Sebelas

127K 11.3K 637
                                    

Minggu pagi yang begitu cerah, Diandra betah berlama-lama dikasurnya hingga pukul sepuluh. Beberapa hari terakhir, hidupnya terasa greget dan berantakan, belum lagi ditambah masalah si janda bernama Tiana dan anak kembarnya, Bima dan Bimo. Mau tak mau, ketiga orang itu juga membuat pikiran Diandra bertambah runyam.

Sebenarnya, Tiana dan anaknya bisa menjadi titik terang dari konflik hati tentang pernikahan yang Diandra akan hadapi. Bukankah dia memang tidak ingin menikahi Guntur? Tapi anehnya, entah kenapa, hati Diandra menolak untuk senang, bahkan batinnya merasa kesal setengah mati saat mendengar cerita Guntur waktu itu.

Ahh, ada apa dengan perasaannya ini? Jangan-jangan dia beneran suka sama Guntur? Selain kemungkinan itu, sepertinya tidak ada yang lain. Positif seratus persen, Diandra pasti kesal pada Tiana karena dia menyukai Guntur!

"Tidak!" Diandra berteriak di depan bantal, "mana mungkin aku suka sama om-om mesum hobi cium itu!" Pipinya yang tembem memerah tanpa disadari setiap mengingat ciuman-kecupan yang telah Guntur berikan. Meskipun kadang blak-blakan, Diandra tak menampik jika dia senang diberi hadiah bibir oleh om-om cogan.

"Aaaaaaa no way!"

Diandra spontan beranjak dari posisi berbaring saat pikiran mesumnya kembali berulah. Duh salah Nela nih sudah menularkan virus om cogan kepadanya.

"Kenapa kamu teriak-teriak?"

"Kyaaaaaa!!"

Diandra melemparkan bantal ke arah suara—ke depan pintu yang ternyata sudah terbuka. Di sana berdiri sosok Guntur si tiang listrik versi manusia, yang penampilannya membuat Diandra meneguk ludah.

Astaga, om-om satu ini beneran ganteng! Ajib! Mana badannya bagus pula!

Rambut Guntur yang hitam legam tidak disisir seperti biasa dia pergi ke kantor, sehingga terlihat acak-acakan. Tubuh atasnya yang atletis dibalut kaos oblong warna hitam polos yang Diandra duga berukuran XXL. Sedangkan untuk bagian bawahnya, Guntur memakai sepan jogger abu-abu yang membuat kakinya terlihat jenjang dan seksi.

Panggilan om-om buat Guntur sepertinya kurang ngena deh, mungkin lebih tepatnya dia disebut 'hot daddy' kali ya. Sayang belum punya anak.

"Kamu kok bisa ada dikamarku sih Mas?!" Diandra sembarangan mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia sering memakai celana pendek dan kaos khas Bali yang kebesaran. Saking besarnya, kadang kerah kaos tersebut tersampir ke bahunya.

Ya, mau gimana lagi. Diandra memang hobi tidur pakai baju oversize. Katanya bikin nyaman dan dingin.

Guntur yang sudah wangi dan cakep itu cuma tersenyum jahil, "mau jemput kamu. Saya kan sudah bilang hari ini kita mau pergi."

Lambat tapi pasti, Guntur melangkah ke dalam kamar dan berjalan menuju tempat tidur. Diandra semakin resah, melindungi diri sendiri dengan selimut tebal sebagai tameng. Dia was-was saat melihat kilatan tajam di mata Guntur yang seperti ingin menerkamnya saja.

"Kapan kamu bilangnya? Kok aku gak pernah ngerasa...." Diandra sontak menutup mulutnya dengan selimut saat wajah Guntur tiba-tiba di depan wajahnya. Diandra tahu diri kok, bukan seperti di drama atau film di mana orang bangun tidur bisa kissing. Ini dunia nyata! Mulutnya pasti bau abis bangun tidur.

Duh realita yang menyedihkan. Seharusnya dia sikat gigi dulu tadi, terus pura-pura tidur lagi sebelum Guntur datang.

"Barusan saya bilang," ucap Guntur sambil menaikkan alisnya. Alih-alih mencium seperti dugaan Diandra, Guntur justru berdiri dan memilih duduk di pinggiran ranjang.

Diandra diam-diam merasa lega. Syukurlah, jarak diantara mereka cukup jauh sehingga Guntur tidak bisa menjangkaunya. Kalau ada aroma-aroma tak sedap, kasih alibi saja itu berasal dari dirinya sendiri yang memantul ke hidung.

Jodohku Om-Om!! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang