chapter 17

1.4K 114 11
                                    

Mentari belum juga terbit, tapi Digo dan Sisi sudah berada di luar resort. Berjalan beriringan dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain. Malam tadi Sisi merengek minta ditemani melihat sunrise. Apalagi yang bisa Digo lakukan selain mengiyakan permintaan gadisnya.

"Digo,,"

"Hemm?"

"Apa yang akan kamu lakuin, buat yakinin orangtua aku supaya mereka setuju sama hubungan kita?" Tanya Sisi.

Digo tersenyum sumir lalu mengeratkan genggamannya di tangan Sisi.

"Mungkin aku bukan apa-apa klo dibandingin sama si Jho itu, tapi cinta yang aku punya cinta yang luar biasa. Percaya atau tidak, aku yakin Tuhan punya cara sendiri buat bantu aku dapetin restu orangtua kamu" jawab Digo mantap.

"Tapi gimana klo mereka tetap nolak? Aku tau betul, bagaimana papa dan mama aku"

"Biar mama mu tak suka, papa mu juga melarang. Walau dunia menolak, ku tak takut. Tetap ku katakan ku cinta padamu" jawab Digo menyanyikan sepenggal lagu dari Judika.

"Honey,,,, jangan becanda!!" Rengek Sisi memukul bahu Digo.

"Dengerin aku ya, sayang. Sampai kapanpun aku ngga akan nyerah. Seribu kali orangtua kamu nolakpun, aku tetap ngga akan pergi. Karena hati kamu yang menahanku untuk tetap tinggal" jawab Digo serius.

Sisi speechles, matanya sampai berkaca-kaca.

"Makasih Digo,, makasih sudah mencintaiku dengan begitu hebat"

Digo memeluk Sisi. Menempelkan pipi kanannya di pucuk kepala gadis itu. Ia tak tau apa yang akan terjadi kedepan, tapi Digo akan berusaha membuat hubungannya dan Sisi tetap baik-baik saja.

"Sayang, itu sunrisenya uda mulai muncul loh"

Sisi melepaskan pelukan Digo. Ia berlari kecil ke arah pantai agar bisa melihat sunrise lebih dekat lagi. Sisi merentangkan tangannya tinggi-tinggi. Sementara Digo sibuk mengabadikan gambar kekasihnya itu.

"Honey, sini.." panggil Sisi melambaikan tangannya.

Digo menghampiri gadisnya. Mengangkat tubuh Sisi ke udara membuat gadis itu terkikik bahagia. Terlebih saat Digo membawanya berlari dan menjatuhkan tubuh mereka ke air. Mereka saling mengejar dan menciprati air.

"Honey, dingiiiinnn" seru Sisi memeluk tubuhnya sendiri. Bibir gadis itu bergetar.

"Tuhkan,, yauda udahan yuk. Kamu sih bandel, diajakin pulang dari tadi ngga mau mulu" Digo merangkul bahu Sisi membawa gadis itu kembali ke resort. Sesekali Digo mengecup punggung tangan gadis itu yang terasa dingin.

"Dari mana kalian?"

Deghhhh...

Jantung Sisi bagai jatuh dari tempatnya. Papa Nathan dan mama Chintya sudah berdiri di depan resort. Genggamannya di tangan Digo terlepas begitu saja. Sisi jadi tak nyaman. Apalagi tatapan orangtuanya seperti sedang mengintimidasi Digo.

"Emmm,,, aku...." ucap Sisi terbata. Mendadak semua kosa kata jadi hilang dari kepalanya.

"Iya, kamu!! Kamu dari mana? Kenapa baju kamu basah semua?" Ulang mama Chintya.

"Aku,,, dari,,, emmm.."

"Gimana den, ada tripangnya?" Tanya mang Ian memotong ucapan Sisi. Lelaki paruh baya itu menatap Digo dan Sisi bergantian.

Digo menggeleng.

"Maaf mang, kami ngga nemuin satupun. Padahal kami uda nyari dari subuh tadi" sesal Digo.

"Ngga apa-apa den, biar nanti mamang cari ke nelayan aja. Mudah-mudahan salah satu dari mereka ada yang bawa pulang tripang karena ini memang bukan musimnya" jawab mang Ian santun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love You Nona AmerikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang