UKS [Usaha Kalau Sayang]

101 27 46
                                    

15 May 2019

Happy reading.
💗💗💗

Liona's pov.

Rika menopang kepalanya dengan Tangan kanan Yang telah dikepal. Sesekali ia tampak menulis di atas bukunya.

Dari tempat dudukku, aku bisa melihat ujung penanya kadang bergerak cepat, kadang lambat. Dalam menit-menit berikutnya, ia memukul-mukul ujung penanya ke dahi. Lalu diam, menatap lurus kedepan. Sejak tadi aktivitasnya tidak jauh-jauh dari dua hal tersebut.

Kalau dikatakan sedang memikirkan tugas Yang sangat penting, rasa-rasanya tidak mungkin. Sejam lagi jam sekolah Akan berakhir. Seharusnya Sekarang aku dan teman-teman sekelasku mendapatkan pelajaran B.indonesia, tapi berhubung Buk Rahma sudah hampir seminggu mendekap di RS, jadilah Kami mendapatkan free time.

Apa jangan-jangan dia masih memikirkan tentang sticker yang di kirim kak Geusan, yang katanya tidak sengaja kepencet itu?

Aku berusaha mengintip apa yang sebenarnya dikerjakannya. Btw Farah sedang pergi ke ruang UKS. Dia memang terlalu mencintai ruangan dengan nuansa putih tersebut. Itu mengapa, setiap ada pelajaran kosong, Farah pasti memilih untuk menghabiskan waktunya disana.

"Lagi buat apa sih? Serius banget"

Rika gelagapan menutup bukunya. "Bukan apa-apa," Sahutnya dengan sangat tidak meyakinkan. Ah, dia justru semakin membuatku penasaran.

"Surat cinta?" Tanyaku, hanya menebak. Kedua pipi Rika memerah, mirip kepiting rebus. Jelas ini bukan Karena udara yang panas.

"Jadi...beneran Surat cinta? Acieee..gapapa kok! Kamu main sembunyi-sembunyian kayak aku bukan sahabat kamu aja!"

Aku memilih duduk disebelahnya. Rasanya ada suntikan semangat yang mengalir dalam tubuhku. Kalau ini tentang perasaan, jelas ada hubungannya dengan Salman.

Meskipun masih terlihat malu-malu, Rika mendorong buku itu hingga berada di depanku.

"Aku belajar bikin puisi," Rika tidak langsung melanjutkan kalimatnya, sekilas ia memerhatikan sekelilingnya. Dia mendekatkam wajahnya padaku, dan membisikkan sesuatu. "Buat Salman" bisiknya sangat pelan.

Aku tertawa kecil. Persis seperti yang kuduga sebelumnya. Tanpa meminta izin lagi, aku segera membuka lembaran buku itu.

Aku terkesima oleh goresan tinta dalam lembaran buku ini. Ada kata-kata yang beberapa Kali dicoret dan diganti dengan kata lain. Belum ada judul yang tertulis, tapi aku bisa melihat usaha Rika untuk mendekati Salman.

Salman memilih jurusan Bahasa Karena memang dia menyukai sastra. Tidak hanya sekali puisi-puisinya di terbitkan oleh Koran lokal. Namanya bahkan selalu hadir meramaikan setiap edisi majalah sekolah. Salman juga terhubung dalam ekstrakulikuler teater, ah ia juga bergabung dalam ekskul basket. Masuk ekskul basket katanya supaya merefresh otaknya saat lagi buntu jika membuat puisi.

Kemampuan Salman dalam memainkan gitar seringkali digunakan untuk mengiringi musikalisasi puisi.

"Kayak yang Farah bilang, UKS (usaha kalau sayang). Aku ga tau harus gimana buat ngomong Sama dia, Na. Kamu tau kan, aku Susah ngungkapin perasaan. Apalagi, Salman orangnya cuek gitu"

"Jadi dari tadi kamu mikirin Cara buat ngedeketin Salman?" Rika mengangguk kecil.

"Kamu tenang aja. Aku udah liat usaha kamu kok. Langkah selanjutnya, kamu bisa ngandelin aku, Ka!"

"Kamu serius?"

"Percaya Sama aku kalau kamu nganggep aku sahabat kamu." Aku mengedipkan sebelah Mata. Rika buru-buru menggenggam tanganku. Dia sepertinya begitu bahagia sampai-sampai ingin berterimakasih dengan cara seperti itu.

🎸🎸🎸

Lagi-lagi rumah sepi. Aku memutar gagang pintu kamar. Diatas meja belajar, sebuah figura foto keluarga justru membuatku semakin ingin pulang kampung. Aku merindukan suasana rumah. Setiap pulang sekolah, keponakanku yang masih berusia empat tahun akan berlari menghampiriku. Aku bisa merasa bahwa setidaknya ada seseorang yang memang menunggu kehadiranku.

Belum mengganti seragam, aku membanting tubuhku di atas spring bed. Beberapa Kali, tubuhku memantul.

Aku tiba-tiba teringat pada Khalid Dan Rika, pada apa yang mereka berusaha lakukan untuk orang yang mereka sayangi.

Selama ini, aku memang menyimpan rasa ke kak Rafly, tapi aku tidak pernah berusaha melakukan apapun untuk membuatnya menyadari perasaanku. Apa aku harus membelikan sesuatu untuknya? Semacam hadiah gitu, supaya dia terus mengingatku?

Aku beranjak mengambil celengan pikachu ku diatas meja. Beberapa kali aku mengguncang-guncangkan pikachunya. Suara logam yang beradu dengan dinding celengan mengurungkan niatku. Isinya mungkin belum seberapa. Aku bisa merasakan bahwa masih banyak ruang kosong dalam tubuh pikachu kuning ini.

Aku mulai memikirkan sesuatu. Kak Rafly menyukai musik. Dia adalah gitaris Salah satu band sekolah.

Aku teringat saat Salman mengejekku lewat lagu Bruno Mars beberapa hari yang lalu. Dia berhasil menggunakan lagu itu untuk membuatku sadar bahwa aku seringkali merepotkannya. Rasanya bukan ide yang buruk jika aku bisa mengungkapkan perasaanku lewat bait lagu.

Salman sempat mengajarkan kunci-kunci dasar bermain gitar. Selama hampir tiga Bulan, aku baru bisa memainkan satu lagu. Memang belum mahir, tapi inilah tantangannya.

Bukan tidak mungkin kak Rafly akan terpesona dengan apa yang kulakukan. Aku bisa memanfaatkan moment ulang tahun sekolah untuk tampil. Rasanya aku tidak sabar menunggu waktu tersebut tiba.

Tidak! Aku tidak akan sekedar bernyanyi, aku Akan membuat sebuah lagu. Aku akan menyatakan perasaanku yang sejujurnya. Ide gila memang, tapi aku yakin bisa melakukannya. Kalaupun aku tidak bisa mengerjakannya sendiri, aku masih punya Salman, sahabat yang paling ku sayang.

*****
Tbc.

Thanks for reading^^

💗💗💗

Don't forget to leave vote and comments.

😘Ketika Salmon Ketemu Lion❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang