12. Kegaduhan di hari pertama

5.4K 552 6
                                    

Aku bangun dengan kepala yang sakit seperti dihantam benda berat. Ada apa ini? Dimana aku? Aku lupa bahwa sehari sebelumnya aku resmi menjadi Nyonya Adhyaksa. Oh sungguh malang nasibku.

Dengan tertatih aku berusaha berjalan tegak ke luar kamar, membuka pintu dan menuju kamar mandi. Tepat ketika Bas keluar hanya bertelanjang dada dan mengenakan handuk yang melilit di bagian bawah tubuhnya.

"Al, kamu kenapa?" Wajahnya panik sekali.

"Aku baik-baik saja." Lalu aku merasakan ada sesuatu yang menetes dari hidungku. Darah. Tangan kiriku dengan sigap menutupi hidungku yang masih berdarah. Aku segera masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu setelah Bas menggeser tubuhnya.

"Al, buka Al. Aku bisa bantu."

"Jangan campuri urusanku!! Ingat point 6?"

Mataku mengerjap liar. Kepalaku sakit sekali hingga telingaku seperti berdenging. Apa ini wajar?

Aku mencoba membersihkan hidungku dengan air di wastafel. Tapi darah itu terus menetes. Karena panik aku menyenggol gelas sikat gigi di atas wastafel yang dengan sukses langsung pecah berkeping-keping di lantai.

"Alea, biarkan aku masuk atau aku rusak pintunya."

"Rusak saja, toh ini apartement mu."

"Al, aku tidak bercanda."

Aku menemukan handuk kecil dan langsung menyiramnya dengan air dingin. Memeras dengan satu tangan dan menempelkannya di hidung. Pendarahan dihentikan dengan sesuatu yang dingin bukan? Bas berisik sekali di luar masih menggedor pintu kamar mandi. Aku membukanya hanya karena merasa sangat terganggu.

"Bisakah kamu tidak menggedor pintu? Aku pusing sekali." Aku kembali menutup pintu kamar mandi yang langsung ditahan dengan tangannya.

"Jangan campuri urusanku!!" Aku mendorong pintu kuat-kuat. Tangan Bas terjepit disitu.

"Sial. Al, hentikan ini!!"

"Menjauh atau tanganmu bisa patah dan aku tidak perduli."

"Patahkan saja Al, aku juga tidak perduli. Kamu tahu aku lebih kuat, dan kalau aku mendorong pintu ini kamu bisa terdorong juga. Berhentilah bersikap kekanakkan!!"

Bas benar, aku langsung terhuyung kebelakang ketika Bas mengerahkan tenaganya untuk mendorong pintu. Untung saja Bas langsung menarik tanganku.

"Ya Tuhan Al. Kamu keterlaluan. LIhat seperti apa wajahmu?"

Aku hanya melengos pergi masuk ke dalam kamar. Masih menggenggam handuk dingin yang basah. Aku kunci pintu kamar dan berbaring di kasur. Kepalaku pusing sekali. Lalu ada suara klik dan bip familiar yang aku dengar semalam. Pintu kamar terbuka.

"Kenapa aku tidak bisa mendapatkan sedikit privasi!!"

"Karena kamu sedang sakit, paham?" Bas tidak memperdulikan permintaanku. Dia masuk kedalam kamar melangkah ke ruangan dibalik pintu yang baru aku sadar ada disana dan kembali sudah mengenakan polo shirt abu-abu dan celana pendek gelap.

"Keluar!! Aku ingin sendiri." Bas sudah duduk disebelahku.

"Diam Al, kau ribut sekali." Tangannya mendorong badanku untuk tidur dan menyentuh wajahku agar aku mendongak keatas. Dia mengambil handuk kecil yang aku pegang dan mencucinya di kamar mandi kemudian kembali dan meletakkannya dihidungku.

"Kamu sudah melanggar point 2 dan 6 di hari pertama. Bagus."

"Kamu sudah melanggar point 2-ku dengan menjepit tanganku di pintu." Bas masih menyeka hidungku perlahan.

The Broken Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang