Dia Putus?

131 50 41
                                    

22 April 2019

Happy reading!
💗💗💗


Author pov

Rika mendekatkan mata kanannya pada lensa okuler mikroskop. Sesekali, jari telunjuk Dan ibu jarinya bekerja sama memutar rovolver guna mengatur perbesaran lensa objektif. Dia begitu serious.

Sementara itu, Farah, yang juga satu kelompok dengan Rika, tampak setia mendampingi Rika.

Lain Hal dengan Liona, dia hanya duduk memperhatikan Rika Dan Farah. Sesekali menguap Dan mengusap matannya. Dan ya, tabel pengamatan pada papan kerja mereka belum terisi penuh.

Beberapa kelompok lain berseragam laboratorium juga belum berhasil menyelesaikan tugas mereka. Kesalahan tidak terjadi pada kemampuan siswa, tapi pada faktor lain. Mendapat jam praktikum menjelang makan Siang memang kurang menyenangkan. Kadang, konsentrasi para siswa sudah tidak berada di laboratorium, tapi di aula besar dengan meja-meja penuh berisi piring penuh dengan makanan lezat.

"Udah keliatan blom jaringan selnya?" Ucap Liona bertingkah sok peduli dengan tugas pengamatan yang seharusnya ia kerjakan dengan baik bersama kedua rekannya. Padahal sebenarnya, dia sedang berusaha menahan kantuknya.

Rika tidak memberikan response atas pertanyaan yang diajukan Liona. Dia tetap menekuni pekerjaannya. Rambut panjangnya yang telah dikepang dua, diikat satu kebelakang agar tidak mengganggu fokusnya.

Liona, meskipun Ia akhirnya mengambil jurusan IPA, ia tidak begitu suka dengan laboratorium biologi. Ini juga karena guru biologinya 'bu susi'. Guru biologinya itu katanya tidak pernah terlihat bersahabat dengan para siswa. Bu susi katanya selalu membuat Liona sport jantung karena pertanyaannya yang selalu mendadak Dan upredictable. Liona merasa bahwa ia tidak cocok dengan biliau.

"Pas" Rika akhirnya mengangkat wajahnya. Kini kedua mata indah milik Rika bisa terlihat dengan jelas. Dengan bibir tipis. Dan sikap Lemah lembutnya selalu terpancar disana.

"Coba deh liatin" tambahnya sembari melekukkan senyum puas begitu berhasil menyelesaikan tugasnya.

Farah mendekat beberapa langkah. Belum sempat memicingkan mata untuk melihat, dia kembali berdiri tegak. Dia memasang ekspresi yang begitu bingung. Seperti ada yang dipikirkannya.

"Tapi aku gak berani pegang Microsoft" pernyataan Farah berhasil membuat kedua rekannya saling pandang. Menarik nafas, kemudian menghembuskannya dalam waktu yang bersamaan. Dikira ada Hal penting yang akan disampaikan oleh Farah, namun? Huft.

"Mikroskop sayang, bukan Microsoft. Microsoft word itu yang ada di alat-alat canggih. Seperti laptop, hp, computer dll." Jelas Rika sabar sambil menepuk pundak Farah pelan. Lidah Farah memang sering keseleo, sampai-sampai salah menyebut nama benda seperti itu.

"Kalau Microsoft itu yang dibuat oleh Bill Gates!" Tambah Liona bersemangat.
Rika menoleh, menatap Liona tak percaya. Farah menunjukkan warna wajah serupa.

"Tumben kamu peduli nama penemu kaya gitu? Biasanya juga kamu bilang gak penting tau nama mereka" ucap Farah memicingkan matanya curiga.

Bukannya menjawab, Liona hanya menampilkan senyum bangga miliknya. Memang, Liona tidak pernah ambil puisng tentang nama para penemu. Kapasitas otaknya tidak terlalu besar untuk menghafal nama orang yang tidak ia kenal.

Ia mengetahui tentang Bill Gates melalui Salman sahabatnya. Beberapa Hari yang lalu, Salman tiba-tiba menyebut nama itu. Sambil mengerjakan tugas membuat makalah, Salman tidak henti-hentinya menyampaikan rasa kagumnya pada Bill Gates. Dia bahkan meluangkan waktunya untuk menonton pidato Bill Gates di YouTube.

"Salman bilang, aku harus tau nama orang-orang hebat. Kalau ada yang nanya, trus aku gak bisa jawab, ntar aku dibilang katro lagi" sahut Liona masih diliputi perasaan bangga. 'menghabiskan waktu bersama si ikan salmon ternyata ada banyak ilmu yang bisa kudapat' ucapnya cekikikan dalam hati.

"Jadi Salman yang berhasil buat kamu berubah pikiran?" Liona hanya mengangguk, menanggapi Rika. Sekilas, ada sebuah senyum yang sempat singgah diwajah Rika. Ada apa sebenarnya?

"Udah deh, kenapa jadi ngomongin itu? Mau mikroskop, mau Microsoft, yang penting kan kalian ngerti maksudku," ucap Farah sambil menyerahkan papan kerja kepada Liona. "Kamu aja deh yang gambar" lanjutnya kemudian.

Liona beranjak dari duduknya, menggantikan posisi Rika untuk mengamati sel yang berhasil di perbesar oleh mikroskop.

"Kalau soal ginian aku boleh salah, tapi kalo soal berita aktual, aku bisa dipercaya" kata Farah sedikit berbisik agar tidak terdengar oleh kelompok lain. Farah kemudian menarik kursi yang di dudukinya, mendekati Rika. Sementara Liona tampak tidak peduli dengan perkataan Farah. Ia masih tetap menekuni tugas yang harus diselesaikan Hari ini.

Liona's pov.

Aku bisa mendengar Farah kembali menggeser kursinya.

"Kak Rafly sudah putus sama kak Stevie!"

Aku sontak menjauhkan wajah dari lensa okuler. Sesaat, otakku hanya dipenuhi satu nama. Rafly. Nama itu berhasil mengusir wajah menyeramkan Bu susi yang akan tidak senang jika kami sampai tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Bukan hanya aku. Rika juga tampak sedikit terkejut. Kalau berita ini benar, maka aku akan menjadi orang yang paling beruntung. Kini, fokusku adalah mencari tahu kebenaran dari berita bagus yang disampaikan oleh Farah.

"Beneran?!" Tanyaku penasaran. Farah menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, memintaku untuk lebih tenang. Aku menarik napas panjang, menoleh ke kiri dan kanan, kemudian mendekati Farah. Aku juga tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang Hal ini.

"Kamu dapet info dari Mana?" Tanya Rika dengan nada bicara yang jauh lebih tenang dariku.

Farah kembali melirik sekelilingnya. "Dari mana-mana. Kalo gak percaya, nanti liat aja langsung di ruang makan!"

Ah, rasanya aku udah gak sabar lagi nunggu jam makan siang. Ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Satu jam menuju pukul dua belas siang. Let's see!

*****
Tbc.

Thanks for reading^^

💗💗💗


Don't forget to leave vote and comments.

😘Ketika Salmon Ketemu Lion❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang