Geusan

78 33 100
                                    

07 May 2019

Happy reading!
💗💗💗

Liona's pov.

Rasa semangatku memudar. Kecewa karna rupanya aku tidak melihat kak Rafly di bus seperti apa yang dikatakan oleh Salman. Padahal, aku sudah membayangkan bisa duduk bersama kakak itu, kemudian bertukar banyak cerita setelah sekian lama tidak berbincang didalam bus.

Dan sepertinya, aku bukan satu-satunya orang yang sedang tidak enak hati. Khalid menunjukkan tanda-tanda yang sama. Dia tidak banyak bicara. Sejak jam pertama, wajahnya terlihat murung. Ini pasti karna Lily. Temanku yang satu ini selalu dibuat galau oleh siswi yang satu itu. Dari pojok sini, aku bisa melihat Lily yang duduk di deret bangku kedua dari belakang sedang memainkan bolpoint nya.

Aku memberanikan diri untuk memulai percakapan. Tidak enak juga melihat Khalid seperti ini. Dia seperti tidak sedang hidup. Sejak resmi menjadi anggota di XI IPA 2, Khalid adalah teman yang sangat suka membantu teman yang kesusahan.

"Kenapa?"

Khalid menggeleng. Dia kemudian menjatuhkan wajahnya perlahan kemeja. Dahinya menempel dengan kayu berlapis cat coklat itu. Farah yang lebih dulu menoleh kebelakang, menyenggol lengan Rika. Kini perhatian kami terfokus pada Khalid. Tugas matematika terpaksa kami tinggalkan sejenak. Bagi kami, kelangsungan hidup Khalid lebih penting. Siapa lagi yang bisa dijadikan korban untuk disuruh-suruh kekantin ketika hati sedang males, kalau bukan Khalid.

"Kenapa? Sini cerita sama Kita," Farah akhirnya turun tangan. Khalid  mengangkat sebentar wajahnya, menunjukkan betapa menderitanya dia karena masalah yang tengah dihadapinya. Ia bahkan terlihat begitu lemas.

Sebelum akhirnya membuka suara, Khalid mengalihkan pandangannya ke tempat dimana Lily duduk. Sebenarnya itu sudah cukup membuatku semakin yakin bahwa ini masalah hati. Persis seperti yang aku duga sebelumnya. Ini pasti ada hubungannya dengan Lily.

"Dia gak bales SMS," katanya pelan.

"Siapa? Lily?" Rika turut mengalihkan pandangannya sejenak pada pemilik nama tersebut. Kini, Lily tampak menyodorkan buku tugasnya pada Putri, sepertinya mereka tengah mendiskusikan tugas matematika.

"Siapa lagi Coba yang bisa bikin khalid kayak gini? Emangnya kamu SMS apa?" Tanyaku penasaran. Baru seminggu yang lalu Khalid mengaku bahwa diam-diam dia menyukai Lily. Apa benar kemaren dia sudah berani mengungkapkan perasaannya pada Lily, yang terkenal cuek dengan para cowok itu? Hebat!

"PR bahasa Indonesia!"

Aku, Rika, Dan Farah saling pandang. Tawaku hampir saja pecah, beruntung Rika segera memberiku tanda dengan kedipan mata. Rika jelas memperingatiku untuk menahan diri. Jangan sampai aku terkesan bahagia melihat penderitaan Khalid.

"Yaelah, aku Kira kamu udah nembak dia. Ternyata cuman PR doang?" Ucapku menghembuskan nafas mencoba untuk tidak tertawa.

"Nanya PR aja udah di kacangin, apalagi ngomong soal hati," komentar Farah jujur. Rika terbelalak. Aku segera menendang ringan kursi Farah. Giliran aku yang mengingatkan Farah untuk menjaga perasaan Khalid. Tidak seharusnya Farah keceplosan disaat seperti ini.

Terkadang, sikap Farah yang blak-blakan memang bisa membuat orang lain yang tidak menderita menjadi menderita, Dan yang sudah menderita menjadi semakin menderita. Karenanya, aku menyadari bahwa terkadang, ada baiknya menutupi sebuah kebenaran.

😘Ketika Salmon Ketemu Lion❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang