Sisi tak tau harus menjawab apa atas pernyataan Digo barusan.
Digo membuka kemeja yang ia kenakan lalu di ikatkan di pinggang Sisi."Hemmm begini lebih baik" Digo tersenyum puas melihat hasil kerjanya ini.
"Janji sama aku, jangan pernah pake baju kaya gini lagi" Digo menatap Sisi lembut
"Gue ga bisa janji Digo, soalnya semua model baju gue kaya gini"
"Itu bukan alesan, aku bisa beliin kamu baju baru yang lebih bisa nutupin tubuh kamu" Digo menyentil kening Sisi membuat gadis itu meringis, namun tak di pungkiri Sisi merasa bahagia atas perhatian Digo.
Digo dan Sisi saling menatap seolah ingin menyampaikan rasa cinta lewat mata.
"Stopppp Digo!!!" Shalsa tiba-tiba datang dengan penuh amarah membuat Digo mengernyit bingung.
"Tolong Si berhenti buat bohongin Digo dengan berpura-pura jadi gue" Shalsa menangkup kan telapak tangannya di depan dada memohon pada Sisi membuat gadis itu menutup mulutnya tak percaya.
"Maksud lo apa Si ngomong gitu sama Shalsa?" Digo menatap Shalsa tajam.
"Digo ini aku Shalsa, Shalsa sahabat kamu. Cwe yang seharusnya kamu cinta itu aku Digo bukan dia" Shalsa menjelaskan dengan air mata yang mengalir di pipinya, berharap Digo segera menyadari kekeliruannya.
"Lo ngomong apa sih, sumpah gue ga ngerti" Digo benar-benar bingung dengan kejadian ini.
"Sha jelasin semuanya sama aku, sebenarnya ini ada apa jangan bikin aku makin ga ngerti dengan kamu diem aja kaya gini" Digo menggenggam tangan Sisi
Sisi mengunci mulutnya rapat-rapat, lidahnya benar-benar kelu untuk sekedar menjelaskan semuanya pada Digo.
"Dia ga akan bisa ngejelasin apapun Digo, karena dia yang maksa aku buat ngelakuin ini" Shalsa mendekati Digo, mencoba menggenggam tangannya namun lelaki itu segera menepisnya.
"Sha aku mohon bilang sama aku, klo apa yang dia omongin itu ga bener" Digo mengguncangkan bahu Sisi yang bergetar menahan tangis.
"Kamu inget foto ini?, dulu kamu yang nyuruh aku buat bawa foto ini kemanapun aku pergi supaya aku ngerasa kamu selalu ada di samping aku" Shalsa menunjukan selembar foto dirinya bersama Digo sewaktu kecil yang selalu terselip di dompetnya bak jimat keberuntungan.
Digo menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tak mengerti bagaimana bisa kedua gadis ini mempermainkannya.
"Klo lo emang Shalsa kenapa dari awal lo ga bilang yang sejujurnya sama gue?" Digo menatap Shalsa menuntut penjelasan.
"Maafin aku Digo, aku ga berdaya. Kamu tau kan aku banyak hutang budi sama om Nathan dan Sisi manfaatin itu buat maksa aku ngelakuin ini" Shalsa semakin terisak membuat Digo iba.
"Kenapa lo ga berusaha buat bilang sama gue?" Digo mengelus rambut Shalsa, membiarkan gadis ini menangis di dada bidangnya.
"Awalnya aku setuju karena aku liat kamu bahagia sama Sisi, tapi waktu aku tau Sisi cuma mempermainkan kamu aku ga bisa Digo, aku ga mau siapapun nyakitin kamu. Walaupun setelah ini aku yakin Sisi pasti akan bilang sama orang tuanya dan mereka akan membenci aku"
Digo mengeratkan pelukannya pada gadis rapuh di depannya ini. Ia menatap Sisi tajam. Ia tak menyangka gadis cantik yang sudah mengisi hatinya ini tak lebih dari seorang pembohong dan pemaksa.
"Aku bisa jelasin semuanya Digo" Suara Sisi tercekat karena berbaur dengan isak tangisnya.
"Si cukup aku mohon biarin Digo tau kebenarannya" Shalsa memotong ucapan Sisi
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Nona Amerika
Fiksi PenggemarPerbedaan adalah alasan indah Tuhan untuk menjadikan aku dan kamu menjadi KITA Sisi Nathania Amora Digo Bayu Arkayana