Chapter 1

1.4K 152 4
                                    

Cuaca siang itu begitu terik, seorang anak berambut pirang sedang duduk melamun di kursi belakang kelasnya. Matanya memandang ke halaman sekolah yang kosong. Dia merasa bosan.

"Julius, jika kau tak memperhatikan apa yang kuajarkan, sebaiknya kau keluar dari kelas!" tegur gurunya jengkel. Lebih dari setengah kelas memandang Julius saat itu.

Julius tak berkata apa-apa, dia duduk beranjak dari kursinya dan berjalan melintasi kelas, keluar begitu saja tanpa satu kata keluar dari mulutnya. Gurunya hanya bengong sambil menggelengkan kepala.

Julius menyusuri koridor sekolah, melewati kelas-kelas dan ruangan lainnya. Dia berbelok di ujung lorong, menaiki tangga sampai ke atap sekolah. Dibukanya pintu besi menuju atap, timbul bunyi derit karena engsel yang sudah berkarat.

Julius menjulurkan lehernya, memeriksa keadaan atap, tak ada siapa-siapa.

Pemuda itu lantas mencari tempat yang biasa digunakannya untuk tidur siang ketika rasa jenuhnya melanda akan hiruk pikuk sekolah.

Angin sepoi-sepoi, ditambah rasa nyaman berbaring di atas matras, membuatnya terlena dan rasa kantuk menyergap hebat, Julius pun akhirnya menyerah dan tertidur lelap.

Julius bermimpi, dia berada di sebuah tempat yang gelap, hanya diterangi cahaya api dari obor di dinding. Hawanya begitu berat, penuh tekanan, seakan semua amarah dan dendam di seluruh penjuru dunia dikumpulkan dan dipadatkan dalam satu kotak kecil.

"Ini di mana?" gumam Julius, keringat menetes dari pelipisnya.

"Wah... Wah... Berani sekali kau kemari bocah, siapa kau ini?!" tanya suara menggeram berat.

Julius reflek berbalik ke sumber suara. Dengkulnya langsung terasa mau copot, ketakutan menguasai dirinya, tatkala melihat seekor naga besar yang napasnya berbau tajam. Moncong naga itu hanya berjarak kurang dari satu meter dari dirinya. Hidungnya kembang kempis membaui tubuh Julius.

"Manusia, bah!" teriak sosok Naga besar itu, membuat seisi ruangan berguncang.

"Kau ini apa?" tanya Julius terperangah bercampur takut.

"Dasar bocah, aku ini Bahamut sang Raja Naga Vaalstrun pelindung dunia!" gelegar suara makhluk itu membuat surut nyali Julius.

Pemuda itu berdiri mematung menahan rasa takutnya.

"Maafkanku yang telah lancang mengganggu waktu istirahatmu, aku akan pergi dari sini wahai sang naga agung," ujar Julius mundur perlahan.

Tunggu dulu! Kau pikir semudah itu pergi dariku? Bah!"

"Lalu aku harus bagaimana?"

Mata naga yang besar itu mengamati sejenak tubuh Julius. Seringai kecil muncul di moncongnya menampakkan barisan gigi setajam pedang.

"Aku tak memiliki wujud fisik, karena kau manusia pertama setelah ribuan tahun yang datang kemari, aku memberikan anugerah padamu kekuatan yang tak bisa kau bayangkan," kata Vaalstrun menggeram, mengembuskan napas panah dari lubang hidungnya.

"Apa maksudmu?!" Julius berdiri waspada.

Wujud naga Vaalstrun berubah menjadi asap hitam pekat, berputar-putar seperti ular di udara, tanpa peringatan asap itu menerjang langsung tubuh Julius dan lenyap seketika.

Julius terbangun dari tidurnya, keringat dingin membasahi seragam sekolahnya. Dadanya naik turun terengah-engah. Walau begitu, dia tak terlalu serius menanggapi mimpi buruknya.

Musim panas kembali datang setelah musim semi yang menyejukkan. Hari menjadi panas dan terasa panjang, sampai-sampai kau pun hanya ingin berendam seharian di kolam yang dingin.

Julius AleksanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang