Bagian Sembilan

5K 555 23
                                    


ENJOY ^^

Translator Disclaimer: Not mine, I only translate into Indonesian. Wrong words and error may be found. The correction may be needed and do not hesitate to correct me

BAGIAN SEMBILAN



Hari berjalan dan kini saatnya malam yang telah mereka rencanakan. Ralph berbicara tentang permainan yang akan ia mainkan dengan James dan Lily, tidak menyadari suasana tegang dan gugup yang dirasakan oleh orang tuanya.

"James punya sapu mainan," kata Ralph, berpegangan pada Draco ketika mereka bersiap untuk Floo. "Bisakah aku mengendarainya, Daddy?"

"Tentu saja," kata Draco, ketika Hermione menghilang ke dalam nyala api. "Tapi hanya jika Uncle Harry atau Aunt Ginny sedang mengawasi, oke? Dan jangan lepaskan sapu begitu kau sudah diatasnya."

"Oke. Mummy mengemasi trukku supaya kita bisa bermain truk!"

Draco tersenyum. "Itu terdengar menyenangkan." Dia melemparkan bubuk Floo ke dalam api dan melangkah maju. "Grimmauld Place."

Begitu mereka tiba, Ralph terus berbicara. "Itu menyenangkan, Dad. Aku mendorong trukku dan James mendorongnya, dan kadang-kadang punyaku semakin jauh dan kadang-kadang miliknya yang menjauh."

"Yah, Dad harap kau menang," bisik Draco, lalu menyeringai pada Harry yang memperhatikan mereka dengan curiga.

"Merencanakan sesuatu yang licik, Draco?" Harry bertanya, mendekati keduanya.

"Hanya menyuruhnya bermain adil," Draco menurunkan Ralph.

"Uncle Harry!" Ralph menyapa Harry sebelum melarikan diri untuk menemukan James.

"Menyuruhnya bermain adil?" Harry menoleh ke Draco dengan ragu.

"Percayalah apa yang kau mau, Potter," Draco menyeringai. Dia mencari Hermione, yang sedang berbicara dengan Ginny. Ginny yang melihat Draco mengiring Hermione kepadanya.

"Siap berangkat?" Draco bertanya. "Kita masih harus berganti pakaian."

"Ginny baru saja memberiku beberapa nasihat terakhir," Hermione menghela nafas putus asa. "Bukannya aku belum pernah berkencan sebelumnya, Gin."

"Tapi tidak dengan suamimu, kau belum pernah melakukannya." Ginny membalas. "Selain itu, ini tanggal yang istimewa. "

"Benar. Dan kita tidak boleh terlambat," kata Draco, berbalik untuk pergi.

Ginny menahan mereka. "Tunggu. Aku hanya ingin memberitahu kalian untuk bersenang-senang. Bersantailah. Jangan menganggap dirimu sebagai suami dan istri. All right?"

"Tentu," Draco berusaha terlihat sebosan mungkin, meraih segenggam bubuk Floo. "Sulit untuk memikirkan seseorang sebagai istrimu ketika kau tidak ingat telah menikahinya. Bisakah kita pergi sekarang?"

Ginny merengut padanya. "Kau jauh lebih baik padaku sebelum kau kehilangan ingatan, kau tahu."

"Aku meragukan itu," kata Draco, ketika Harry mulai tertawa.

"Sebenarnya, kau memang tidak ramah padanya," Harry menerangkan pada Draco, membuat dirinya diberi tatapan tajam dari istrinya. "Kau akan menggoda Ginny seperti halnya para kakaknya."

Draco melemparkan senyum kemenangan kepada Ginny sebelum menghilang ke dalam api. Hermione mengikuti beberapa saat kemudian.

.

.

.

"Ginny menikmati hal ini," kata Hermione, tampak agak kesal. "Dia senang memberi saran - saran romantis - seolah ini sangat mudah."

Forgettable Vows by twin-v (Bahasa Indonesia) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang