Mulai dari Jumat malam, sampai Senin pagi ini -- Pak polisi Daniel masih terus mengirimi aku sms, telepon, dan wa. Dia masih curiga kenapa waktu Jumat malam itu aku tiba-tiba menelepon dan memintanya dateng ke rumah. Namun gak sampai lima menit, aku malah melarangnya datang, dengan dalih aku akan ke Jakarta sampai minggu malam.
Untuk masalah satu itu, okelah aku bisa menahannya sebentar lagi. Karena aku masih perlu sedikit lagi bukti yang lebib kuat untuk bisa menyeret pelaku itu ke dalam penjara.
Senin pagi ini, sekolahku akan mengadakan try out pertama. Seluruh kelas X dan XI otomatis diliburkan selama seminggu.
Enaknya liburan seminggu penuh. Bisa pergi kemana aja kita mau. Apalagi cuaca disini sangat mendukung.
Beda banget waktu aku di Jepang dulu. Saat liburan, aku malah terus berdiam di dalam asrama, karena musim liburanku bertepatan dengan musim dingin yang sangat-sangat ekstrim.
Aku langsung bergegas menuju kelasku. Sudah banyak yang datang. Namun tak semua kursi di kelasku terisi penuh. Karena kami duduk di selang satu meja, satu meja.
"Davi, kemaren aku sama teman-teman ke rumah kamu. Tapi kamunya gak ada." Dewi langsung menyambutku dengan sebuah kalimat yang membuatku agak kaget.
"Kenapa gak telepon dulu?"
"Tadinya sih kita mau jenguk sekalian kasih kejutan.." Falik menyengir.
"Kamu udah baikkan?" Tanya temanku yang lain.
"Udah mendingan." Sahutku. "Aku kemaren habis ada urusan sama papah. Biasanya. Cari sparepart bengkel."
Aku iseng membuka hapeku. Aku geleng-geleng saat melihat kamera cctv di teras depan rumahku, yang terkoneksi dengan hapeku.
Pak Yus --- bisa gak sih gak ganjen gitu? Ya Allah, kapan ini orang bisa nikah ya? Kalau sama semua cewek dia kayak gitu mulu..
Aku merubah ip address di layar hapeku. Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Semuanya tampak sepi dan normal-normal saja.
Tapi ---
Dahiku berkerut saat melihat lima orang masuk dan duduk bersamaan di dalam ruangan itu.
Aku tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka katakan. Tapi yang pasti, aku melihat beberapa orang itu seperti memberikan sesuatu pada pria dengan kemeja putih belang hitam yang tampak kesempitan itu.
TTTEETTT...!!
Bel masuk sudah berbunyi. Semua siswa bergegas masuk ke dalam ruangan kelas sesuai dengan nomer peserta masing-masing.
"Letakkan tas, buku, tempat pensil, dan handphone kalian di depan..!" Ucap Bu Karin ketika ia menginjakkan kakinya ke dalam kelas.
Dia berkeliling dari satu meja ke meja lainnya. Memeriksa tiap saku celana dan seragam setiap murid, dan juga laci-laci meja.
"Good luck, cutie.." Bu Karin mengacak rambutku.
Mata pelajaran pertama hari ini adalah Bahasa Inggris. Jumlah soalnya ada lima puluh. Dua puluh soal pertama adalah listening. Dan tiga puluh soal selanjutnya adalah pilihan ganda.
Aku agak deg-degan. Meski bukan soal-soal try-out inilah yang membuatku gusar. Aku merasa seperti ada sesuatu yang buruk akan terjadi tak lama lagi.
Bu Karin tak pernah duduk di kursinya. Ia selalu berjalan mengitari kami semua, dan tak jarang berhenti di mejaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS 2
Roman pour AdolescentsApa kamu pikir, dengan uang kamu bisa berbuat sesuka hatimu..?! Apa kamu pikir, dengan uang kamu merasa bisa menjadi Tuhan...?! Kita akan lihat, sejauh mana kamu bisa bertahan dengan segala harta yang kamu miliki itu...!