Seseorang Yang Ku Nanti

137 57 56
                                    

22 April 2019

Happy reading!
💗💗💗

Liona's pov.

Bus sekolah, my first day....
Begini rasanya menjadi seorang siswa baru. Setelah dinyatakan Lulus MOS, aku akhirnya bisa menggunakan fasilitas yang disediakan sekolah.

Tidak banyak penumpang bus yang aku tahu. Salman, dia adalah teman pertama yang ku kenal. Dia yang terlebih dahulu menghampiriku saat aku menunggu bus seorang diri didepan gang. Dari percakapan singkat yang terjadi saat itu, aku baru tahu kalo ternyata gang tempat kami tinggal bersebelahan.

"Kamu gak mau duduk di belakang aja? Lebih rame, bisa sekalian kamu bersosialisasi"

Salman menawariku duduk di bangku belakang. Dia mengangkat tangan kanannya, menyapa beberapa rekannya yang telah terlebih dahulu duduk dengan tenang disana. Aku tidak heran jika sampai dia risih karena tiba-tiba harus duduk denganku, sementara dibelakang masih banyak bangku yang kosong. Belum lagi, karena memang dia lahir Dan di besarkan disini, jadi tidak heran kalau dia sudah akrab dengan beberapa siswa, bahkan kakak kelas.

Aku hanya menggeleng, menolak tawarannya. Meskipun aku ingin berbaur dengan mereka dan mencari teman baru, tapi aku paling tidak nyaman duduk dibelakang. Kepalaku bisa pusing.

"Aku disini aja deh"

"Ok, nanti juga pasti kursinya penuh. Aku tinggal ya" aku hanya bisa mengangguk pasrah saat Salman beranjak dengan tas punggung dengan model yang sama persis dengan model tas yang ku punya.

Perlengkapan semua siswa disekolah ini memang seragam. Mulai dari tas, kaos kaki, Dan sepatu, semuanya sama. Yang membedakan adalah ukuran Dan nama yang dicantumkan pada tiap benda tersebut.

Kata pihak sekolah, ini sengaja untuk menghindari kecemburuan sosial di antara para siswa. Setelah dipikir-pikir, memang ada benarnya juga. Jadi tidak akan ada adu merk. Saat disekolah, status kami sama, yaitu siswa

Bus telah melaju. Entah siapa lagi yang akan dijemput. Aku penasaran, sekaligus antusias melihat wajah-wajah baru yang akan menjadi teman satu bus-ku.

Satu persatu bangku bangku kosong mulai terisi. Suasana bertambah ramai. Tapi, semakin lama, aku merasa ada yang aneh. Kenapa tidak ada yang duduk di sebelahku?

Dari kaca depan, aku bisa bisa melihat bahwa hampir semua bangku terisi. Sementara aku? Sepertinya akan tetap bertahan seorang diri. Kebanyakan dari mereka terlihat sudah begitu akrab. Menyenangkan sekali rasanya bisa berbagi cerita seperti mereka. Ah, sudahlah! Untuk apa memusingkan Hal tersebut. Mungkin lebih baik seperti itu, jadi Aku bisa leluasa duduk di sini.

Tapi, sejujurnya, mendengar orang-orang disekelilingku membicarakan banyak Hal, aku teringat pada temen-temen SMP-ku. Kalau mereka bersamaku sekarang, itu pasti akan jauh lebih menyenangkan. Mereka selalu bisa mengubah suasan hati. Sayangnya, aku satu-satunya siswa dari SMP-ku yang terdampar disekolah ini. Kenapa disini aku justru tidak punya teman?

Bus berhenti tepat di depan kompleks ruko bertingkat dua. Yang disebelah kiri ku merupakan counter Hp. Aku bisa mengetahuinya dari nama yang terpampang disana. "Anugerah cell". Sementara yang satu lagi terlihat seperti toko yang menyediakan keperluan sehari-hari.

Sejenak, ini berhasil mengalihkan perhatianku. Aku mendongakkan kepala, melihat orang seperti apa yang akan Naik. Karena kemungkinan besar, dia akan duduk disebelah ku. Mengingat tidak ada lagi bangku yang kosong. Mungkin akan menyenangkan jika bisa akrab dengan anak pemilik counter itu. Aku tidak perlu repot-repot jika ingin membeli pulsa.Namun setelah hampir Lima menit berlalu, tidak ada tanda-tanda kedatangan seseorang.

"Gak sekolah mungkin, Pak!" Suara kak Irma, koordinator bus yang sejak tadi setia mendampingi Pak Rudi itu memupuskan harapanku.

Aku melenguh, menempelkan wajah pada kaca bus. Benar-benar tidak ada yang bisa kuajak mengebrol. Perlahan tapi pasti bus kembali bergerak. Aku berusaha menikmati perjalanan yang terkesan membosankan ini.

"Pak, stop!!!"

Teriakan mendadak dari kak Irma berhasil membuat Pak Rudi menginjak rem. Aku yang sejak tadi tidak fokus, Mana mungkin mengantisipasi hal ini. Alhasil, badanku terpental. Dan aku harus merelakan dahiku membentur sandaran bangku didepanku. Aku memang kurang beruntung pagi ini.

Spontan aku menggosok-gosok dahiku yang terasa sakit akibat benturan itu. Belum hilang rasa sakit di dahi, tiba-tiba aku merasa seseorang telah menjatuhkan tubuhnya disebelahku.

"Sorry"

Sedetik, lelaki itu menarik kedua ujung bibirnya. Sebuah senyum pertama yang begitu indah dari pemilik lesung pipit disebelah pipi kirinya. Aku refleks menarik tangan dari dahiku. Memalukan rasanya kalau dia sampai tahu insiden yang baru saja menimpaku.

Dia mendongakkan kepala, melambai pada kak Irma yang mendelik padanya. Sepertinya, dia sedang ingin menyampaikan permintaan maafnya. Sejurus kemudian, dia meletakkan tas dilantai bus, mengambil sebuah buku dari dalamnya. Dengan cepat tangan kirinya melonggarkan dasi yang dikenakannya, sementara tangan kanannya mengipaskan buku itu ke area wajah Dan lehernya.

"Kadang AC bus ini ga bisa diajak kerja sama. Apalagi kalau situation kaya gini." Dia kembali memalingkan wajahnya ke arahku yang masih dibuat terpesona oleh tingkahnya. Entah mengapa, jantungku rasanya berdegup lebih cepat. Yaampun, kenapa mendadak nervous begini?

Dalam hati, aku bersyukur karena sejak tadi tidak ada yang mau duduk bersamaku. Aku yang sebelumnya hanya sendiri, kini telah ditemani oleh malaikat tampan ini.

Siswa yang jelas adalah kakak kelasku ini memiliki kulit yang bersih. Hiding mancung. Bagian depan rambut pendeknya dibuat sedikit naik Dan terlihat kaku karena wax. Dan dia rupanya telah menyelamatkanku dari rasa bosan berkepanjangan di Hari pertama Naik bus sekolah.

"Kelas satu, ya?"

"Eh, iya," kulirik sekilas label kelas yang terjahit di lengan kanan bajunya, "Iya... Kak"

Dia mengangguk kecil beberapa Kali, kemudian menunduk, memperhatikan tas punggung. Matanya menyipit, menyelidiki rangkaian huruf yang tertulis pada tasku. "Liona Carissa Lystha. Jadi panggilannya siapa? Liona, Carissa atau Lystha?"

"Ah?"

Aku sedikit dibuat gelagapan karena tidak menyangka bahwa dia akan berinisiatif membaca namaku.

"Oh, jadi nama panggilannya ah?"

"Hah?" Aduh, kenapa kata itu yang keluar dari mulutku.... Aku jadi semakin salah tingkah dibuatnya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana abang gantengku ini menyapaku dengan sebutan 'ah'.

"Eh, bukan gitu kak, panggil Liona aja." Aku berusaha mencairkan suasana, menenangkan diri sendiri. Dia hanya tersenyum Dan mengangguk kecil beberapa Kali.

"Kakak... Muhammad Rafly Satunur?" Dia segera menutup nama pada bajunya, mungkin merasa tidak nyaman jika aku mengucapkan nama lengkapnya begitu saja.

"Rafly, panggil Rafly aja" ucapnya dibarengi dengan senyum khasnya yang sangat menawan.

Uuuu bahagai banget rasanya bisa kenalan dengan kakak kelas yang tampan seperti kak Rafly.

*****
Tbc.

Thanks for reading^^

💗💗💗

Don't forget to leave vote and comments.

😘Ketika Salmon Ketemu Lion❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang