Malam minggu yang seharusnya Digo habiskan bersama Shalsa tidak ia lakukan, lelaki ini memilih duduk di gazebo belakang rumahnya.
"Kaya nya ada yang lagi galau"
Suara berat yang sangat Digo kenali, membuatnya berhenti memetik gitar kesayangannya. Karena terlalu lama melamun lelaki itu bahkan tak mendengar suara mobil Danu yang sudah terparkir sejak beberapa menit yang lalu."Sok tau" Digo menjawab singkat tanpa menoleh pada Danu yang kini duduk di sebelahnya.
"Daddy lebih kenal kamu dari pada diri kamu sendiri Digo"
Ya Danu benar, ikatan antara ayah dan anak ini sangat kuat walaupun Digo bukan akan kandungnya, namun sebagai orang yang satu-satunya merawat Digo hingga belasan tahun membuat pria paruh baya ini sangat mengenal sosok Digo Bayu Arkayana.
"Dadd, kenapa cinta itu sangat membingungkan?"
Danu tertawa, ia tau putranya ini tengah jatuh cinta. Walaupun sampai saat ini ia betah sendiri namun bukan berarti Danu tak pernah merasakan jatuh cinta.
"Apanya yang membingungkan Digo?, cinta itu anugrah Tuhan paling indah" Danu menepuk bahu Digo pelan.
Digo hanya diam tak menjawab, ya cinta memang terasa indah tapi itu dulu sebelum ia tau Sisi membohonginya.
"Cari tau sendiri boy, siapa yang sebenarnya kamu cinta Sisi atau Shalsa" Danu segera berlalu setelah menasehati Digo.
**********
Digo dengan ragu mengetuk pintu rumah Sisi. Setelah menunggu cukup lama akhirnya bi Nisa membukakan pintu dengan sedikit terbatuk-batuk.
"Maaf ya den lama, tadi bibi lagi minum obat"
"Ga apa-apa bi, harusnya Digo yang minta maaf uda dateng pagi-pagi gini" Digo melirik jam di pergelangan tangannya yang masih menunjukan pukul 6 pagi.
"Ga apa-apa atuh den, tapi non Shalsanya belum bangun. Yda den Digo teh duduk aja dulu, biar bibi bangunin non Shalsa"
"Ehhmmmm bi, sebenernya Digo ga nyari Shalsa tapi Sisi" Digo menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ooh nyari neng Sisi bilang atuh den, klo neng Sisi mah lagi pergi ke pasar gantiin bibi belanja den soalnya bibi lagi kurang sehat" bi Nisa menjelaskan dengan logat sundanya yang khas.
Digo tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan, benarkah gadis modern seperti Sisi melakukan hal yang seperti bi Nisa ucapkan. Lelaki itu memilih membuktikannya sendiri, kebetulan ia sangat hapal pasar tradisional yang ada di daerah ini, karena di rumahnya tak ada pekerja yang menyiapkan segala keperluannya hingga Digo terbiasa melakukannya seorang diri, termasuk berbelanja bahan makanan jika ia sedang ingin memasak sendiri.
"Yda bi klo gitu Digo pamit ya mau nyusulin Sisi"
Bi Nisa mengangguk, namun sebelum Digo pergi lelaki itu berpesan agar bi Sari tak memberi tau soal kedatangannya pada Shalsa.
Digo tersenyum kala matanya melihat gadis cantik yang menjadi pusat perhatian di pasar dengan rok bunga-bunganya yang berayun saat si pemakai mencoba menghindari jalanan becek dengan gaya centilnya.
Digo tak lagi bisa menahan tawanya saat ada ibu-ibu bertubuh subur berjalan dengan cepat membuat kaki mulus Sisi kotor terkena cipratan air bercampur lumpur kotor. Sisi membolak matanya dan memaki berlebihan, sementara si penabrak hanya meminta maaf sambil lalu saja membuat gadis ini mengerucutkan bibirnya kesal.
Lihatlah apa yang di lakukan Sisi, di tangannya tidak ada satupun kantung belanja yang menandakan gadis itu tak melakukan kegiatan apapun selain belenggak-lenggok menghindari jalan becek di pasar ini.
Digo segera menghampiri Sisi saat melihat seorang lelaki berlari di kejar massa dengan di teriaki copet.
Sisi memejamkan matanya saat pencopet tadi jatuh tepat di sampingnya, tubuhnya bergetar ketakutan melihat banyak orang yang berkerumun menghakimi sang pencopet.
Tubuh Sisi menegang saat ada tangan kokoh yang memeluknya erat.
"Please jangan sentuh gue" Sisi berbisik lirih dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Hei buka mata lo, ini gue Si'
Sisi mendongak melihat wajah lelaki yang tengah memeluknya erat.
"Digo?"
"Iya Si, ini gue"
"Digo....gue takut banget" Sisi menenggelamkan kepalanya di dada bidang Digo
"Sttt uda ya ga usah takut, ada gue di sini" Digo membawa Sisi menjauh dari kerumunan massa yang mulai membubarkan diri saat ada petugas keamanan yang datang.
"Thanks" Sisi menatap lelaki yang kini masih setia memeluk pinggangnya erat
"He'um" Digo menjawab imut sekali
"Aduhh mas, mba klo mau pacaran jangan di pasar, ini tempat umum"
Celetukan dari seorang ibu penjual sayur membuat Digo dan Sisi melepaskan pelukannya begitu saja. Mendadak suasana jadi canggung.
"Emmm Si, sebenernya lo ngapain pagi-pagi uda ada di sini?"
"Mau belanja lah masa gue mau nyalon di pasar" Sisi menjawab jutek hanya untuk menutupi rasa groginya di tatap oleh Digo
"Belanja?, tapi gue ga liat satupun belanjaan di tangan lo?" Digo menatap Sisi dengan senyum jailnya
"Ohh ini,....itu tadi gue lagi mau beli ikan tapi tiba-tiba aja lo dateng meluk-meluk gue" Sisi gelagapan menjawab pertanyaaan Digo barusan.
Digo tertawa keras mendengar jawaban Sisi, bagaimana tidak saat ia datang tadi gadis itu sedang berada di tempat penjual sayur-mayur bukan di kios penjual ikan.
"Ooh ya?, tapi Si penjual ikan itu adanya di sebelah sana bukan di sini!" Digo menunjuk gang kecil yang berada di samping kanannya.
Blussshhh
Pipi Sisi memerah, ini sangat memalukan. Siapapun tolong hilangkan Sisi sekarang juga.
"Ayo gue anter lo beli ikan, biar ga nyasar lagi"
Digo menyelipkan jemarinya di celah jemari Sisi, namun langkahnya harus terhenti saat tak ada pergerakan dari Sisi.
"Kenapa?"
"Di depan itu becek banget sementara tisu gue uda abis" Sisi bergidik jijik
Digo menggelengkan kepalanya, ternyata ucapan Shalsa benar Sisi adalah gadis angkuh yang egois. Kalau gadis itu takut kakinya kotor kenapa mau berbelanja ke pasar?, harusnya dia pergi ke mall yang sudah pasti bersih.
"Ga usah berlebihan Si, kaki lo ga akan lecet cuma kena lumpur"
Sisi melepaskan genggaman jemari Digo dan melangkah mendahului lelaki itu.
Digo menatap iba pada Sisi, gadis cantik ini tidak berhenti menggaruk kakinya yang sudah memerah.
"Uda Si, jangan di garuk lagi nanti lecet" Digo meraih tangan Sisi untuk menghentikan aktivitasnya
"Tapi kaki gue gatel banget" Sisi merengek bahkan hampir menangis saat mengucapkannya.
Tak di sangka, Digo malah berlalu meninggalkannya membuat Sisi jengkel setengah mati. Namun ia kembali tersenyum saat lelaki yang ia maki dalam hati kini datang dengan membawa sebotol aqua besar dan tisu di tangannya.
Dengan telaten Digo membersihkan kaki Sisi, setelahnya lelaki itu membungkukan badannya agar Sisi dengan mudah naik ke atas punggungnya. Digo menggendong Sisi sampai ke tempat dimana mobilnya terparkir.
"Lain kali ga usah pergi ke pasar lagi, kaki lo itu sensitif" Digo mengusap peluh di kening Sisi dengan punggung tangannya.
"Bi Nisa lagi sakit, makanya gue yang gantiin pergi ke pasar"
"Kenapa ga beli makanan di luar aja?"
"Gue uda terlanjur janji sama bi Nisa buat gantiin ke pasar, klo ga gitu mana mau bibi istirahat di kamar"
Digo sadar, faktanya Sisi adalah gadis berhati lembut. Tak semua yang Shalsa ceritakan tentang Sisi itu benar dan Digo bertekat untuk mencari tau sendiri kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Nona Amerika
FanficPerbedaan adalah alasan indah Tuhan untuk menjadikan aku dan kamu menjadi KITA Sisi Nathania Amora Digo Bayu Arkayana