5. The man from the past (1)

5.8K 529 1
                                    

Saat ini – Alea Amalia POV

Apa kamu tahu rasanya berpacu dengan waktu? Rasanya seperti mengikuti lomba lari dengan sesuatu yang tidak kasat mata, sesuatu yang diatur oleh Sang Khalik. Jadi kamu tahu tidak ada yang kamu bisa perbuat untuk menjegal lawanmu.

Satu mingguku sudah habis. Jadi aku dengan berat hati menepati janjiku untuk bertemu dengan sosok Wira seperti yang diminta Papa. Dan disinilah aku, duduk termangu menatap laki-laki yang aku tidak aku duga duduk juga dihadapanku. Baskara, adalah laki-laki dari masa laluku.

15 tahun yang lalu

Ini hari pertama aku menginjakkan kaki ke sekolah baru. SMA Pelita Bangsa. Pekerjaan Papa membuat kami sering berpindah-pindah ke banyak daerah yang ada di Indonesia. Dan ini semua sudah benar-benar menguras waktu dan tenagaku. Tapi semalam Papa memberitahukan bahwa ini adalah kota terakhir. Jakarta. Karena memang kantor pusat Papa berada di kota ini. Jadi aku datang ke sekolah dengan mood yang benar-benar baik.

Ibu Siska sang wali kelas sudah selesai memperkenalkanku pagi ini. Oh sungguh ini adalah hal yang paling aku tidak suka. Berdiri di depan kelas dengan semua penduduk kelas yang menatap ingin tahu. Jika bisa, Aku ingin tenggelam saja.

Teman pertamaku adalah Nuri. Dan ya, ia seperti burung Nuri yang selalu berkicau. Membicarakan ini itu panjang lebar bahkan tanpa menunggu ditanya. Paling tidak aku tahu Nuri baik dan kicauannya hanyalah karena dia benar-benar bersemangat memperkenalkanku pada semua hal di SMA ini, termasuk semua penduduk nya. Aku banyak diam dan hanya memperhatikan wajah Nuri yang lucu karena dia ekspresif sekali.

"Hai Alea, gue Nuri." Dia berhadapan dengan ku sambil mengulurkan tangannya tanpa malu-malu.

Nuri? Seperti burung? Aku hanya tersenyum dan menjabat tangannya.

"Panggil aku Al saja."

Dia terkikik. "Lo darimana sih? Kok bahasanya baku banget?"

"Dari Malang. Apa ada yang salah Nuri?"

"Nggak ada yang salah Bu RT. Kecuali bahasa lo itu terlalu baku. Lo-gue aja Al. Nama lo kan udah keren tuh, Al. Kayak nama anak artis itu. Jadi lo-gue aja, jangan pakai aku-kamu."

Aku bingung, tidak tahu apa bedanya antara lo-gue dan aku-kamu.

Perkenalan dimulai dengan teman-teman sekelas kami, lalu menjalar ke kelas-kelas tetangga, lalu siapa ketua OSIS, siapa guru favorit karena cara mengajarnya enak, atau guru idaman karena tampan dan masih muda, juga pembagian geng-geng tidak resmi disekolah. Kata Nuri pengetahuan tentang geng ini sangat penting. Salah satunya untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan terjadi jika berurusan dengan geng yang salah.

Nama-nama geng itu juga lucu. Sebagian mungkin cukup umum dan ada di setiap sekolah, seperti geng populer, geng basket, geng anak alim dan lain-lain. Tapi ada juga geng dengan nama unik misalnya geng wanita karir yang isinya murid-murid yang sibuk berorganisasi, geng kedokteran karena isinya anak-anak pintar yang rajin belajar, atau geng green peace yang akan sibuk berkoar-koar tentang bagaimana bahayanya penggunaan kantung plastik. Nuri sendiri? Dia tidak tergabung dalam geng apapun. Terlalu mainstream katanya. Dan aku langsung setuju.

Minggu demi minggu berjalan tanpa kendala. Nuri teman yang benar-benar menyenangkan. Banyak bicara, jadi aku tidak perlu susah-susah melakukan itu juga selalu setia mengikutiku kemana saja, entah kenapa.

Suatu sore Pak Pardi supir Papa terlambat menjemputku. Nuri yang awalnya bersemangat menemaniku menunggu menyerah juga ketika jarum jam menunjukkan angka lima. Jadi aku memintanya lagi untuk segera pulang. Toh Pak Pardi sebentar lagi sudah akan tiba.

The Broken Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang