chapter 10

1.5K 122 0
                                    

"Shitt!!!!"

Digo mengumpat berulang kali. Bukan tanpa sebab, lelaki tampan ini uring-uringan karena hari ini Sisi izin terlambat datang ke perkebunan dengan alasan menemani Amar ke dokter dan sialnya sang ayah, Danu Perwira mengizinkannya begitu saja.

"Kenapa atuh den, dari tadi mondar-mandir terus?" mang Usep, salah satu pekerja Digo akhirnya buka suara melihat tingkah bos mudanya ini.

"Ga apa-apa mang, saya cuma lagi capek aja" Digo segera berlalu untuk menghindari pertanyaaan serupa dari pekerjannya yang lain.

"Si bos teh kenapa yaah uring-uringan ga jelas kaya gitu, kaya perempuan mau lahiran aja"  mang Diman bertanya pada Dirga, lelaki yang menjadi orang kepercayaan Digo.

"Saya juga ga tau mang, lagi PMS kali" Dirga menjawab asal membuat para pekerja yang lain tertawa geli.

Dirga menghampiri Digo yang sedang membuka laptop di meja kerjanya, Dirga paham lelaki di depannya ini sedang tidak fokus pada catatan apapun yang tertulis di layar flat yang tampak menyala di depan Digo.

"Lo kenapa boss?" Dirga to the point bertanya pada Digo yang tampak kaget dengan kedatangannya

"Gue baik-baik aja seperti yang lo liat"

"Lo boleh bohongin mang Usep, tapi ga bisa bohongin gue"

Digo memutar bola matanya malas, penyakit kepo Dirga tidak pernah berubah sejak pertama kali mereka saling mengenal di bangku sekolah menengah pertama dulu.

"Jangan lupa klo dulu kita sering kerja sama ngunciin guru piket di toilet, jadi gue uda hafal banget sama isi kepala lo"

Digo tertawa mengingat kenakalannya dulu bersama Dirga.Merasa memiliki masa lalu yang sama, kehilangan kedua orang tua mereka sejak kecil membuat 2 lelaki ini tumbuh menjadi sahabat baik.

"Ke mana Amar sebenarnya bawa Sisi?, kenapa bisa selama ini" Digo bergumam pelan, namun masih bisa di dengar oleh Dirga dengan sempurna

"Uda gue duga, lo lagi mikirin tuh nona Amerika"

"Gue cuma ga mau Sisi lupa sama tanggung jawabnya"

"Yakin cuma itu alesan lo?, bukan karena lo takut cwe Amerika lo itu di modusin sama Amar?"

Digo tak menjawab tuduhan Dirga yang sangat tepat sasaran.

"Gue uda bilang kan yang lo cinta itu Sisi, lo cuma kejebak kenangan semu sama cwe yang namanya Shalsa"

"Jangan asal nebak, lo ga pernah tau isi hati gue"

Dirga bersedekap dada, sebagai seorang lelaki yang sudah beristri dia sangat paham perasaan Digo.

"Ga usah bohongin diri lo sendiri Dig, cemburu itu ga enak" Dirga berlalu dari ruangan Digo.

********

Sisi melangkah dengan riang menghampiri lelaki yang tengah memandangnya tajam.

"Dari mana lo jam segini baru dateng?" Digo bertanya sarktis

"Jalan-jalan sama Amar" Sisi menjawab tanpa beban, bahkan ia tak peduli Digo sudah mengepalkan tangannya emosi.

"Lo tau ini jam berapa?"

"Hampir jam 6 sore" lagi-lagi Sisi menjawab tanpa merasa bersalah

"Dan lo ga merasa bersalah sama sekali?"

"Looh buat apa gue merasa bersalah, toh gue ngga ngelakuin kesalahan apapun" Sisi melipat tangannya di dada

"Lo uda bikin kesalahan Si, kesalahan besar" Digo melangkah maju, mengikis jarak dengan Sisi

I Love You Nona AmerikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang