11. Perjanjian

5.5K 540 2
                                    

Aku mengamuk ketika tahu Bas memberiku syarat atas apa yang aku minta. Apalagi syarat dari Bas lebih berat daripada yang aku ajukan padanya.

"Aku tidak setuju." Kami masih berada di ruang baca dan sudah sepuluh menit yang lalu aku terbangun. Menemukan Bas sedang menuliskan sesuatu di kertas perjanjian itu.

"Silahkan pilih point yang mana yang akan kamu gugurkan, aku juga akan melakukan hal yang sama."

"Aku tidak setuju dengan semua syarat darimu."

"Oke, aku batalkan semua yang berarti point darimu juga batal semua. Lebih baik begitu."

"Syaratmu lebih berat. Kamu curang."

"Siapa bilang Al? Kamu pikir mudah untuk seorang laki-laki yang sehat menjalankan point satu dan dua dari permintaanmu? Aku suamimu sekarang Al, kamu tahu kamu wajib melayaniku."

"Dan kamu tahu kenapa aku tidak bisa melayanimu dengan baik kan?" Aku menatapnya tajam. Ekspresi wajah si brengsek itu berubah. Bagus, tembakan tepat Al.

"Kamu pikir, setelah semua yang kamu lakukan dulu, tidak akan berdampak apapun padaku Bas? Kamu tahu, bahkan dengan membayangkan kamu tidur disisiku saja itu sudah membuatku muak."

Rahang wajahnya mengeras.

"Jadi kamu tahu kan bahwa ini semua salahmu Bas?"

Tangannya sudah terkepal.

"Aku tahu, karena itu aku terima syaratmu. Dan aku mengajukan syaratku." Matanya menatapku tajam.

"Kamu tidak berhak mengajukan syarat apapun, karena kamu bersalah." Suaraku sudah naik beberapa oktaf.

"Cukup Al, kesabaranku ada batasnya. Setujui syaratku dan aku akan terima syarat konyolmu."

"Atau apa?"

"Aku tidak berniat mengancammu."

"Ya, aku yang akan mengancammu. Hapus semua syaratmu, setujui syaratku atau aku akan membeberkan semuanya pada orangtuaku." Aku menyeringai.

Dia memberiku ekspresi tidak percaya. Lalu rahangnya mengeras lagi diikuti dengan wajahnya yang memerah.

"Silahkan Al. Silahkan bilang pada mereka. Kamu istriku sekarang dan aku tidak berniat menjatuhkan talak padamu dalam waktu dekat ini."

"Kamu brengsek!!!" Aku berteriak marah.

"Kamu cantik jika sedang marah." Ekspresi datarnya sangat memuakkan untukku. Aku tidak tahan. Aku marah sekali pada laki-laki brengsek ini sehingga aku membanting cangkir teh dihadapanku.

Papa masuk ke ruang baca dan mengerti apa yang terjadi. Aku melihat Bas menyembunyikan surat perjanjian itu dalam saku jasnya.

"Amalia, apa yang kamu lakukan? Papa tidak mendidik anak Papa untuk bersikap kurang ajar pada suaminya."

Amarah dan rasa kecewa membuatku menangis. Papa tidak mengerti bahwa Baskara tidak sebaik yang dia kira. Dia bukan suami yang patut aku turuti. Tapi semua akal sehatku melarang mulut ini untuk membeberkan semua kejadian yang lalu. Jadi aku hanya pergi dari ruang baca itu dan berlari menuju kamarku di lantai atas, yang sudah seminggu ini aku tempati.

***

Baskara Prawira POV

Papa meminta maaf setelah Al pergi. Setelah berbohong tentang penyebab pertengkaran kami dan meyakinkan bahwa aku lah yang membuat keonaran aku menyusul Al ke lantai atas. Aku mengetuk pintu kamarnya, membuka pintu perlahan dan melangkah masuk.

The Broken Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang