7. Pertanda

5.3K 569 5
                                    

Saat ini – Alea Amalia POV

Kami masih berada di coffee shop bandara. Bas masih menatapku dari seberang meja. Dan aku sudah tidak perduli pada ekspresinya. Sekalipun dulu aku hafal benar ekspresi Bas satu persatu.

"Kalau lo sudah paham maksud gue, bagus. Jadi gue pulang. Tolong bilang sama keluarga lo kalau kita sudah bertemu dan ternyata tidak cocok." Sungguh aku tidak mau berlama-lama dengannya disini. Karena kami memang bukan teman lama.

Aku sudah bukan Alea yang sama Bas. Gadis lugu yang dulu kamu bohongi sudah tiada. Tepat ketika kamu meninggalkanku malam itu di mobil. Tepat ketika telpon dari Nevan aku sudahi. Aku mati. Karena kau membunuhku dengan pengkhianatanmu dulu.

Aku pergi dari tempat terkutuk itu. Meninggalkan Bas yang masih duduk disana entah memikirkan apa. Siapa yang perduli.

Juna, kamu harus segera menyelamatkanku. Aku mohon keluar dari persembunyianmu Jun. Selamatkan aku dari bajingan itu.

***

Sudah tiga minggu. Sedikitnya aku merasa aman karena tahu bahwa Wira adalah Bas. Manusia brengsek dari masa laluku itu pasti juga tidak mau menikahiku karena sikapku yang sangat kasar kemarin. Atau paling tidak dia mengerti jika aku sangat membencinya jadi dia tahu perjodohan ini tidak akan berhasil.

Tapi aku masih merasa dipacu waktu. Juna masih entah dimana dan aku sudah hampir putus asa mencarinya. Salahku yang tidak tahu alamat rumah kakaknya yang bermukim di daerah Jawa Barat. Salahku dan Juna juga yang selama ini tidak pernah memiliki akun media social apapun jadi tidak ada rekam jejaknya. Ya kami benar-benar setipe, aku tidak suka publisitas karena hal itu pernah menghancurkanku dulu. Sedangkan Juna, dia hanya tidak perduli dengan media social atau apalah namanya itu. Waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan bersamaku saja. Kami tidak memiliki banyak teman, itu juga hal yang serupa. Namun saat ini aku merutuki ketidak perdulianku dengan media social sehingga membuatku tidak bisa melacak keberadaan Juna.

Dear Juna,

Ini sudah kesekian kali aku berusaha menghubungimu. Ya Tuhan Juna, aku benar-benar serius bahwa Papa sudah merestui hubungan kita. Kamu hanya perlu datang untuk memintaku lagi. Papa sudah berjanji padaku Jun. Harus bagaimana agar kamu percaya.

Dan kemarin dengan terpaksa aku sudah bertemu dengan Wira. Demi Tuhan aku tidak mau menikah dengannya Jun. Selamatkan aku.

Alea

<Send>

Aku menangis di siang hari bolong. Aku duduk di ruangan kantor menatap laptopku sambil menangis. Seluruh lelah, penat, frustasi, rindu berbaur menjadi satu. Belum lagi beberapa hari ini mimpi buruk tentang apa yang terjadi 15 tahun yang lalu kembali lagi.

Jangan menangis Al, ini di kantor dan satu jam lagi kamu punya meeting penting untuk dihadiri.

Indra mengetuk pintu ruanganku dan masuk. "Ya Tuhan Al. Lo kenapa?"

Aku memutar kursiku membelakangi Indra yang segera menutup pintu ruangan. Dia menaruh beberapa kertas di mejaku lalu duduk di kursi.

"Gue mau sendiri Ndra."

"Lo sudah nggak boleh sendiri Al. Sudah cukup Al. Lo merusak diri lo sendiri. Apa lo paham itu?"

"Lo yang ga paham gue Ndra. Gue nggak bisa nggak ada Juna. Gue nggak bisa." Aku menundukkan kepalaku ke atas meja. Berusaha menahan tangisku yang sudah mulai tambah hebat.

"Ras, kesini Ras. Al butuh elo." Indra menelpon Laras.

Hanya beberapa menit kemudian sudah ada Laras dihadapanku.

The Broken Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang