chapter 7

1.2K 120 1
                                    

Sisi, gadis cantik ini sedang ikut memanen strwberry bersama para pekerja, padahal mang Deden sudah melarangnya namun bukan Sisi jika tidak punya seribu alasan untuk menolak.

"Aduuh neng uda jangan di terusin lagi ya nanti den Digo bisa marah sama mamang" entah untuk ke berapa kali, lelaki paruh baya ini menyuruh Sisi agar berhenti karena Digo menyuruhnya untuk mengajak Sisi mengelilingi kebun strwberry saja bukan ikut serta memetik strwberry di kebun seperti ini.

"Ga usah takut mang, ga ada yang akan marahin mamang" Sisi menatap mang Deden dengan senyum tipisnya.

"Tapi neng, den Digo...."

"Udah mang ga usah larang cwe batu kaya dia"

Ucapan mang Deden terpotong oleh suara tegas Digo.

"Bro, jangan kasar sama cwe. Apalagi sama cwe cantik kaya Sisi" Amar menepuk bahu Digo pelan.
Lelaki berlesung pipi ini melambaikan tangannya menyapa Sisi.

"Haiii cantik, butuh bantuan?"

Amar menggoda Sisi dengan senyum khas nya yang mungkin akan membuat sebagian kaum wanita terpesona melihatnya tapi tidak bagi Sisi.

"Sepertinya butuh,,emmm...untuk" Sisi mengetukan jarinya di dagu seperti sedang memikirkan pekerjaan apa yang pantas untuk Amar.

"Untuk??" Amar mengulang ucapan Sisi dengan nada tanya

"Cwo kaya lo kaya nya pantes deh bantuin nyabut rumput liar yang tumbuh di sekitar kebun ini"

Amar membolakan matanya tak percaya dengan ucapan Sisi, dari segi apa gadis itu menilai jika lelaki tampan sepertinya pantas untuk pekerjaan seperti itu.

Sisi terkekeh melihat ekspresi Amar, membuat lelaki itu menghampirinya dengan tak sabaran. Lagi-lagi Amar mengacak rambut Sisi seperti sahabat yang sudah saling mengenal lama.

"Isshh cwo aneh, lo apa-apaan sihh uda gue bilang jangan berantakin rambut gue"

Sisi menjauh dari jangkauan Amar namun tak di sangka ia menginjak batu membuatnya kehilangan keseimbangan, beruntung Amar dengan cepat menopang tubuh mungilnya.

Sisi mengedipkan matanya lucu. Seperti dejavu, Sisi teringat kejadian serupa di hari yang sama namun dengan orang yang berbeda. Apalagi tatapan Amar pun sama lembutnya dengan tatapan Digo.

"Ehhmmmm,, ini bukan lagi syuting sinetron jadi ga usah tatap-tatapan kaya gitu!!"

Suara ketus Digo mampu mengembalikan kesadaran Sisi dan Amar. Keduanya saling melempar senyum canggung.

"Sorry" Amar berujar singkat

"Gue yang malah harus berterimakasih sama lo cwo aneh" ucap Sisi sedikit ketus namun terdengar tulus.

"Ga perlu ucapin makasih segala, gue bukan Wiro Sableng yang lagi nyelametin lo dari penjahat pake kapak 212"

Sisi terkekeh mendengar candaan Amar, ahhh kenapa lelaki ini sangat mudah membuatnya tertawa. Mungkinkah ada jiwa Komeng yang terperangkap dalam tubuh Amar.

Sisi memukul kepalanya pelan mencoba menyingkirkan pikiran konyolnya.

"Heiii jangan di pukul lagi, lo ga perlu pura-pura hilang ingatan buat kenalan lagi sama gue"

Amar menjulurkan tangannya pada gadis di depannya, dengan ragu Sisi menjabat tangan Amar.

"Nama gue Amar Raheza, lo cukup panggil gue Amar. Tapi kalo mau pake embel-embel sayang juga ga apa-apa, gue ga akan marah ko. Suerr dehhhh"
Amar mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

Sisi menggelengkan kepalanya melihat tingkah lelaki ini, tidak ada salahnya bukan ia mempunyai banyak teman.

"Gue tau nama lo Sisi, Sisi Nathania Amora tapi gue lebih suka manggil lo cantik karena sesuai dengan wajah lo" ucapan Amar barusan membuat Sisi yang akan membuka suara kembali mengatupkan bibirnya.

"Jangan lo pikir gue ini cenayang karena bisa tau nama lo, gue ga semisterius itu" Amar menyentil kening Sisi pelan

"Terus lo tau nama gue dari mana?" Sisi bertanya penuh selidik

"Digo, Digo Bayu Arkayana adalah sahabat terbaik yang gue punya" Amar menepuk dadanya bangga

"Mar bukannya lo tadi bilang mau buru-buru pulang ya, mau jemput nyokap lo?" Digo memandang Amar

"Ohh shittt!! Hampir aja gue lupa, Digo lo harus hati-hati selain cantik ternyata Sisi juga bisa bikin cwo gagal fokus"

"Oke cantik gue pulang dulu, lo jangan kangen" Amar segera berlalu dari Sisi dan Digo.

"Ckkk bener kata Shalsa, lo cwe yang suka tebar pesona dan cari perhatian"

Ucapan Digo mampu menghentikan langkah Sisi yang hendak menjauh dari lelaki yang kini sedang mengantongi tangannya di saku celana.

"Ohh ya?? Dan lo sama piciknya sama cwe lo yang menilai tanpa memperhatikan" Sisi berucap sambil lalu, ia malas berdebat dengan Digo.

***********************

"Lo pulang bareng gue, karena gue yang jemput lo tadi pagi" Digo menarik lengan Sisi, namun dengan cepat gadis itu melepas genggaman tangan Digo.

"Gue ga mau, seperti kata lo tadi pagi gue ga akan ganggu lo ataupun Shalsa"

"Jangan nyusahin gue kaya gini, ayo cepet gue anter lo pulang"

"Gue di jemput Amar"

Jawaban Sisi kali ini mampu menyulut emosi Digo.

"Lo baru kenal Amar tadi pagi dan lo uda mau di jemput sama dia, perempuan macem apa lo?"

Sumpah demi apapun kalimat yang keluar dari mulut Digo sangat menyakitkan bagi Sisi. Dengan cepat gadis itu berbalik menghampiri Digo.

"Plakk!!"

"Jaga mulut lo, gue selalu menjunjung tinggi kehormatan gue sebagai perempuan dan gue juga percaya Amar adalah cwo baik yang tau sopan santun" Suara Sisi bergetar menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

"Maaf" hanya itu kalimat yang mampu Digo ucapkan, hatinya tertohok untuk yang kedua kalinya melihat Sisi menangis.

Sisi segera berlari menjauh dari Digo, sebenarnya ia tak di jemput oleh Amar. Mang Deden lah yang sudah dengan baik hati mau mengantarkan dara jelita itu pulang dengan motor bututnya.

Jujur saja, Digo memang sangat kecewa saat tau Sisi membohonginya dan hanya berniat mempermainkannya seperti kata Shalsa, namun ia benar-benar tak rela jika gadis cantik ini di dekati lelaki lain. Apalagi lelaki itu adalah Amar, sahabatnya. Tapi di sisi lain ia sudah berjanji pada Shalsa untuk selalu ada di sampingnya dan menyayanginya seperti saat mereka kecil dulu.




Digo nyebeliiiiinnn ihhh pilih Sisi apa Shalsa!!! Masa mau dua-duanya...dasar maruk!!

I Love You Nona AmerikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang