Surat?

95 39 52
                                    

26 April 2019

Happy reading!
💗💗💗

Liona's pov

Kak Rafly memang selalu bisa membuat tenagaku penuh. Aku berusaha keras agar segera sampai di lantai dua. Usahaku bisa saja tidak berbuah Manis jika aku terlambat sampai keatas. Rika Dan Farah masih setia mengikutiku dari belakang. Meskipun aku tahu mereka begitu mendukung keputusanku untuk melihat abang ganteng aku dari atas, aku bisa melihat bahwa mereka kewalahan menyusulku.

"Pelan-pelan napa, Na!" Teriak Farah frustasi.

Aku mengembangkan senyum. "The power of love" kataku bangga. "Ayo dong, buruan!" Aku menghentakkan sepatuku beberapa Kali, berharap mereka mendapat semangat baru Dan segera bisa menyamai semangatku.

Rika mengibaskan tangannya, memintaku untuk pergi terlebih dahulu. Ia menunduk lelah. Tangan kirinya menempel pada lutut, menopang keseimbangan tubuhnya. Sementara Farah, dia menyenderkan tubuhnya pada tembok. Aku tidak tega melihat mereka, tapi aku tidak punya pilihan lain.

"Kalo gitu, aku duluan ya?" Seruku semangat.

Pandangan Rika masih terarah pada lantai tangga yang dipijak. Tanpa melihatku lagi, dia mengacungkan tinggi jempolnya seakan memberi isyarat pertanda dia menyetujuinya. Baiklah, aku tidak bisa menunggu mereka terlalu lama. Bukannya tidak setia kawan, aku hanya tidak ingin membuang kesempatan emas untuk melihat abang ganteng aku sepuasnya dari atas.

Setiap sabtu, ada program 'Pagi sehat'. Semua siswa akan mengenakan pakaian olahraga, tidak terkecuali. Semua gurupun turut mengenakan pakaian olahraga. Kemudian secara bergantian, kelas X, XI, XII wajib mengikuti senam. Halaman luas yang dikelilingi oleh empat gedung utama disekolah, itulah yang menjadi tempat 'pertunjukan' ini dimulai.

Begitu kelas XI telah selesai senam, aku segera menuju lantai dua. Tujuanku hanya satu. Bisa melihat abang ganteng aku 'Rafly' sepuasnya. Selain karna gedung ini paling sepi, dari sini setidaknya aku bisa leluasa melihat kak Rafly menggerakkan tubuhnya mengikuti senam pagi.

Dan akhirnya aku sampai. Kusapukan pandanganku kelapangan, berusaha menemukan sosok tampan yang selalu hadir dalam mimpiku. Tidak perlu waktu lama, radarku menangkap keberadaannya dengan sangat cepat. Kak Rafly berbaris ditengah. Tangannya tengah terlentang mengikuti gerakan pemanasan, mengikuti gerakan instuktur didepan barisan.

Tidak sekali, dia mengganggu temannya. Memukulkan telapak tangannya pada tangan seorang pria yang berbaris didekatnya. Aku rasa itu temannya. Aku tersenyum geli melihat tingkahnya.

"Kamu seharusnya ngomong sama kak Rafly, Na" Rika yang telah berdiri disampingku turut memperhatikan kak Rafly. Napasnya masih tidak beraturan. Aku merasa bersalah karena telah memaksanya untuk menemaniku.

"Iya, Rika bener. Seharusnya kamu bilang aja sama kak Rafly, jadi setiap habis senam, Kita gaperlu dapet tambahan olahraga kaya gini," Farah berkata disela napasnya yang memburu.

Kuakui apa yang dikatakan oleh Rika Dan Farah sedikit mengusikku, tapi aku memilih untuk tidak berkomentar. Pandanganku tidak lepas dari gerak tubuh kak Rafly. Aku memang ingin berada dekat dengan kak Rafly, tapi kalau harus mengatakan semuanya langsung, rasanya aku belum siap, lebih tepatnya aku ga berani. Lagi pula, aku bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan perasaanku. Saat ini, aku merasa sudah cukup dengan bisa terus melihat abang ganteng aku. Meskipun dari jauh.

"Kalo memang jodoh, pasti aku bisa bareng sama dia kok" sahutku berhasil membuat Rika Dan Farah terdiam.

Sekilas kulirik kedua sahabatku. Aku terkejut melihat Rika meneteskan air mata. Ada apa dengannya? Mengapa dia menangis?

Ada apa dengan tatapannya? Ku alihkan pandanganku kebawah. Dan.. pantes aja nangis, ternyata penyebabnya Salman.

Disana, di bawah pohon, Salman sedang duduk beristirahat. Namun yang jadi masalahnya adalah, Salman duduk ditemani oleh Lindy dan antek-anteknya, Lulu dan Luvika. Astaga!

"Ka, Rika... kamu jangan nangis dong" Farah sedaritadi mencoba menenangkan Rika, namun gagal. Rika hanya diam, namun sangat jelas terlihat dia sedang patah hati.

"Yaudah kita turun aja yok? Lagian senamnya udah selesai" bujukku dengan lembut. Tanpa menjawab ia berlalu begitu saja.

"Eh hai kalian bertiga" Sapa kak Geusan salah satu senior kami yang sangat terkenal akan ketampanannya.

"Hi Rika?" Kak Geusan menyapa Rika dengan ramah, namun Rika hanya diam Dan berlalu begitu saja.

"Rika kenapa? Dia ada masalah ya? Kok kayak abis nangis gitu?" Aduh ni kak Geusan nanya nya banyak banget sih.

"Eh, gausah di jawab kalo ini secret," ucapnya sopan. Sangat pengertian. "Oiya Na, kakak boleh minta nomor WhatsApp nya Rika ga?" Aku ga salah denger ni kan? Kak Geusan minta nomornya Rika? Wah jan-jangan ada something ni.

"Eh iya kak, 0888xxxxxx0" aneh banget, kak Geusan mukanya seneng banget, kayak habis menang lotre jutaan aja.

"Makasih ya dek. Bye" ucapnya lalu berlalu dengan wajah yang berseri-seri. Huh. Aneh.

🎻🎻🎻

"Rika, gimana? Kamu udah ga sedih lagi kan? Kalo udah, kamu mau ga bantuin aku?" Ucapku hati-hati, karna besar kemungkinan aku bakal di kacangin lagi olehnya. Kadang aku bingung melihat sahabatku yang satu ini. Mood-nya tuh kayak Siang Dan malam, punya jadwal.

"Rika, aku lagi berantem sama Salman," akuku jujur. Farah tidak ada bersama kami. Dia sedang piket di ruang UKS.

"Kenapa bisa berantem?"

Aku mengangkat bahu dan alis bersamaan menanggapi pertanyaan Rika. Aku tahu, dia selalu penasaran setiap Kali aku menceritakan segala sesuatu tentang Salman. Tidak heran. Sama saja dengan aku yang selalu ingin mendapatkan kabar tentang kak Rafly. Bedanya, Rika bisa dengan mudah mendapatkan information itu dari ku.

"Kalian berantem beneran?" Aku hanya mengangguk. Aku sebenarnya sudah menyusun rencana dibalik ini. Rika pasti tidak akan suka jika aku sampai terus-terusan tidak berbicara dengan Salman.

"Kamu bisa nolong aku supaya bisa baikan lagi ga ama dia?"

Rika diam sejenak, tapi aku tahu dia tidak mungkin menolak permintaanku.

"Aku sih ga suka kalo kalian berantem Kaya gini. Trus, aku mesti ngapain?"

Aku mengambil sebuah kertas yang telah terlipat rapi dari saku kemeja putihku. Aku sudah menyiapkannya sejak jam pelajaran kedua. Diam-diam, yang kucatat bukanlah beberapa kosakata bahasa jepang yang diberikan oleh Hankai sensei. Aku menulis Surat super singkat untuk Salman.

"Kasih ini ke dia ya"

"Surat?" Rika masih belum mengambil kertas itu. Dia malah menatapnya bingung. Aku tahu, dia asti heran karena mendadak aku menerapkan cara tradisional.

"Hmm..Aku lupa bawa Hp. Iya aku lupa, jd aku buat surat aja. Kalo ketemu langsung hmm.. rasanya.."

"Aku ngerti, sini biar aku yang kasih ke dia"

Aku tersenyum bangga. Semua berjalan sesuai dengan rencanaku. Misi pertama selesai. Semoga berhasil!

*****
Tbc.

Thanks for reading^^
💗💗💗

Don't forget to leave vote and comments.

😘Ketika Salmon Ketemu Lion❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang