Reaksi Mrs. Elizabeth
Jumat yang paling mendebarkan sepanjang hidupnya, ia tidak yakin cara ini akan berhasil. Namun, dua temannya terus menghasut agar melakukan aksi penculikan ini. Penculikan terhadap Nona Elizabeth selepas pulang sekolah.
Langkah mereka pelan, nyaris tak terdengar. Koridor juga sudah amat sepi, dipastikan tidak ada satu pun murid yang melihat. Dikarenakan waktu pulang sudah satu jam yang lalu, mungkin. Estrakulikuler pada hari Jumat juga diliburkan sesuai aturan sekolah yang ada.
Pertama, Vransiska mengintip sejenak lewat celah-celah engsel pintu. Samar-sama terlihat Mrs. Elizabeth sedang duduk di kursinya dan memunggungi pintu. Sesuatu yang kebetulan bisa terjadi, di dalam pun sepertinya tidak ada orang selain wanita tersebut.
"Aman," bisik Vransiska.
Violetta menghela napas lega, tangannya mulai memegang kenop pintu. Ia tampak ragu, tapi untuk kesekian kalinya Vransiska dan Eldric terus menerus menghasut.
Jika kalian beranggapan, mengapa tidak Eldric saja? Dia kan satu-satunya laki-laki. Percaya atau tidak, dia memohon untuk tidak jadi pelaku pertama sampai berlutut-lutut di hadapan Violetta dan Vransiska. Katanya, takut. Dasar laki-laki penakut, cupu!
Sekarang yang harus menanggung beban paling banyak adalah Violetta, ia menjadi sang pelaku pertama. Segala konsekuensi yang mungkin terjadi akan ia terima baik-baik. Sekalipun yang paling besar, benar-benar dikeluarkan dari sekolah.
Ceklek
Violetta masuk dengan cepat, tanpa babibu lagi langsung menutup mulut Mrs. Elizabeth secara paksa menggunakan selampai yang sudah dipersiapkan matang-matang. Terdengar geraman dari mulut wanita itu, tapi bukan waktunya mendengar dan merasa iba.
Sementara itu, Vransiska mengikat kedua tangan kepala sekolahnya itu ke belakang. Sangat erat, tidak peduli juga bagaimana rasa sakit yang dirasakan. Biar pun sampai memerah, biarkan saja.
Lain halnya dengan Eldric, lelaki bermasker hitam tersebut malah terdiam. Menyaksikan dua temannya melakukan aksi, tidak ada niatan untuk membantu. Padahal tugasnya adalah menutup cctv yang berada di pojok kanan atas ruangan. Dasar bodoh sampai DNA.
"Kau bodoh, Eldric!" desis Vransiska sambil memukul bahu lelaki itu.
"Sekarang, kita bawa ke gudang." Menurut Violetta bukan waktunya saling menyalahkan, yang terpenting adalah menyembunyikan Mrs. Elizabeth sesegera mungkin. Takutnya datang staff atau karyawan yang tiba-tiba masuk, kan gawat.
Menuruti perintah Violetta, mereka pun menggotong tubuh Mrs. Elizabeth yang beratnya tidak bisa didekripsikan dengan kata-kata. Korban sudah tidak sadarkan diri, tapi entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal. Hanya Violetta yang menyadarinya kalau kelopak mata itu sesekali mengedip sedikit.
"Dia belum benar-benar pingsan," bisik Violetta ke telinga Eldric di sebelahnya. Namun, bagai tunarungu Eldric tidak menghiraukan.
Setelah sampai di ruangan gelap nan pengap yang sudah sekian lama tidak dipakai, mereka meletakkan tubuh wanita itu perlahan ke atas lantai yang kotor. Menggeletakkan begitu saja di bawah, beristirahat sebentar untuk menetralkan detak jantung masing-masing yang tidak karuan.
"Kau bodoh sekali, kenapa tidak melaksanakan tugasmu?" tanya Vransiska kesal, mendelik tajam ke arah Eldric.
"Karena ... kuyakin ini akan gagal." Eldric merasa bersalah, lantas menundukkan kepala.
"Kalau itu opinimu, mengapa terus menghasutku?" Violetta bertanya dengan nada santai, tidak langsung emosi seperti Vransiska.
Tidak ada jawaban, tiba-tiba Eldric bangkit dari duduknya. Tanpa menjelaskan keterangan apa-apa, sukses membuat dua perempuan itu kebingungan dan saling tatap. Melenggang begitu saja dan membanting pintu dengan kencang, apa maksudnya?
"Buka, Eldric!" pinta Vransiska sambil menggedor-gedor pintu dari dalam, panik bukan main. Sedangkan Violetta, mulai curiga.
Tidak ada respon dari luar, suasana makin menegang begitu terdengar suara dari arah belakang. Gumaman seseorang, siapa pagi kalau bukan Nona Elizbeth. Dalam waktu yang sama, mereka tercengang.
Wanita tersebut memperlihatkan senyum smirk-nya, kedua mata yang terhalang kaca itu membunuh Violetta dan Vransiska secara bergantian. Sontak, lagi dan lagi mereka terdiam. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, Violetta memejamkan mata sejenak.
Ia yakin sudah saatnya untuk dikeluarkan dari sekolah ini, detik ini juga. Pasrah, cara apalagi yang harus dilakukan? Tidak ada. Sementara itu Vransiska menggenggam jemari Violetta erat, seolah tak mau kehilangan.
"Kau berencana menculikku, bocah? Hahaha...." Mrs. Elizabeth tertawa tebahak, tangan yang seharusnya menutup mulutnya justru digunakan untuk memukul-mukul dinding. Humor si kepala sekolah.
"Jangan harap itu berhasil. Mulai sekarang kau dike--" Detik-detik disahkan surat pengeluaran Violetta, gebrakan pintu yang cukup keras berhasil menghentikan ucapan wanita tersebut.
Eldric berdiri di ambang pintu. Tampak kesulitan bernapas, keringat juga bercucuramn dari pelipisnya.
"Sakau," gumam Violetta pelan, tapi bisa didengar baik oleh Vransiska maupun Mrs. Elizabeth karena suasana sedang hening-heningnya.
Vransiska mengernyitkan dahi dan bertanya, "Dia pemakai?"
"Bukan sekedar pemakai, bahkan pengedar," sahut Mrs. Elizabeth sambil melangkahkan kaki.
Mereka pikir, wanita tersebut akan menolong Eldric. Namun nyatanya, tidak sama sekali. Malah melenggang pergi, seolah tidak memiliki tanggung jawab terhadap anak muridnya sendiri.
Dengan sigap Vransiska menghubungi tenaga medis dari luar sekolah, sedangkan Violetta mencoba menggiring Eldric yang pucat pasi untuk duduk.
"Kau mengurangi dosisnya?" tanya Violetta dengan nada anarkis.
"Kau tahu semua ini?" Vransiska menyambar, sambil menjatuhkan bokong di samping Violetta.
"Iya." Satu jawaban singkat yang Violetta ungkapkan.
"Mengapa tidak memberitahuku? Sebenarnya apa hubunganmu dan Eldric yang sekarang? Apa kah sepasang kekasih?" Vransiska tidak tampak marah, tapi nada bicaranya tergesa-gesa. Ekpresinya juga biasa saja.
Violetta bungkam, kini semuanya terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violetta [Completed]
Mystery / ThrillerBEST RANK : #4 uglygirl 07 Juli 2020 Apakah dia masih layak bahagia setelah semua itu terbongkar? Belakangan ini Violetta merasa ada yang aneh dalam hidupnya. Setiap di sekolah, anak-anak menjauhinya tanpa alasan yang pasti. Bahkan, Eldric pacarnya...