5. Mulai luluh.

3.8K 417 9
                                    

Naruto© Mr MK!!!

Always SasuHina!!!

Happy reading guy's!

...
.
...

Aku terkejut mendengar perkataan Naruto. Benarkah apa yang kudengar?
Haruka Tsuyoshi, wanita yang berani menghancurkan hidupku telah kembali?

"Sasuke-san, ayo minum obat dulu. Anda belum pulih benar.  Ah,  Namikaze-san, maaf saya tidak tahu anda di sini!" ucap Hinata dengan suara lembut ciri khas gadis ini.

"Wah, Hinata maaf lo ngga memberitau kalau datang. Aku harus pulang ada urusan penting." dasar bodoh.

"Kenapa langsung pulang? Padahal saya berniat membuat jus untuk anda," sekedar basa-basi mungkin? Tapi aku tidak suka.

"Pergilah!" usirku.

"Eh?" bukan kamu tapi Naruto.

Naruto yang tahu kata itu ditunjukkan langsung tertawa bodoh. Menjijikkan sekali kamu Dobe.

"Aku harus pergi, Hinata. Lain kali buatkan aku jus lemon!" sahutnya ceria, "Teme, aku pulang dulu."

Hinata tidak menjawab melainkan tersenyum mungkin karena duniaku berwarna hitam kelam.

Setelah Naruto pergi, Hinata mendekat kearahku.  Telapak tangan halus itu menggegam tanganku lembut dan ia memberikan 3 butir obat penurun demam.

"Aku tidak mau, aku sudah sembuh!" tolakku. Tapi yang kurasa dia mengegam tangan semakin erat.

"Tolong minumlah demi kesembuhan anda," pinta gadis ini. Sungguh keras kepala sekali.

"Tidak ya tidak!" bentakku.

Entah bagaimana ekspresi gadis ini. Yang jelas pasti terluka. Jujur saja aku memang suka kopi tanpa gula tapi Big No, untuk obat sialan itu.

"Kenapa tidak mau minum? Anda bisa lama sembuhnya!" kekeh sekali gadis ini.

"Pahit, pergilah aku tidak suka di kasih hani. Jika tidak mau mengurus kenapa sok peduli!" sarkasme bukan?

"Aku akan mengurus anda dan maaf lancang sekali ini," cicit Hinata.

Syut

Chup

Apa ini? Dia menarik tengkuku lembut lalu mencium bibirku. Gadis ini, berani sekali. Hanya diam terpaku itulah keadaan ku saat ini.

"Sasuke-san, ini minumlah!" perintah Hinata.

Astaga, karena terlalu tercengang sampai baru sadar obat itu sudah kutelan. Manis dan lembut itulah yang kurasakan saat bibir kami bersentuhan. Menerima gelas lalu kuteguk isinya.

"Sasuke-san,  gomenasai atas kelancangan saya!" sesal Hinata tidak enak padaku.

Aku Suaminya kenapa harus rikuh? Bodoh, kamu sendiri yang membuat Hinata rikuh padamu.

"Hn." pipiku panas entah karena apa. Ia datang membawa sepiring entah aku tidak tahu mungkin bubur.

"Aku tidak mau makan," tolakku lagi. Tapi, jika dengan mulutmu aku mau. Ya Tuhan mesum sekali kamu Sasuke.

"Anda harus makan, ini saya buat sup tomat kesukaan anda."

Gadis ini kenapa gigih sekali. Selama ini hanya bentakan, cacian, teriakan, makian yang sering kulayangkan tapi kenapa masih kuat?

Seberapa besar hatimu menghadapi kejamnya diriku?
Seberapa besar kesabaran menghadapi ke keras kepalaan ini?
Sungguh aku penasaran dengan mu!

Dengan telaten menyuapiku tanpa bicara. Entahlah rasanya sangat kenyang dan enak saat mendapatkan suapan itu. Aku terpaku tatkala kurasakan ibu jari itu mengusap bibirku lembut.

Tangan mungilnya menangkup rahang tegasku agar mempermudah pekerjaannya.

"Ah, sudah sekarang mau jalan-jalan di sekitar sini?" ajak Hinata.

"Tidak," tolakku.

"Ayolah sekali ini kita jalan, nanti aku akan tunjukkan betapa indah taman dekat sini!" gadis ini berusaha ceria dan mendekati ku.

"Aku tidak punya warna selain gelap gulita!" celetukku. Sakit tapi kenyataan, aku tidak bisa melihat dan untuk pertama aku ingin melihat wajah Istriku yang sering kusakiti ini.

Aku merasakan tangan itu mengegam tanganku dan tangan kanan menangkup rahangku.

"Aku akan menjadi cahayamu dan aku akan menjadi matamu. Tidak usah khawatir karena aku yang akan selalu menjadi penerang gelapnya dunia itu. Jangan sungkan karena aku adalah milikmu. Anda adalah Suami saya yang berhak atas hidup ini!"

Ya Tuhan kenapa jantungku berdegub kencang? Dan kenapa rasanya seperti berada di oasis di Padang pasir? Ucapan penuh makna itu membuat haru. Gadis ini, kenapa bisa begini?

Entah kenapa tanganku menyentuh wajahnya. Pipi gembil dengan dagu lancip serta bibir mungil lalu hidung mancung mungil. Jantung ini sangat gila. Aku teruskan saat menyentuh kelopak mata yang kurasa bulat besar. Bulu mata lentik melengkung indah dan alis tipis berbentuk bulan sabit. Kulitnya sehalus bayi dan rambut panjang terurai indah dan sangat halus.

Aku bayangkan betapa sempurna sosok ini. Aku tidak bisa melihat tapi aku bisa merasakan.

"A-aku am-ambil ja-jaket du-dulu," ucap Hinata gugup.

"Emang mau kemana?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Kita jalan sebentar," cicitnya

"Hn."

"Eh?"

"Ayo pergi!"

"Baik, tapi ini musim semi udara sore terasa dingin. Saya ambil hodi dulu!"

Apa ini, kenapa sekarang aku menjadi begini? Bahkan kekasihku dulu tidak pernah bisa bersikap alami saat bersamaku. Sikap lembut, sabar, keibuan nan gigih membuat tergerak.

....

Please don't forget Vote plus Comment and Follow YinYang2327!!?

April'17'19

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang