8. Tentang Semua

3.7K 408 31
                                    

Naruto ©Mr. MK
Segala typo (s) dan lainnya harap maklum.

Happy Reading!

___________

New York, 10:00pm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New York, 10:00pm.

"Bagaimana kabarmu, sayang? ... Apa kau tumbuh dengan baik disana? Papa merindukanmu ...."

    Seorang pria yang masih tampak gagah, di usianya yang keempat puluh dua tahun. Sedang memandang lurus pada rintik hujan dari balik kaca jendela transparan besar di ruangannya. Pandangan tampak kosong, seakan menerawang jauh pada masa lalunya.

     Ada rasa rindu yang begitu besar dari tatapannya tersebut. Namun, bukan hanya itu saja. Rasa bersalah begitu mendominan akan keputusan yang ia ambil dulu, membuatnya merasakan penyesalan yang teramat dalam.

"Maaf! ... Maafkan Papa." setetes cairan bening meluncur begitu saja dari netra sewarna lavendel tanpa pupil membasahi pipi tirusnya.

Tok ... Tok ... Tok!

"Masuk!" serunya, ia pun menghapus jejak air mata di pipinya.

    Seorang pria dipertengahan dua puluh tahunan memasuki ruangan itu setelah mendengar intruksi dari sang pemilik ruangan tersebut. "Paman," sapa pria itu untuk pria yang ada dihadapannya tersebut.

"Bagaimana, Neji?" tanya pria paruh baya itu to the poin, tanpa membalik badan untuk melihat orang tersebut.

"Saya sudah mendapat informasinya, tapi ..."

"Apa?" tanyanya memotong perkataan laki - laki bernama Neji itu.

"Dia ... Sudah tidak di panti asuhan lagi." jelasnya. Seketika wajah tuanya menegang akan informasi itu. Namun, dirinya tetap diam. Menunggu kalimat selanjutnya dari Neji.

"Dia, telah pergi dari panti sekitar enam bulan lalu." paparnya lagi.

"Keluarga mana yang mengadopsinya?"

" ... "

     Hening, tidak ada jawaban lagi yang keluar dari bibir keponakannya itu, membuatnya membalik tubuhnya dan menatap tajam pada lelaki tersebut.

"Maaf, paman. Dia ... Telah menikah- "

"A ... Apaa ...!!?"

...

Light Of Love

Jepang, 06:00am.

    Pagi hari yang begitu cerah dengan sinar matahari yang juga hangat menyambut pagi di kediaman Uchiha. Menantu manis mereka, Hinata baru saja menyelesaikan ritual mandi paginya. Dengan mengenakan dress rumahan sederhana, tampan pas di tubuhnya.

     Ia memandang sejenak wajah tidur sang suami yang terlihat tampan, juga damai dalam buaian mimpinya. Hinata pun tersenyum, sebelum dirinya keluar dari kamar dan menuju dapur untuk membantu Ibu mertuanya. Guna menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga Uchiha.

    Pikiran menantu Uchiha tersebut melayang entah kemana. Meski dirinya dan Sasuke belum permah melakukan ritual malam pertama mereka, dalam hatinya Hinata berharap dapat melakukan 'itu' dengan sang suami. Lalu segera memiliki bayi kecil yang akan lahir dari rahimnya.

     Dengan demikian dirinya tidak merasa, bahwa ia sebatang kara lagi. Seketika pipinya merona, dengan apa yang di pikirkannya itu. Malu, ia pun menutup wajahnya dengan sebelah tangan dan senyum manis di bibirnya tercetak. "Oh, Tuhan! Mengapa aku jadi mesum pagi - pagi begini, sih!?" gumamnya.

"Ohayou, Kaa-san!" sapanya pada Ibu mertuanya yang sedang menata piring di atas meja makan.

"Ohayou mo, sayang! Sasuke belum bangun?"

"Belum."

"Sebaiknya kamu bangunkan saja suamimu, lagi pula semua sudah beres, Hinata-chan!" katanya pada sang menantu.

"Eh!?"

"Sudah - sudah, bangunkan suami tampanmu itu!" serunya lagi, sambil mendorong lembut punggung Hinata agar kembali ke kamarnya.

"Baiklah, Kaa-san."

    Hinata pun dengan terpaksa kembali ke atas, masuk kembali untuk membangunkan acara bobo' tampan suaminya. Hinata menggeser gorden jendela kamar beserta membuka pintu jendela juga, supaya sirkulasi udara dapat berganti masuk dalam ruang kamar.

"Ohayou, Hime,"

"Oh, ohayou mo ... Sasu-kun sudah bangun rupanya!?"

"Hn."

    Tubuh Hinata berdiri bak patung menatap Sasuke yang baru bangun, dan sudah duduk bersandar pada headboard. Dengan keadaan topless, hanya memakai celana katun panjang saja. Wajahnya seketika bersemu merah. Melihat wajah tampan bangun tidur suaminya. Juga otot - otot perut yang mulai terbentuk lagi. Karena sejak hubungannya dengan Sasuke membaik, suaminya itu mulai melakukan olah raga lagi. Tentu saja dengan dirinya yang selalu menemaninya.

Sexy, oh ... My! Pikirnya.

"Kenapa diam saja, Hime?" tanyanya heran dengan dahi yang berkrenyit. Sebab, tidak biasanya istrinya itu diam dan tidak membantunya. (Semua berubah sejak saling mengungkapkan perasaan).

"Ah, yaa! Maaf, Sasu-kun." ucapnya gugup.

"Aku ingin mandi dan bercukur. Sepertinya sudah mulai tumbuh," kata Sasuke, sambil merabah - rabah rahang serta area kumisnya.

"Baiklah, aku akan membantumu bercukur."

    Saat ini mereka telah berada di depan kaca besar wastafel kamar mandi. Kemudian Hinata mengambil sebuah kursi lipat yang sudah disediakan untuk Sasuke saat dia hendak bercukur.

"Kau sangat tampan, Sasu-kun," celetuk Hinata tiba - tiba. Lalu, dengan segera ia menutup mulutnya. Rona merah pun langsung menjalari pipinya tanpa di undang. Juga detak jantungnya yang mulai melaju cepat.

    Kekehan kecil keluar dari bibir Sasuke saat mendengar gumaman istrinya. "Apa menurutmu aku tampan?" tanyanya, dengan nada menggoda juga senyum tipis di bibirnya. Walaupun pandangannya tetap lurus ke depan.

"I - iya, kau sangat tampan." jawaban terbata.

"Hn, aku memang tampan dari lahir. Dan ... (Jeda) aku rasa anak - anakku nanti jauh lebih tampan juga."

"Bagaimana menurutmu, Hime?"

" ... "

"Hm?"

"Hah ...?!"

   
•••

_________

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa!
Vote juga comment-nya atau follow juga akun YinYang2327

All Love, and thank's
May 11'2019
_________

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang