17

2.9K 303 14
                                    

'Halo Davi, kita sebentar lagi udah mau sampai ya.."

"Oke."

Aku bergegas turun ke lobi bawah untuk menjemputku beberapa teman sekelasku yang sengaja datang untuk belajar kelompok.

"Hyung...!!?"

Aku memekik ketika melihat Pak Daniel lagi ngobrol sama Pak Yus di salah satu kursi lobi.

"Ehh, kamu Dav."

"Mas Davi mau pergi ya?"

Aku memandang curiga kedua orang itu. Kok kayaknya seperti ada yang sedang disembunyikan oleh mereka ya...?

"Gak pergi kemana-mana kali, pak. Orang aku lagi nungguin teman-teman yang mau dateng."

"Tadi saya kebetulan lewat, terus mampir.."

"Hyung gak ada alasan lain? Disana kebetulan. Disini kebetulan. Dimana-mana kebetulan. Hmmm..."

"Sumpah kebetulan!" Pak Daniel makin kelihatan gugup.

"Sekarang kan weekend. Mending Pak Yus jalan-jalan kemana kek gitu."

"Nanti kalau Mas Davi mau pergi bagaimana?"

Aku pukul lengan Pak Yus. "Dikata aku ini anak kecil apa!? Dasar..!"

"Tck!" Pak Daniel seperti berdecak kesal sambil memperhatikan layar hapenya. "Bengkel sekarang susah cari yang benar. Kemarin bilangnya bagian ini yang rusak. Sekarang beda lagi."

Aku mendekati Pak Daniel. "Ehh, hyung -- pria yang wajahnya kaya papanya shin-chan itu kan montir handal.."

"Oh ya?!"

Wajahku berubah masam. "Dikiranya aku gak tahu apa yang hyung rencanakan?"

"Saya tidak merencanakan apa-apa, Davi! Sungguh..!"

"Pak Yus, tuh bantu benerin mobilnya hyung."

"Siap komandan!"

Sudah kuduga dari awal pertemuan mereka itu. Seperti ada yang tidak beres. Hmmm, aku mencium bau-bau benih cinta diantara kedua pria itu.

"Mas Dav, itu bukannya Edwin ya?"

Mataku membulat saat melihat dia -- si cowok jangkung itu baru saja turun sebuah suv hitam. Sambil membawa sebuah bungkusan di tangan kanannya.

"Bokap nitip ini."

"Kok kamu bisa ---"

"Mau belajar bareng." Jawabnya cuek. "Temen-temen lo mana?"

"Udah aku suruh pulang!"

"Ohh, bagus deh. Biar gue bisa lebih konsen."

Sialnya, rombongan teman-temanku yang berjumlah lima orang itu tiba pas aku lagi cari cara buat ngusir Edwin.

"Jauh juga ya Dav, rumah kamu.." Tukas Falik.

"Nanti ongkosnya aku ganti ya.."

"Gak usah, Dav. Kita udah patungan kok." sahut temanku yang lain.

"Yuk, kita langsung naik aja ke atas."

Aku kembali menoleh ke belakang, karena aku nyaris aja lupa sama kedua pria dewasa itu.

"Jangan mojok di bioskop loh ya..!!"

Saat di dalam lift, salah satu temanku berbisik. Dia bilang kalau si Edwin yang memaksa dia dan yang lainnya untuk ikut.

"Enak ya Dav, tinggal di apartemen?" Tanya temanku yang lain.

Aku geleng. "Masih enakkan rumahku yang dulu. Ke sekolah bisa jalan kaki. Udah gitu gak capek mesti turun naik pake lift segala."

WHEN MONEY TALKS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang