3. Intuisi

6.9K 550 7
                                    

Satu bulan yang lalu – Alea Amalia POV

Langkah kakiku ringan, panjang-panjang. Aku selalu suka berada di kantor pagi-pagi. Jadi aku punya waktu untuk bersiap-siap menyambut hari. Menyiapkan to do listku, membaca email yang selalu saja bersisa atau sarapan di lounge bersama Juna. Kantorku berada di lantai 30. Pemandangan dari lounge luar biasa. Persis menghadap flyover panjang yang membelah dua pusat perbelanjaan besar di Jakarta.

Pukul 8.30 pagi. Aku tiba lebih dulu dan sudah ada semangkuk lontong sayur dihadapanku dan juga Laras sahabatku yang sedikit sinting.

"Bokap gimana Al? Udah keluar dari RS?"

"Udah. Alhamdulillah udah okey kondisinya. Thanks ya lo udah nengokin bolak balik."

"Gue diwanti-wanti Juna, suruh nemenin lo. Karena dia worry juga sama lo." Wajah Laras tampak ragu sebelum melanjutkan. "Al, nyokap masih segitu nggak senengnya yah sama Juna?"

Aku hanya bisa mengangguk. Membayangkan seluruh alasan Mama yang absurd. Mulai dari intuisinya yang katanya kurang bagus, atau pekerjaan Juna yang saat ini sangat sibuk sampai bagaimana Juna berpakaian.

"Kenapa ya nyokap lo bisa nggak setuju? Penasaran juga gue."

"Kan lo tau Ras alasannya. Feeling, intuisi, super absurd pokoknya."

"Ya gue tahu sih. Tapi pasti ada yang lain selain itu Al. Lo ga berasa aneh apa? Tampang Juna oke kok. Kayak oppa-oppa korea. Bukan tipe gue sih, tapi cute. Terus dia baik, perhatian dan sayang banget sama lo. Kerjaan punya. Ya emang sih karirnya belum sebagus elo. Tapi dia itu berpotensi lho. Tangan kanannya Bapak Indra yang terhormat."

"Ya gue juga maunya nyokap ngasih restu Ras. Apa gue kawin lari aja ya? Ntar kalo gue bunting dan punya anak kan nyokap luluh tuh."

"Yee... ide lo absurd deh. Mulai ketularan nyokap lo ya."

"Abisnya gue udah desperate tingkat dewa Ras. Juna udah berusaha sebaik dan sesopan mungkin depan nyokap, tapi tetep aja salah. Segalanya tentang Juna salah."

"Eh gue pernah nih ya jaman kuliah dulu punya pacar yang nyokap gue sebel banget sama dia. Karena orangnya ngeyel dan sok tahu banget kalo lagi ngobrol sama nyokap. Jadi nyokap bener-bener nggak suka sama dia."

"Nyokap lo? Yang demokratis itu bisa nggak suka sama orang?"

"Ini beneran Al dengerin gue dulu. Terus gue nggak mau nurut nyokap, tetap ajah cuek beibeh pacaran sama dia. Eeehhh tau nggak, dia selingkuh lho belakangannya. Kampret emang tu anak."

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Laras. "Elo bisa diselingkuhin juga Ras? Manusia galak kayak lo?"

"Sial. Point nya adalah intuisi orangtua biasanya kuat juga Al. Tapi alasannya dibelakang itu pasti ada. Saran gue kalau Juna lagi ngobrol sama nyokap, lo perhatiin. Nyokap lo nggak suka nya dibagian mana."

"Boro-boro ngobrol Ras. Nyokap itu langsung menjauh tiap Juna datang. Jawab seperlunya kalau Juna basa-basi. Salah aja deh pokoknya."

"Nah kalau gitu Juna suruh operasi plastik aja, face-off muka lee min ho nya tukeran sama mukanya David bos kita yang guanteng itu. Mungkin nyokap lo lebih suka yang tampang gahar gitu kali."

"Yeee...dasar absurd lo. Situ emang doyan sama si Om David. Sini mah ogah."

"Pagiii..." Juna mengejutkanku dari belakang. Ia duduk disebelahku lalu membisikan sesuatu sambil tersenyum.

"Najong lo berdua. Pagi-pagi udah bisik-bisikkan."

"Biar lo iri." Juna terkekeh lalu berjalan menjauh. "See you later Beib."

The Broken Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang