrtt...

Alealee Calling You

Ayra segera menekan gambar telfone yang berwarna hijau di ponselnya untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Ay? Lo dimana?"

Iqbaal, adalah salah satu sahabatnya dari kecil. Entah mengapa, dia selalu peka ketika Ayra sedang mengalami masalah atau sedang bersedih, bahkan ketika mereka sedang berada jarak jauh. Mungkin mereka berdua memiliki ikatan batin, kuat beut keknya.

"Di... Di rumah." Jawab Ayra sedikit menahan isakan tangisnya.

"Lo lagi nangis ya?"

"Ha? Eng, Enggak kok. Ada apa?" Ayra mengusap air matanya, mengambil nafas dalam-dalam berusaha agar nadanya tidak terdengar seperti sehabis menangis.

"Lo jangan bohong ya, Ay. Sama gue, gue tau gimana elo. Gue otw ke rumah lo."

Tut

Rumah Iqbaal tidak jauh dari rumah Ayra hanya jeda berapa rumah saja, bahkan bisa di bilang rumah mereka berhadapan, hanya selang satu rumah dari depan rumah Ayra dan sebelah kanannya sudah rumah Iqbaal.

Ayra sangat membenci dirinya sendiri, mengapa dia merepotkan orang lain? Biarkan dia yang merasakan sakit ini sendirian.

"Ay?"

Tok... Tok... Tok...

Iqbaal?

Yak, sepertinya Iqbaal sudah datang, dia sudah berada di depan pintu kamar Ayra dan mengetuk. Jangan heran jika dia sudah di depan pintu, Mbok Iyem selalu mempersilakan Iqbaal langsung masuk. Karena, Mbok Iyem tau Ayra dan Iqbaal sudah bersahabat dari dahulu kala.

Ayra membuka pintu kamarnya, dia langsung memeluk Iqbaal dan entah mengapa tangisnya langsung pecah, Iqbaal tidak kaget dengan sikap Ayra yang seperti ini.

"Udah, jangan nangis." Iqbaal mengusap rambut Ayra dan punggungnya, menuntun Ayra untuk masuk kamarnya dan duduk.

"Aldi, Baal. Aldi..."

"Hiks..."

"Hiks..."

Ayra semakin mengeratkan pelukannya kepada Iqbaal. Hanya Iqbaal yang kini dia punya, Mama dan Papanya saja tidak tau apa yang terjadi pada putrinya ini yang terkadang susah di tebak, yang hanya bisa Mama Ayra lakukan biasanya membiarkan Ayra menangis, agar tidak terbebani.

KITA [AKU, KAMU, DAN DIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang