Lima Belas

108K 12.2K 925
                                    

"Maaf, apa kamu bisa pergi? Saya ingin berdua saja dengan Diandra."

Guntur sadar bahwa ucapannya terdengar sangat kasar— secara langsung dia mengusir Tiana tanpa basa-basi. Tetapi Guntur tak punya pilihan, dia tidak ingin membuat Tiana berharap lagi padanya. Ia punya Diandra, dan juga dia mencintai gadisnya dari dulu, sekarang, dan hingga masa mendatang.

Sebenarnya, Guntur berbuat baik pada Tiana hanya karena pesan Febri, sahabatnya, sebelum dia meninggal. Febri menitipkan Tiana dan anak kembarnya, Bima dan Bimo, pada Guntur. Namun Guntur tidak menyangka jika Tiana menyalahartikan niat baiknya. Oleh sebab itu, Guntur sudah tidak bisa lagi bersikap sabar menghadapi tingkah Tiana yang semakin gencar mengejarnya.

Tiana memucat saat mendengar perkataan Guntur yang mengusirnya secara terang-terangan. Bisa dikatakan, saat ini adalah momen paling memalukan disepanjang hidupnya. Ya, dia memang sangat malu dan ingin kabur secepatnya, tapi Tiana percaya dengan pribahasa yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan ikan yang bagus, nelayan harus bersabar menebar jala. Dia tidak perlu menyerah diawal bukan?

"Ah padahal aku sudah bawain makanan kesukaan kamu, tapi kalau kamu maunya begitu, aku pergi aja deh." Tiana mengedikkan bahu seraya tersenyum, "sebagai gantinya, besok aku dateng lagi." Ia pun berjalan santai ke luar sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Diandra.

Sebisa mungkin, Diandra menjaga norma-norma kesopanan yang dia pelajari selama sembilan tahun. Faktanya, dia ingin sekali memaki Tiana atau memukul kepala wanita itu supaya sadar diri. Guntur sudah punya calon istri dan mereka akan menikah sebentar lagi! Hish bikin kesal saja. Coba umur Tiana lebih muda darinya, Diandra pasti sudah pites-pites wanita itu.

"Ya ampun!" Diandra yang masih geleng-geleng melihat tingkah pelakor yang baru saja keluar, sontak berteriak kaget saat Guntur kembali mengapit pipinya, dan memagut bibirnya.

Namun tidak seperti biasa, Diandra menerima ciuman panas itu, bahkan ia menyambut Guntur dengan memeluk tubuh calon suaminya. Meskipun Diandra belum pernah ciuman—Guntur adalah pria pertama yang mencium bibirnya—namun untunglah Diandra mengerti cara atau tekniknya dari pengalaman membaca novel dan menonton drama. Anggap saja, Diandra juga menjadikan Guntur sebagai kelinci percobaan untuk mengerti bagaimana caranya berciuman dengan baik dan benar.

"Tutup matamu, Sayang." Guntur bicara disela-sela ciuman mereka, setelah melihat mata Diandra yang terbuka lebar saat membalas ciumannya. Memang dari gerakan atau permainan lidah, Diandra sangat amatir.

Diandra melepaskan bibirnya, "kamu ahli banget ya? Sudah berapa cewek yang kamu cium, Mas?" tanyanya.

Ia membiarkan tangan Guntur yang memeluknya dengan erat. Dipeluk dan cium seperti ini oleh Guntur semakin membuat Diandra merasa bahwa usia mereka terpaut sangat jauh. Ia seperti simpanan om-om kaya. Tapi untungnya adalah om-om satu ini berwajah tampan dan tubuh atletisnya bikin jantung Diandra cenat-cenut.

"Cemburu?" Guntur terkekeh pelan. Dia mencium bibir Diandra lagi, "ikuti irama bibir saya. Kita pelan-pelan saja kali ini."

"Hmmm, aku tahu kok caranya." Kepala Diandra miring ke kanan saat kepala Guntur miring ke kiri. Bibir mereka mengikuti gerakan itu. Tidak seperti tadi yang menggebu-gebu, ciuman Guntur sangat perlahan dan hati-hati.

Bunyi kecupan antara dua bibir terdengar sangat merdu ditelinga Guntur. Ia menahan diri sekuat tenaga untuk bersabar—tidak menerjang Diandra dengan kenikmatan duniawi yang sudah lama ia pendam. Ciuman lembut ini juga tidak membantu sama sekali, justru menambah keinginannya untuk melumat bibir Diandra sampai habis.

Sama seperti percobaan pertama, Diandra memutuskan kontak terlebih dahulu dan membuat Guntur kehilangan. Guntur masih ingin memagut bibirnya, namun Diandra menutup bibir itu dengan telapak tangan.

Jodohku Om-Om!! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang