"Edwin cukup!!! Jangan bunuh aku..!!"
Mataku terbuka seketika. Nafasku masih memburu. Peluh membanjiri sekujur tubuhku. Yang barusan itu -- rasanya seperti nyata sekali...
"Anak Papah kenapa? Pasti lupa berdoa sebelum bobo ya?"
Sekarang aku tahu penyebab mimpi buruk tadi. Pasti ini ulahnya pria dewasa satu itu.
"Papah kenapa sih sukanya pencet-pencet hidung aku terus?!" Aku menatapnya tanpa belas kasih. "Udah tahu hidungku ini blesek ke dalem..! Papah suka aku diejek sama teman-teman?! Iya..?!"
"Siapa yang berani ngejek anak Papah, hmmm..?! Biar Papah jewer telinganya itu anak..!"
Aku memandang Papah Rico dengan geli dan sedikit jijik.
"Main jewer aja. Dikira aku ini masih anak TK apa?"
Papah Rico membelai kepalaku. Dia mengecup dahi, kedua pipi, dan hidungku.
"Papah sudah buatkan sarapan spesial untukmu."
"Hah?? Masa iya?! Emangnya papah sampai jam berapa ---?" Mataku melihat ada sekelebat sosok yang sedang mengintai dari celah pintu kamar tidurku.
Aku yakin pasti orang itu bukan Pak Yus. Soalnya dia kan dari semalem gak hubungin aku.
Awas aja kalau dia pulang nanti, aku mau lihat leher dan tubuhnya. Apa ada bekas tanda cupangan atau enggak!?
Aku naik ke punggung papah. Lalu papah membawaku ke meja makan. Disitulah aku lihat Edwin sedang minum jus jeruk dengan rambut yang basah dan wajah segar sekali.
"Maaf ya Win, gara-gara si pemalas ini -- kamu jadi belum sarapan."
"Gak papa, Om. Santai aja."
Aku bangga sekali bisa memamerkan kedekatanku sama Papah Rico, di hadapan orang itu.
Coba aja, apa dia bisa gendong-gendongan sama papah? Yang ada malah si papah kena sakit punggung lagi. Hhihhi...!
Papah memakaikanku celemek. Dan mengisi penuh gelasku dengan susu putih. Dan satu gelas lainnya dengan jus apel.
"Kemarin kamu bilang, kalau kamu dan teman-temanmu lagi belajar bersama. Tapi, kenapa ada banyak makanan di meja tamu, kulkas, dan meja makan?"
"Yaa, emangnya orang belajar gak laper?"
"Kaset blueray juga berantakkan..." Papah menyelidikku.
"Capek ah pah, belajar terus." Aku mulai kesal lagi sama pria dewasa satu ini.
"Oh ya, Win.." Papah menoleh pada Edwin. "Kamu kalau mau belajar bareng sama Davi, gak apa-apa. Malah Om sangat mendukung."
"Yaa..." Edwin memegang tengkuknya sambil memiring-miringkan lehernya ke kanan dan kiri. "Tapi kayaknya, Davi gak suka kalau aku disini, om.."
"Davi..."
"Sungguh pembohongan publik yang tidak berfaedah.." Aku tatap tajam si Edwin.
"Davi..."
"Ya kalo aku gak suka sama dia, ngapain dia masih ada disini sih, papah?! Orang kok suka ngawur aja bicaranya."
Sepertinya sarapan pagiku kali ini, adalah sarapan pagi terburukku kedua selama aku hidup di dunia.
Kalian tahu, sarapan pagi terburukku yang pertama itu pas apa? Pas aku mau disunat!! Aku gugup bukan main!! Membayangkan tititku akan dipotong pake golok!! Itu yang dikatakan sama Mas Noval, dan bodohnya, aku pun percaya gitu aja.
Sarapan udah selesai. Mandi pun juga udah. Sekarang waktunya aku nonton film kartun sampai dua jam kedepan.
Sambil ngemilin makanan sisa kemarin, aku udah duduk manis di depan tv ruang tamu. Kulirik, si papah sama Edwin lagi ngobrol di kamar tamu. Gak lama keduanya pun keluar barengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS 2
Teen FictionApa kamu pikir, dengan uang kamu bisa berbuat sesuka hatimu..?! Apa kamu pikir, dengan uang kamu merasa bisa menjadi Tuhan...?! Kita akan lihat, sejauh mana kamu bisa bertahan dengan segala harta yang kamu miliki itu...!